Untuk Apa Mencintai Allah? Sebuah Pencarian Makna

- Penulis

Jumat, 30 Mei 2025 - 10:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suara Utama._ Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, kita sering terjebak dalam rutinitas ibadah dan kewajiban agama tanpa sempat berhenti sejenak untuk bertanya: Untuk apa sebenarnya aku mencintai Allah? Apakah karena takut siksa-Nya? Karena berharap surga-Nya? Ataukah ada makna yang lebih dalam dari sekadar pahala dan hukuman?

Pertanyaan ini bukan bentuk keraguan, melainkan cermin dari hati yang sedang mencari keikhlasan. Mencintai Allah bukanlah hubungan transaksional antara hamba dan Tuhan semata, melainkan panggilan terdalam jiwa manusia yang merindukan kedamaian, keutuhan, dan arah hidup yang sejati.

Cinta yang Menjawab Kehampaan Jiwa

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Untuk Apa Mencintai Allah? Sebuah Pencarian Makna Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Setiap manusia pada hakikatnya mencari cinta—cinta yang menenangkan, yang menerima tanpa syarat, yang membimbing saat tersesat. Namun, cinta duniawi sering kali mengecewakan. Ketika cinta pada sesama terbatas, cinta pada Allah justru tak mengenal batas. Dialah yang menciptakan kita, mengenal kita lebih dalam dari diri kita sendiri, dan selalu membuka pintu kembali meski kita berulang kali lalai.

Mencintai Allah adalah jawaban bagi jiwa yang hampa. Dalam cinta itu, kita menemukan arti hidup, arah, dan tujuan yang lebih mulia dari sekadar memenuhi ambisi duniawi.

Lebih dari Sekadar Takut dan Harap

Sering kali kita diajarkan untuk beribadah karena takut pada neraka dan berharap surga. Tidak salah, karena itu bagian dari motivasi dasar manusia. Namun, ketika cinta kepada Allah hanya dibangun atas rasa takut dan harapan, kita belum menyentuh hakikat tertingginya.

Cinta sejati kepada Allah tumbuh ketika kita mengenal-Nya melalui nama-nama dan sifat-Nya: Ar-Rahman (Maha Pengasih), Al-Ghafur (Maha Pengampun), Al-Latif (Maha Lembut), dan seterusnya. Cinta itu tumbuh karena kesadaran bahwa Allah mencintai hamba-Nya lebih dari cinta seorang ibu kepada anaknya. Ia yang tak pernah meninggalkan, meski kita sering berpaling.

Cinta yang Menghidupkan Ibadah

Ibadah yang dilakukan dengan cinta terasa berbeda. Shalat menjadi pertemuan, bukan kewajiban. Zikir menjadi keintiman, bukan sekadar bacaan. Puasa menjadi penyucian, bukan sekadar menahan lapar. Ketika hati mencintai Allah, seluruh aktivitas ibadah berubah menjadi bentuk ekspresi rindu dan syukur.

BACA JUGA :  Kiprah Dr. Marwan Al Sultan Mengabdi untuk Gaza: Duta Nurani Bangsa dan Duta Kesehatan Dunia

Cinta kepada Allah melahirkan keikhlasan. Kita berbuat baik bukan untuk dipuji, tapi karena ingin mendekat kepada-Nya. Kita menjauhi dosa bukan semata karena takut, tapi karena tak ingin mengecewakan-Nya.

Cinta yang Menguatkan di Tengah Ujian

Hidup tidak selalu mudah. Ujian datang silih berganti: kehilangan, sakit, pengkhianatan, dan kekecewaan. Namun, cinta kepada Allah memberi kekuatan untuk bertahan. Ia mengajarkan bahwa di balik setiap ujian, ada hikmah dan rencana Ilahi yang tak selalu bisa dimengerti saat ini, tapi pasti mengandung kebaikan.

Dengan mencintai Allah, seseorang akan merasa selalu ditemani, tak pernah benar-benar sendiri. Ketika seluruh dunia menutup pintu, pintu-Nya tetap terbuka.

Mencari dan Menemukan

Perjalanan mencintai Allah bukan sesuatu yang instan. Ia membutuhkan pencarian, kejujuran, dan waktu. Terkadang, cinta itu lahir di tengah kegelapan. Terkadang, ia tumbuh perlahan dalam sujud yang sunyi, dalam tangisan yang hanya Allah yang tahu.

Namun, siapa yang sungguh-sungguh mencari, akan menemukan. Allah berfirman dalam hadits qudsi:

“Barangsiapa mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Barangsiapa mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Dan barangsiapa datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Cinta kepada Allah bukan hanya tujuan, tapi juga jalan. Ia bukan hanya jawaban, tapi juga pertanyaan yang menuntun kita pada hidup yang lebih bermakna.

Maka, untuk apa mencintai Allah?

Karena hanya dengan mencintai-Nya, hidup menjadi utuh. Karena dengan cinta itu, ibadah menjadi nikmat, ujian menjadi ringan, dan hati menjadi tenang. Cinta kepada Allah bukan beban, tapi anugerah. Bukan paksaan, tapi kebutuhan.

Dan pada akhirnya, cinta kepada Allah adalah jembatan menuju cinta yang lain—cinta pada sesama, pada kebaikan, dan pada kehidupan yang lebih bermakna. Ia adalah cahaya yang menerangi jalan pulang ke rumah yang sebenarnya: surga bersama-Nya.

Penulis : Tonny Rivani

Berita Terkait

Jambore Posyandu Jadi Momentum, Honor Kader di Subang Dinaikkan
Krisis Penegakan Hukum di Indonesia
Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola
Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik
Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus
Moekajat Fun Camp 2025 #1 Sukses Digelar, Pererat Kebersamaan Keluarga Lintas Generasi
FES 2025 Dorong Kolaborasi Positif Generasi Muda Lewat Sport, Expo, dan SEKSOS
Berita ini 24 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 13 Desember 2025 - 22:45 WIB

Jambore Posyandu Jadi Momentum, Honor Kader di Subang Dinaikkan

Sabtu, 13 Desember 2025 - 15:21 WIB

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:16 WIB

Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:11 WIB

Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola

Jumat, 12 Desember 2025 - 18:30 WIB

Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:49 WIB

Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:13 WIB

Moekajat Fun Camp 2025 #1 Sukses Digelar, Pererat Kebersamaan Keluarga Lintas Generasi

Jumat, 12 Desember 2025 - 16:54 WIB

FES 2025 Dorong Kolaborasi Positif Generasi Muda Lewat Sport, Expo, dan SEKSOS

Berita Terbaru

Gambar Kegiatan Jambore Pos Yandu Kabupaten Subang 2025 – Sabtu, 13/12/2025.

Berita Utama

Jambore Posyandu Jadi Momentum, Honor Kader di Subang Dinaikkan

Sabtu, 13 Des 2025 - 22:45 WIB

Dr. Firman Tobing

Hukum

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Des 2025 - 15:21 WIB