Penulis Oleh : Leni Mulyani Munthe,Ulfia Utami Situmorang dan Suhardi
Program Studi Pendidikan Agama Islam, FTIK, IAIDU Asahan-Kisaran
SUARA UTAMA, Salah satu unsur penting dalam pendidikan adalah pendidik. Secara etimologis, pengajaran berasal dari kata education yang berarti memelihara dan memberikan pembinaan dalam akhlak dan akal, kemudian ditambahkan awalan pe menjadi pendidik yang artinya orang yang mendidik. (PoerwadarMinta 1991: 250).
Secara harfiah, pendidik adalah orang yang memberikan pelatihan dan bimbingan kepada orang lain baik akhlak maupun ilmunya. Dalam Kamus Bahasa Indonesia mengatakan bahwa pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian umum, pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab atas tugasnya membantu anak didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya sehingga mencapai kedewasaan, dapat berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kematangannya, cakap mandiri dalam menjalankan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT serta mampu menjalankan tugas sebagai makhluk sosial dan individu yang mandiri.(Abuddin Nata 2010:159).
Pendidik menurut Undang-undang tentang Pendidikan, BAB XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pasal 39 (2) Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berbunyi: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbing dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Menurut undang-undang, peserta didik tidak hanya sebagai obyek, tetapi juga subyek yang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik mengalami perubahan yang mengubah dirinya menjadi pribadi dan manusia yang berkepribadian dan memiliki kemampuan. Pendidik bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, melainkan sebagai pengawas dan guru yang bertugas membimbing siswa agar mengetahui cara menyusun mata pelajaran dan dapat menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran siswa. Pentingnya peran pendidik dalam Islam bermula dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendidik dan guru yang berperan penting dalam mengembangkan dan menyebarkan ajaran Islam. Ia menganggap pendidikan sebagai tugas dan kewajiban penting setiap muslim untuk memperoleh ilmu, meningkatkan akhlak dan menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
![Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam 11 IMG 20240411 WA00381 Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama](https://suarautama.id/wp-content/uploads/2024/04/IMG-20240411-WA00381.jpg)
SCROLL TO RESUME CONTENT
Secara umum inti dari tujuan pendidikan menurut Hasibuan dan Mudjiono (Hasibuan dan Mudjiono, 2000: 9) adalah terbentuknya manusia yang tidak hanya mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakatnya, tetapi juga mampu memberikan kontribusi terhadap perbaikan masyarakat itu sendiri. Artinya para lulusan tidak hanya menghayati dan menginternalisasikan nilais-nilai yang hidup di masyarakat, tetapi juga mengetahui bagaimana memperhatikan kekurangan-kekurangan guna memperbaiki diri bila perlu.
Pendidik diharapkan mampu mengembangkan inovasi dan kreativitas untuk melaksanakan tujuan pembelajaran yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa seorang pendidik masih menghadapi banyak kendala dalam penerapan sistem pendidikan yang berpusat pada siswa, Kendala umum yang dihadapi pendidik adalah variasi selama kegiatan mengajar. Pendidik biasanya melakukan tugas belajar dengan model pembelajaran konvensional yang menjadikan siswa sebagai objek, yaitu siswa lebih banyak mencatat dan mendengarkan materi ceramah dari guru, tanpa siswa tertarik dengan variasi model pembelajaran. Adanya hambatan tersebut mengurangi keaktifan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar, siswa tidak dapat berkonsentrasi pada materi yang diajarkan, dan kelelahan belajar meningkat, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa juga kurang baik.
Upaya peningkatan mutu belajar mengajar yang berujung pada mutu pendidikan, terdapat beberapa unsur yang saling berkaitan. Unsur-unsur tersebut meliputi peserta didik, pendidik, tujuan, isi pembelajaran, metode/model, dan situasi lingkungan. Keberhasilan akademik tidak hanya tergantung pada siswa, tetapi juga pada peran guru. Siswa dan guru harus berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk mengkondisikan kelas dan memilih model pembelajaran yang tepat, sehingga prestasi siswa dapat meningkat. Menurut Sardiman (2004:22), dapat dikatakan bahwa belajar adalah komunikasi antara manusia dengan lingkungannya, yang dapat bersifat pribadi, fakta, konsep, atau teori. Artinya proses interaksi adalah proses menginternalisasi apa yang dipelajari dan dilakukan secara aktif oleh panca indera yang kemudian bermuara pada proses sosialisasi.
Dalam berbagai ayat Al-Qur’an ditemukan beberapa ayat yang berbicara tentang kedudukan Allah sebagai pendidik, antar lain adalah: “Segala pujian bagi Allah rabb bagi seluruh alam.” (QS. Al- Fâtihah : 1). Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya: “Tuhanku adabani (mendidik) ku sehingga menjadi baik pendidikan” Berdasarkan ayat dan hadist di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT sebagai pendidik bagi manusia. Al-Raji pernah membuat perbandingan antara Allah sebagai pendidik dengan manusia sebagai pendidik sangatlah berbeda, Filsafat Pendidikan Islam pendidik mengetahui segala kebutuhan orang yang dididiknya sebab Dia adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap sekelompok manusia saja, tetapi memperhatikan dan mendidik seluruh alam. Selain itu, bisa juga dilihat perbedaan ini dari aspek proses pengajaran. Allah SWT. memberikan bimbingan kepada manusia secara tidak langsung. Allah mendidik manusia melalui wahyu yang disampaikan kepada manusia dengan perantara Malaikat Jibril. Malaikat Jibril menyampaikannya kepada Nabi SAW., dan selanjutnya Nabi yang membimbing umatnya dengan perantaraan wahyu tersebut.
Dari segi bahasa pendidik adalah orang yang mendidik (Poerwadarminta, 2001:250) dari segi pengertian ini timbul kesan bahwa pendidik ialah orang yang melakukan kegiatan dalam hal mendidik. Dalam bahasa Inggris ditemui beberapa kata yang mendekati maknanya dengan pendidik. Kata-kata tersebut seperti teacher yang berarti guru atau pengajar, dan tutor yang berarti guru pribadi atau guru yang mengajar dirumah. Dalam bahasa Arab dijumpai kata Ustadz, Mudarrist, Mu’allim dan Muad’dib. Kata Ustadz jama’nya Asaatidz yang berarti teacher atau guru, professor (gelar akademik atau jenjang dibidang intelektual), pelatih, penulis, dan penyair. Sementara kata Mudarris berarti teacher atau guru, instructur atau pelatih, dan lecturer atau dosen. Selanjutnya kata Mual’llim yang berarti teacher atau guru trainer atau pemandu. Kemudian, kata Muad’dib berarti Educator atau pendidik atau teacher in Quranic School (guru dalam lembaga pendidikan Al-Quran).
Secara etimologi guru sering disebut pendidik. Dalam bahasa Arab ada beberapa kata yang menunjukkan profesi ini seperti mudarris, mu’allim dan mu’addib yang meski memiliki makna yang sama, namun masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Di samping kata-kata tersebut juga sering digunakan kata-kata ustadz atau syaikh. Penyebutan ini tidak terlepas dari rekomendasi Konferensi Pendidikan Internasional di Makkah pada tahun 1977 yang antara lain merekomendasikan bahwa pengertian pendidikan mencakup tiga pengertian yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Maka pengertian guru atau pendidik mencakup murabbi, mu’allim dan mu’addib.(husnul wardan,2019:108).
Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Foto Dokumentasi Redaksi Suara Utama, Gabung Bersama RSU
Konsep Mua’llim, Muaddib dan Murabbi
Istilaah mu’allim dalam hadis Nabi merupakan kata yang paling familiar dan banyak ditemukan. Muhammad Yahya (Muhammad Yahya, 2023: 50-51) menyatakan bahwa Mu’allim adalah Ismul Fa’il, artinya orang yang mengajar. Berasal dari fiil madzi ‘allama, fiil mudhari nyayu’allimu dan mashdarreal’liima, artinya telah mengajar, mengajar dan mengajar. Rasyid ridha, mengartikan al-ta’lim sebagai menambah ilmu yang beragam pada jiwa individu. Proses yang dilakukan oleh Mu’allim menekankan pada pengayaan ilmu pengetahuan siswa. Menurut Muhaimin (2004: 50), Mu’allim adalah orang yang bertanggung jawab atas ilmu dan dapat mengembangkan serta menjelaskan pengoperasiannya dalam kehidupan. menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya atau sekaligus melakukan transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi serta amaliah atau implementasi.
Dalam pengertian mu’allim, ia mengandung arti bahwa guru adalah orang berilmu yang tidak hanya menguasai ilmu secara teoritik tetapil mempunyai komitmen yang tinggi dalam mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Muallim (QS.29:43) dan (QS.35:28) Adalah orang yang menguasai ilmu yang mampu mengembangkannya menjelsakan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya sekaligus. .(Azwar Rahmad dkk,2021:44).
Konsep mu’allim sebagai pendidik berimplikasi terhadap konsep pendidik dalam pendidikan Islam, sebagai berikut: Pendidik (al-‘alim al-kamil) memiliki kedudukan yang paling utama di antara sekalian manusia. Keutamaan tersebut misalnya: a) pendidik adalah pewaris para nabi; b) pendidik memiliki keutamaan yang lebih tinggi dari abid, laksana keutamaan Rasulullah daripada orang yang terendah di antara sekalian manusia; c) Allah dan malaikat-malaikat-Nya, penduduk bumi dan langit berselawat terhadap pendidik yang baik; d) penduduk bumi akan terlaknat tanpa keberadaan mu’allim dan muta’allim; e) keberadaan ilmu akan terangkat dengan meninggalnya para ulama (mu’al-lim); dan f) mu’allim akan mendapatkan pahala yang terus mengalir selama ilmu yang diajarkan tersebut diamalkan oleh umat manusia.
BACA : Kopdar Pemred dan MM RSU di Warung Kopi Klotok Bahas Penerbitan Jurnal ISSN
Mu’allim sebagai pendidik bertugas untuk; a) mencerah- kan kehidupan umat dari kejahiliahan; b) sebagai tempat “curhat” umat mengadukan berbagai permasalahannya; c) menjaga umat dari laknat Allah; d) mengamalkan dan melarang ilmunya kepada umat; dan e) meluruskan pemimpin bila salah, dan berkontribusi dalam mengelola pemerintahan.
Adapun sikap Mu’allim sebagai pendidik memiliki sifat-sifat, sebagai berikut: a) ikhlas dalam mengajarkan ilmunya; b) tidak pemarah; c) tidak memukul peserta didik; dan d) menun- aikan amanahnya secara sempurna.(Samsul Nizar,2018:95-96)
Al Mu’allim diartikan sebagai pengajar, yang memberi informasi tentang kebenaran dan ilmu pengetahuan. Menurut Muhaimin mu’allim memiliki artian bahwa pendidik berkewajiban untuk memberikan penjelasan terkait nantinya hakikat ilmu diajarkan, pengetahuan yang serta memberikan penjelasan terkait dimensi praktis maupun dimensi teoritisnya, dan terus berusaha memberikan nasihat kepada muridnya untuk senantiasa mengamalkan apa saja yang telah pendidik terima dari gurunya.
Muallim juga diberi emban untuk mempunyai daya dalam penguraian ilmu dan memberikan penjabaran terkait kandungan ataupun esensi ilmu pengetahuan serta hikmah yang ada dalam ilmu tersebut, atau penjelasan mengenai kemanfaatan pengamalan dalam konsep pendidikan islam(Zulfaizah, 2022:60).
Muaddib merupakan bentuk kata addaba yang berarti memberi, adab, dan mendidik. Menurut Murnititah dkk (Murnititah, dkk. 2022: 110–111). Kata muaddib terinternalisasi dalam kesantunan, budi pekerti, budi pekerti. Muaddib adalah seorang pendidik yang tugasnya menciptakan suasana belajar yang dapat menggerakkan peserta didik untuk berperilaku atau beradab sesuai norma. Menurut Muhaimin (2004:50) Muaddib adalah orang yang mampu mempersiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
Mu’addib merupakan al-ism al-fai’l dari madhi-nya add- aba. Addaba, artinya mendidik, sementara mu’addib artinya orang yang mendidik atau pendidik. Dalam wazan fi’il tsulātsi mujarrad, masdar aduba adalah adaban artinya sopan, ber- budi baik. Al-adabu artinya kesopanan. Adapun masdar dari addaba adalah ta’dib, yang artinya pendidikan. Adab dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan tata kra- ma, sopan santun, akhlak, budi pekerti. Anak yang beradab biasanya dipahami sebagai anak yang sopan yang mempu- nyai tingkah laku terpuji.
Dalam kamus bahasa Arab, al-Mu’jam al-Wasith, istilah mu’addib mempunyai makna dasar sebagai berikut:(1)Ta’dib berasal dari kata “aduba-ya’dubu” yang berarti melatih, mendisiplin diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.(2) Kata dasarnya, adaba-ya’dibu yang artinya mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku sopan. (3) Addaba mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan memberikan tindakan.
Berdasarkan kesadaran etimologi di atas, maka secara terminologi mu’addib adalah seorang pendidik yang bertugas menciptakan suasana belajar yang dapat menggerakkan peserta didik untuk berperilaku atau beradab sesuai dengan norma-norma, tata susila, dan santun santun yang berlaku dalam masyarakat. Tidak sama dengan jumlah kata mu’allim yang terdapat di dalam Hadis Rasulullah.
Kata mu’addib sebaga pendidik, lebih sedikit digunakan daripada kata mu’allim yang mempunyai arti pendidik. sebaga pendidik dalam pendidikan Islam memainkan peran, sebagai berikut:(1) Mu’addib sebagai pendidik adalah orang yang bertang- gung jawab terhadap bimbingan, pendidikan peserta di- dik agar bertingkah laku, berbudi pekerti, dan beradab, sopan santun sesuai dengan ketentuan umum yang ber- laku di masyarakat. (2) Al-Qur’an merupakan ma’dabah atau hidangan, yang menjadi sumber adab dan tingkah laku, karena adab Allah adalah Al-Qur’an, dan akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an. (3) Mu’addib adalah orang yang semestinya bisa menjadi contoh teladan bagi peserta didiknya, karena adab pe- serta didik banyak dipengaruhi oleh pendidiknya. (4) merusak fungsi mu’addib dalam membina adabanak lebih utama dari bersedekah setiap hari. (5) Sebelum melaksanakan pelaksanan sebagai mu’addib, maka terlebih dahulu ia mengamalkan adab dan tingkah laku Secara historis. (Samsul Nizar,2018:96-98)
Murabbi (QS.17:24) Adalah pendidik yang mampu menyiapkan, mengatur, mengel ola, membina, memimpin, membimbing, dan mengaembangkan potensi kreatif serta didik yang dapat digunakan bagi pengolaan dan pemanfaat SDA yang berguan bagi dirinya, dan makhluk Allah disekelilingnya.(Azwar Rahmad dkk,2021:44)
Makna murabbi mengandung pengertian bahwa pendidik adalah orang yang memiliki sifat rabbani, artinya orang yang bijaksana, bertanggung jawab, penyayang terhadap murid dan memiliki pengetahuan tentang rabb. (Khusnul Wardan, 2020: 39). Pengertian murabbi mengisyarakan bahwa guru adalah orang yang memiliki sifat rabbani, artinya orang yang bijaksana, bertanggungjawab, berkasih sayang terhadap siswa dan mempunyai pengetahuan tentang rabb.(Khusnul wardan,2019:108).
Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Foto Dokumentasi Mas Andre Hariyanto, AR.Learning Center, C.EO
Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam
Tugas pendidik dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang sangat mulia. Untuk menjadi seorang pendidik yang berhasil membantu anak menjadi manusia, tentunya harus berilmu. Itulah sebabnya Allah swt, menjadikan pendidik sebagai orang yang berilmu memiliki derajat yang lebih tinggi dengan mukmin dibanding manusia lainnya.
Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurangkurangnya oleh dua hal: pertama karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan menjadi orang tua anaknya; kedua karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.
Jadi tugas pendidik dalam pendidikan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif Pendidik dalam pendidikan Islam dikenal dengan nama murobbi, muallim, muaddib, ustadz, mudarris dan mursyid (Ahmad Tafsir, 2005:74).
Di Indonesia pendidik disebut juga dengan guru, dosen, instuktur, widyaiswara, pamong belajar, fasilitator, konselor, tutor, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (Sri Andri Astuti, 2013:67).
Dalam pendidikan Islam, pendidik terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Pendidik kodrat, orang tua disebut pendidik kodrat karena mereka mempunyai hubungan darah dengan anak. Orang tua menjadi pendidik pertama dan terutama bagi anak-anaknya Ia harus menerima, mencintai mendorong dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama agar anak memiliki nilai hidup, jasmani, nilai keindahan, nilai kebenaran, nilai moral, nilai keagamaan, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut sebagai perwujudan dan peran mereka sebagai pendidik. 2) Pendidik jabatan, pendidik disekolah, seperti guru, konselor, dan administrator disebut sebagai pendidik karena jabatan. Disebut demikian karena mereka ditugaskan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah, yaitu mentransportasikan kebudayaan secara terorganisasi demi perkembangan peserta didik (siswa), khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Bukhari Umar, 2010:83-85).
Tugas pendidik menurut Abdul Al-Rahman Al-Bani adalah membantu menjaga dan memelihara fitrah peserta didik, mengembangkan dan mempersiapkan segala potensi yang dimilikinya, serta mengarahkan fitrah dan potensi tersebut ke arah kebaikan dan kesempurnaan, serta merealisasikan program secara bertahap. (Roestiyah, 1982 : 86 ).
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang penting, peran guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, televisi, tape recorder, internet, komputer maupun teknologi yang paling modern. Demikianlah gambaran betapa pentingnya peran guru dan beratnya tugas dan tanggung jawab guru, terutama tanggung jawab moral untuk digurui dan ditiru.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(1). Guru sebagai demonstrator. Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuan dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan gu dan ru yang artinya “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu atau terpercaya karena guru memiliki bekal ilmu yang memadai, karena itu ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam memandang kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, oleh karena itu segala perbuatannya harus dijadikan panutan dan teladan oleh murid-muridnya ,
(2). Guru sebagai pengelola kelas, Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam- macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisikondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan,
(3). Guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar (Usman, 2007:9-11),
(4). Guru sebagai evaluator, Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosial. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian,
(5). Guru sebagai edukator dan instruktur, Pendidik atau guru disini bertugas ganda yaitu mendidik yang mencakup aspek kognitif. Karena pada dasarnya pendidikan adalah usaha untuk membantu manusia menuju kedewasaannya. (Sardiman, 2014:146).
(6). Guru sebagai inovator, Inovator pendidikan yang dimaksud disini ialah suatu perubahan yang baru yang bersifat kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan,
(7). Guru sebagai motivator, Motivasi adalah istilah umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan,
(8). Guru sebagai administrator, Merupakan suatu kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka usaha kerja sama sekelompok manusia yang diarahkan mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
(9). Guru sebagai pekerja sosial. Petugas sosial yaitu seorang yang membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya,
(10). Guru sebagai pemikir dan ilmuwan, Guru senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara, setiap guru hendaklah belajar mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, agar seorang guru tidak ketinggalan ilmu pengetahuan,
(11). Guru sebagai orang tua dan teladan, Dalam sekolah guru mempunyai jabatan merupakan wakil orang tua dalam mendidik anaknya. Maka dari itu guru haruslah mempunyai budi pekerti yang baik agar dapat mendidik anak dengan baik dan dapat dicontoh oleh peserta didik,
(12). Guru sebagai pencari keamanan, Guru senantiasa harus mencarikan rasa aman bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru merupakan tempat berlindung bagi para peserta didik,
(13). Guru sebagai psikolog dalam pendidikan. Dimana ketika atau setiap bertindak guru harus senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip psikologi pendidikan, agar guru tidak sembarangan dalam menentukan keputusan,
(14). Guru sebagai pemimpin, Dalam proses pendidikan, guru mempunyai peran yang sangat menentukan terhadap prestasi belajar, seperti halnya memimpin, mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan (Bukhari Umar, 2010:89).
BACA : Belajar Event Organizer dengan Pakar EO Mas Andre Hariyanto di AR Learning Center
Dalam tugas itu, seorang pendidik dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsipkeguruan. Prinsip keguruan itu dapat berupa: (1) kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memerhatikan, kesediaan, kemampuan, pertumbuhan, dan perbedaan peserta didik; (2) membangkitkan gairah peserta didik; (3) menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik; (4) mengatur proses belajar mengajar yang baik; (5) memerhatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang memengaruhi proses mengajar; dan (6) adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar (Abdul Mujib, 2008:91-92).
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menajdi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi siswanya dalam belajar.
Menurut al-Ghazali, tugas utama pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, dan mendekatkan hati manusia kepada Allah SWT. Karena tujuan utama pendidikan Islam adalah upaya mendekatkan diri kepada-Nya, dan kesempurnaan manusia yang berujung pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan (gu dan ru) yang artinya digugu dan ditiru. Kata digugu atau terpercaya karena guru memiliki bekal ilmu yang memadai, sehingga memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam memandang kehidupan ini. Dikatakan ditiru atau diikuti karena guru memiliki kepribadian yang utuh, oleh karena itu segala perbuatannya harus dijadikan panutan dan teladan oleh murid-muridnya. Seorang pendidik tidak bertugas mentransfer atau mengalihkan ilmunya kepada orang lain atau kepada anak didiknya. Tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan, pengarahan, fasilitasi dan perencanaan.
Karena itu, (Moh Asnawi, 2012: 45-46) mengemukakan empat fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat diringkas menjadi empat bagian, yaitu: pertama,Sebagai instruksional (pengajaran), bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun. Kedua,Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan kepribadian yang baik sesuai dengan tujuan Allah SWT dalam menciptakannya. Ketiga,Sebagai manajerial (pemimpin), yang memimpin, mengendalikan dirinya, peserta didik dan masyarakat yang bersangkutan, terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan upaya mengarahkan, mengawasi, mengatur, mengendalikan dan berpartisipasi dalam program pendidikan yang dilaksanakan. matahari dan diakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilaksanakan. Keempat,Sebagai pendidik (educator), mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan kepribadian kita sejalan dengan tujuan Allah SWT dalam menciptakannya. (Moh Asnawi, 2012:45-46)
Seorang pendidik tidak bertugas mentransfer atau mengalihkan ilmunya kepada orang lain atau pendidik. Oleh karena itu, Roestiyah menyatakan, (Roestiyah 198:86) fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan ada 3 fungsi yaitu:Pertama, Sebagai instruktur (pengajar), yang tugasnya merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun dan diakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilaksanakan. Kedua, Sebagai pendidik (educator), mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan kepribadian yang baik sejalan dengan tujuan Allah SWT dalam menciptakannya. Ketiga, Sebagai manajerial (pemimpin), yang memimpin, mengendalikan dirinya, peserta didik dan masyarakat yang bersangkutan, terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan upaya mengarahkan, mengawasi, mengatur, mengendalikan dan berpartisipasi dalam program pendidikan yang dilaksanakan.
Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Foto Dokumentasi Suhardi, Ulfia Utami Situmorang, Leni Muliani Munthe Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam
Karakteristik Pendidik Muslim
(Jusuf Amir Feisal 2018:219) Ciri pendidikan tidak hanya mencakup perbandingan ciri pendidikan Islam dengan ciri pendidikan nasional modern, tetapi juga ciri pendidikan Islam itu sendiri, baik tradisional maupun modern. Masing-masing kategori dilihat dari apakah pendidikan sekuler, Islami, atau telah terjadi penyesuaian. Analisis ini termasuk analisis kualitatif yang sedapat mungkin akan didukung oleh data kuantitatif dan latar belakang sejarah. Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik harus memiliki ciri-ciri yang dapat membedakan dirinya dengan yang lain.
Dalam hal ini Lilis Romdon Nurhasanah & Redmon mengemukakan karakteristik pendidik muslim dalam beberapa bentuk antara lain: (Lilis Romdon Nurhasanah & Redmon WinduGumati 2021:120). (1).Ikhlas dalam menjalankan tugas sebagai pendidik semata-mata untuk mencari ridha Allah dan menegakkan kebenaran, (2).Memiliki sifat dan sifat rubbaniyah, (3).sabar dalam mengajar, (4).Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya, (5).Mampu menggunakan berbagai metode pengajaran, (6). Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikologi siswa, tegas dan proporsional.
An-Nahlwi dalam Samsul Nizar (2002: 45) membagi ciri-ciri pendidik muslim sebagai berikut: (a).Memiliki sifat dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam cita-cita, perilaku, dan pola pikirnya, (b).Sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu kepada siswa, (c).Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya, (d).Responsif terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola berpikir siswa. Berperilaku adil terhadap siswanya. (Amiruddin Siahaan & Rahmat Hidayat 2017: 147).
Adapun Guru dalam Islam memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
(1).Zuhud, yaitu tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena mencari keridhoan Allah, (2).Bersih tubuhnya, jadi penampilan lahiriahnya menyenangka, (3).Bersih jiwanya, tidak mempunyai dosa besar, (4).Tidak ria, ria akan menghilangkan keikhlasan, (5).Tidak memendam rasa dengki dan iri hati, (6).Tidak menyenangi permusuhan, (7).Ikhlas dalam tugas melaksanakan, (8).Sesuaikan perbuatan dengan kata-kata, (9).Tidak malu mengakui ketidaktahuan, (10). Bijaksana, (11).Tegas dalam kata-kata dan perbuatan, tetapi tidak kasar, (12).Rendah hati tidak sombong, (13).Lemah lembut, (14).Pemaaf, (15).Sabar tidak marah karena hal-hal kecil, (16).Berkepribadian, (17).Tidak merasa rendah diri, (18). Bersifat kebapakan (mampu mencintai murid seperti mencintai anak sendiri), (19)Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan, dan pemikiran (Ahmad Tafsir, 2005:82-83).
Sifat-sifat guru yang telah dipaparkan di atas dapat disederhanakan sebagai berikut: (1)Kasih sayang kepada anak didik, (2).Lemah lembut, (3).Rendah hati, (4). Menghormati ilmu yang bukan pegangannya, (5).Adil, (6). Menyenangi ijtihad, (7).Konsekuen, perkataan sesuai dengan perbuatan, (8). Sederhana.
Selain sifat-sifat diatas seorang pendidik memiliki beberapa sifat yang harus tertanam dalam jiwa serta diri mereka demi tercapainya sebuah perubahan yang diinginkan dalam pendidik islam, diantara:
(1). Keikhlasan, Seorang pendidik harus mengikhlaskan niatnya karena Allah dalam setiap melakukan tugas pendidikannya, baik dalam bentuk perintah, larangan, memberikan nasihat, perhatian, maupun hukuman. Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan adalah salah satu asas iman dan tuntutan islam, karena Allah tidak akan menerima amal apapun jika tanpa keikhlasan, (2).Ketakwaan, Sudah dapat dipastikan bahwa ketika pendidik tidak memiliki ketakwaan dan berpegang teguh kepada aturan islam dalam berprilaku dan muamalah, maka anak akan tumbuh dalam penyimpangan, kerusakan, kesesatan, dan kejahilan. Karena pendidik yang bertanggung jawab atas pendidikannya telah tercemar dengan kemungkaran, tenggelam didalam syahwat, dan sikap hedonis. Sehingga anakpun tubuh tanpa ada rasa takut kepada Allah. Maka dari itu, para pendidik haruslah memahami hakikat ini, jika mereka menginginkan untuk anak dan murid mereka di dunia dan akhirat, (3). Ilmu pengetahuan, Semua keharusan bahwa pendidik wajib seorang yang memiliki pengetahuan mengenai pokok-pokok pendidikan yang telah digariskan dalam syariat islam, menguasai masalah-masalah yang halal dan haram (Suprapno dkk ,2021:114).
Adapun ciri-ciri pendidik pembelajaran PAI dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a).PAI merupakan kelompok mata pelajaran yang dikembangkan dari pokok (dasar) ajaran yang terkandung dalam agama Islam. Karena itulah PAI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam. Dari segi isi, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang merupakan salah satu komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari kelompok mata pelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan moral dan kepribadian siswa, (b).Tujuan PAI adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia (akhlak mulia), memiliki pengetahuan pokok ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam, sehingga itu cukup baik untuk hidup. masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, (c).Pendidikan Agama Islam sebagai program pembelajaran diarahkan pada: 1). Menjaga keimanan dan ketakwaan peserta didik, 2). Menjadi landasan untuk rajin mempelajari ilmu-ilmu lain yang diajarkan di madrasah, 3).. Mendorong siswa untuk bersikap kritis, kreatif dan inovatif.
PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang Agama Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial). Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan penguasaan kompetensi kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.
Pembelajaran pendidikan PAI di sekolah atau madarasah adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti yang luhur) yang merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia.
Pendidikan akhlak adalah budi pekerti, budi pekerti adalah jiwa pendidikan dalam Islam, sehingga pencapaian akhlak mulia (karimah) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Dalam hubungan ini, perlu ditegaskan bahwa pelajaran PAI tidak identik dengan menafikan pendidikan jasmani dan pendidikan akal. Keberadaan program pembelajaranselain PAI juga menjadi kebutuhan bagi peserta didik yang tidak dapat diabaikan. Menjadi dasar perilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. PAI tidak hanya mengajarkan ilmu tentang Islam, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial). Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan pada penguasaan kompetensi kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.
BACA : Keputusan Final Pendiri, Pembina, Pengawas, Pengurus YPPN dan AR Learning Center
Pembelajaran pendidikan PAI di sekolah atau madrasah merupakan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia (akhlak mulia) yang merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia. Pendidikan akhlak (akhlak) merupakan ruh pendidikan dalam Islam, sehingga tercapainya akhlak mulia (karimah) merupakan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Sehubungan dengan itu, perlu ditegaskan bahwa pelajaran PAI tidak identik dengan menafikan pendidikan jasmani dan pendidikan intelektual. Keberadaan program pembelajaran selain PAI juga merupakan kebutuhan bagi siswa yang tidak dapat diabaikan.
Karakteristik dan ciri-ciri utama dalam pendidikan Islam. Ada banyak karakteristik dan ciri-ciri umum pada pendidikan Islam. Yang perlu diperhatikan, bahwa banyak dari kalangan peneliti dan penulis dalam ruang lingkup pendidikan Islam telah menjelaskan panjang lebar dalam kasifikasi karakteristik dan ciri umum secara dengan perbedaan yang jelas di antara mereka. Sebagian mereka menjelaskan panjang lebar dalam bilangannya. Sebagian mereka menyebutkan secara gelobal dalam hal ini Sebagian mereka juga ada yang membatasi karakteristiknya dan merincikannya. Dalam hal apapun, perkara yang perlu ditekankan pada hal itu adalah bahwa mereka semua telah bersekutu dalam ketidakmampuan untuk pembatasan katakteristik dan ciri-ciri itu.
Walaupun mereka bersekutu untuk menjadikannya dalam satu wadah tertentu mengenai karakteristik itu. Yaitu dapat ditafsirkan bahwa setiap mereka memiliki cara pandang tertentu yang membenarkan perbedaannya dengan orang lain, terlebihada orang yang menggelobalkannya, dan ada orang yang merincikannya. Berikut ini pemaparan karakteristik utama dan ciri-ciri paling penting yang disebutkan oleh para ahli di bidang pendidikan Islam, yaitu: 1.Pendidikan Robbaniyah Ini merupakan karakteristik yang paling urgen dan utama, dan termasuk ciri yang unik dan istimewa pada pendidikan islam. Dikarenakan ia hanya ada pada pendidikan Islam dan tidak ada pada berbagai macam pendidikan lainnya, yang terdahulu atau yang terkini. Di mana pendidikan Robbaniyah yang murni dan selamat tidak dikenal di dalamnya tahrif (penyelewengan), ta’dil (pengeditan) atau tabdil (perubahan) sepanjang masa 2. Pendidikan Keimanan Makna hal itu, bahwa pendidikan Islam berdiri tegak di atas dasar keimanan yang murni, kebenaran yang bulat, dan keyakinan yang sempurna pada setiap yang datang dari sisi Allah, baik itu pembenaran yang berkaitan dengan alam gaib (Al-Mughibat), atau alam nyata (Materi, hal yang dilihat, hal yang dirasa).
Dengan hal itu, pendidikan Islam terkandung antara iman dan pembenaran dengan segala sesuatu yang berkaitan dua alam (gaib dan nyata). Adapun urgensi kekhususan ini, bahwa pendidikan Islam merealisasikan pada manusia dua hal keimanan pada gaib dan keimanan pada inderawi. Pendidikan Islam tidak terbatas tujuannya pada pertumbuhan iman melalui hal gaib saja, fenomena spiritual, dan ibadah. Akan tetapi, adat kebiasaan, fenomena alam, ilmu yang bermacam-macam, dan kegiatankegiatan dalam kehidupan, semuanya menanamkan keimanan ini dan terikat kuat dengannya. Di antara makna keimanan pada pendidikan Islam, bahwa ia tidak terbatas bagi manusia dengan pengulangan dzikir, do’a, pelaksanaan ibadah, dan syi’ar-syi’ar yang beragam saja. Akan tetapi, keimanan menjadi bagian kehidupan manusia semuanya, pada setiap urusan dari urusanurusannya, pada setia bagian dari bagianbagiannya, merupakan bentuk hakiki dan realita iman itu secara global.
Di mana, iman disifati sebagai perkara yang tertancap dalam hati, dan dibenarkan dalam perbuatan. Sempurna Keberadaan pendidikan Islam sebagai pendidikan yang menyeluruh bagi manusia dengan berbagai sisi semuanya (ruhani, akal, jasmani, dan sisi lainnya). Bertolak dari sini, kekhususan pendidikan Islam yang istimewa dari pendidikan lainnya. Di mana, pendidikan lain membutuhkan (secara umum) pembuktian sempurna di antara sisi-sisinya yang terfokuskan pada kepribadian manusia dan kehidupannya. Salah seorang peneliti mengisyaratkan hal itu dengan perkataannya:“Keistimewaan utama pendidikan Islam dalam pemikiran pendidikan manusiawi dahulu dan sekarang, adalah pendidikan yang sempurna pada berbagai sisi kepribadian manusiawi bagi seorang muslim. Kekhususan ini datang dari Islam yang melihat manusia seperti kesatuan yang menyeluruh, tidak terbagi-bagi.
Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Foto Dokumentasi Mas Andre Hariyanto, AR.Learning Center, C.PW
Penutup
Salah satu unsur penting dalam pendidikan adalah pendidik. Secara etimologis, pengajaran berasal dari kata education yang berarti memelihara dan memberikan pembinaan dalam akhlak dan akal, kemudian ditambahkan awalan pe menjadi pendidik yang artinya orang yang mendidik. Secara harfiah, pendidik adalah orang yang memberikan pelatihan dan bimbingan kepada orang lain baik akhlak maupun ilmunya.
Dalam hakikat esensi pendidik terdapat 3 konsep sebagai pendidik yaitu: Mu’alim, Istilaah mu’allim dalam hadis Nabi merupakan kata yang paling familiar dan banyak ditemukan bahwa Mu’allim adalah Ismul Faa’il, artinya orang yang mengajar. Berasal dari fiil madzi ‘allama, fiil mudhari nyayu’allimu dan mashdarreal’liiman. Telah mengajar dan mengajar. Rasyid ridha, mengartikan al-ta’lim sebagai menambah ilmu yang beragam pada jiwa individu. Muaddib, Muaddib merupakan bentuk kata addaba yang berarti memberi, adab, dan mendidik Menurut Murnititah dkk. Kata muaddib terinternalisasi dalam kesantunan, budi pekerti, budi pekerti. Muaddib adalah seorang pendidik yang tugasnya menciptakan suasana belajar yang dapat menggerakkan peserta didik untuk berperilaku atau beradab sesuai norma. Menurut Muhaimin Muaddib adalah orang yang mampu mempersiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab membangun peradaban yang berkualitas di masa depan. Murabbi, Makna murabbi mengandung pengertian bahwa guru adalah orang yang memiliki sifat rabbani, artinya orang yang bijaksana, bertanggung jawab, penyayang terhadap murid dan memiliki pengetahuan tentang rabbnya.
Baca:
Adapun tugas pendidik dalam esensi pendidik Menurut al–Ghazali adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, dan mendekatkan hati manusia kepada Allah SWT. Karena tujuan utama pendidikan Islam adalah upaya mendekatkan diri kepada-Nya, dan kesempurnaan manusia yang berujung pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam essesni pendidik dibutuhkan karakteristik sebagai pendidik muslim diantara yang dikemukakan oleh Lilis Romdon Nurhasanah & Redmon karakteristk pendidik muslim memiliki beberapa bentuk diantaranya: (1).Ikhlas dalam menjalankan tugas sebagai pendidik semata-mata untuk mencari ridha allah dan menegakkan kebenaran, (2).Memiliki sifat dan sifat rubbaniyah, (3).sabar dalam mengajar, (4).jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya, (5).Mampu menggunakan berbagai metode pengajaran, (6). Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikologi siswa, tegas dan proporsional.