SUARA UTAMA, Surabaya – Sore itu, Masjid Al-Mufidah Ketintang, Surabaya, menjadi saksi bisu hadirnya Bu Sariani seorang nenek dari Putat Jaya. Tanpa gembar-gembor, beliau datang membawa satu kresek plastik berisi uang tunai. Tujuannya mulia: wakaf tunai untuk pembebasan lahan Masjid Al-Mufidah Baru.
Kisahnya dimulai saat Ramadhan lalu. Dalam suasana penuh berkah, Masjid Al-Mufidah mengadakan kerja sama siaran live dengan Radio Suara Muslim, menyampaikan informasi pembangunan masjid kepada khalayak. Salah satu pendengarnya adalah sang nenek. Meski tak punya gawai pintar, pesan dakwah itu sampai di hatinya dan ditindaklanjuti diam-diam.
Dua hari lalu, ia pun datang langsung. Tidak meminta dijemput, tidak diantar siapa pun. Berjalan sendiri, membawa sekresek uang tunai senilai Rp60 juta, diatasnamakan para keluarga yang sudah wafat. Uang itu adalah hasil menabungnya sedikit demi sedikit.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya tidak sempat mendokumentasikan. Begitu kami terima, langsung kami setorkan ke bank,” ujar H. Tohari, Kepala Kantor Layanan Lazismu ( KLL ) Masjid Al Mufidah, beliau menyebut ini sebagai salah satu momen yang menggetarkan dalam proses penggalangan wakaf masjid.
Sementara itu, Kusnari, tukang parkir masjid, ikut membenarkan kisahnya. “Saya kaget. Ibu itu baru saja menyerahkan sekresek berisi uang puluhan juta. Pas keluar, malah nanya bemo ke Putat Jaya. Saya sarankan pakai Grab, tapi katanya HP-nya tidak bisa. Akhirnya saya arahkan ke gang I supaya bisa naik angkot,” ceritanya.
Di tengah era digital dan fasilitas serba instan, kisah wakaf ini menjadi oase keikhlasan. Bukan soal nominal semata, tapi perjuangan fisik dan ketulusan hati yang membuat cerita ini menyentuh dan menggugah.
Masjid Al-Mufidah masih terus berikhtiar menuntaskan pembebasan lahan dan pembangunan ruang ibadah. Wakaf dari sang nenek adalah bukti nyata bahwa amal jariyah tak menunggu kaya, tapi berangkat dari niat yang besar.
Masjid Al-Mufidah masih terus berikhtiar menuntaskan pembebasan lahan dan pembangunan ruang ibadah. Wakaf dari sang nenek adalah bukti nyata bahwa amal jariyah tak harus menunggu kaya, tapi berangkat dari niat yang besar.
Panitia Pembangunan Masjid Al-Mufidah pun masih membuka kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk bersama-sama membangun istana di surga, melalui wakaf tunai pembebasan lahan di seberang Jalan Raya Ketintang. Dari total kebutuhan sebesar Rp11,25 miliar, setiap kontribusi—besar maupun kecil—adalah bagian tak terpisahkan dari harapan umat membangun rumah Allah yang lebih layak dan maslahat. Silahkan hubungi KLL Masjid Al-Mufidah.
Penulis : Mohammad Abu SaRach
Editor : Redaksi Suara Utama
Sumber Berita : H. Tohari














