SUARA UTAMA, Palembang – Iya, kata-kata itulah yang sering saya ucapkan kepada anak saat turun dari motor atau mobil sambil salaman dan cium tangan. Kata-kata itu saya ucapkan biasanya kalau anak saya sedang ujian tengah semester atau ujian akhir semester. Seperti pagi tadi, adalah hari kelima dimana anak saya Naila Aqilah Azzahra (siswa kelas XI SMAIT Bina Ilmi Palembang) mengikuti Asesmen Sumatif Akhir Semester yang biasanya kita kenal UAS. Saya yakin, bapak dan ibu pembaca media online nasional Suara Utama ini melakukan hal serupa kepada putra dan putrinya.
So, seberapa penting kalimat itu perlu kita orang tua ucapkan. Menurut saya, sangat penting. Selain memberikan support agar ia siap menghadapi ujian atau evaluasi, ucapan ini sebagai pengingat terus bagi anak agar membaca doa sebelum ujian dan bersikap jujur selama ujian. Karena walau bagaimanapun, ketika anak dalam masa ujian besar kemungkinan ada rasa stress, was-was atau ngantuk. Menanamkan sikap jujur dengan cara mengingatkannya agar jangan ngepek, jangan nyontek dan jangan kerjasama dengan teman. Karena rasanya kita orang tua tak perlu berbangga dengan prestasi anak-anak kita, jika ternyata selama ini mereka mencapainya dengan cara-cara yang tidak baik dan tidak fair.
Ucapan-ucapan tersebut di atas perlu dilakukan sejak dini, sejak Sekolah Dasar (SD). Karena berlaku adanya ujian dimulai di tingkat SD. Sehingga sejak dini tertanam dalam diri mereka bahwa ketika sebelum ujian mesti membaca doa sehingga memberikan energi positif ketenangan diri saat menjalaninya Pun dengan kejujuran, anak-anak kita dilatih untuk mencapai sesuatu dengan cara jujur. Harapannya, kelak ketika mereka besar dan dewasa dan memasuki dunia usaha dan dunia kerja, bahkan berkiprah lebih luas di tengah masyarakat, mereka sudah terlatih dan teruji untuk bersikap jujur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdoa adalah bagian dari ikhtiar kita pada Allah SWT agar diberi ketenangan dan kemudahan dalam menjalani sesuatu, termasuk menjalani suatu ujian atau evaluasi di sekolah atau di kampus. Berdoa juga harapannya akan memberikan rambu dan pagar pada anak bahwa apa yang dilakukannya selalu dalam pengawasan Sang Pencipta. Guru atau dosen mungkin tidak akan mampu melihat seluruh gerak-gerik siswa atau mahasiswa saat ujian berlangsung, namun anak-anak kita perlu kita ingatkan bahwa kita selalu dalam pengawasan Allah SWT.
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian, Dia berkuasa atas ʻArasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Hadiid : 4).
Bisa jadi orang-orang yang tersandung masalah karena Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) karena memang sejak dini tidak jujur. Tidak menutup kemungkinan kebiasaan saat ujian saat sekolah dan/atau kuliah dengan ngepek, nyontek dan kerjasama dengan teman telah memberikan kontribusi dalam membentuk seseorang mempunyai karakter tidak terpuji sehingga terjerat berbagai kasus moral atau prilaku tidak baik lainnya.
Kebiasaan siswa atau mahasiswa nyepek, nyontek dan kerjasama dengan teman sebenarnya juga terdapat peran guru atau dosen. Karena tidak sedikit guru atau dosen yang tidak ambil pusing dan tidak pedulu dengan anak didiknya tentang bagaimana cara mereka mendapatkan nilai, yang penting nilai anak didiknya bagus. Bahkan ada juga pendidik yang khawatir jika nilai anak didiknya kecil, sehingga diberi ruang agar anak dapat mengerjakan soal dengan mudah dan benar.
Anak didik dibiarkan saja ketika membuka buku, anak didik dibiarkan saja ketika buka hp, anak didik dibiarkan saja ketika ngepek, anak didik dibiarkan saja ketika nyontek jawaban teman dan anak didik dibiarkan saja ketika kerjasama dengan temannya. Pembiaran-pembiaran seperti ini akan mmberikan ruang dan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang disebutkan di atas.
Kerjasama antara orang tua dan guru/dosen tentu sangat diperlukan. Tentu akan sinergis dan saling mendukung jika apa yang dilakukan orang tua mengingatkan anaknya untuk berdoa, jujur, tidak ngepek, tidak nyontek dan tidak kerjasama dilakukan juga oleh guru/dosen di kelas. Demikian juga sebaliknya. Akan sulit terbentuk karakter jujur anak jika hanya orang tua yang melakukan hal itu, sedangkan guru/dosen abai. Atau juga sebaliknya, hanya guru/dosen yang sibuk mendidik karakter anak didik menjadi baik, namun orang tua abai dan tak peduli.
Kesimpulannya, untuk mendidik dan mencetak karakter anak jujur melalui moment kegiatan Asesmen Sumatif Akhir Semester di sekolah atau Ujian Akhir Semester di perguruan tinggi adalah tugas dan tanggungjawab bersama, antara orang tua dan pendidik (guru dan dosen). Semoga ikhtiar kita melahirkan generasi-generasi jujur yang soleh dan sholehah menjadi investasi amal dalam dunia pendidikan hingga hari akhir kelak. Aamiinn.
Penulis : Zahruddin Hodsay
Editor : Zahruddin Hodsay
Sumber Berita : Al-Quran, Buku, Artikel dan Pandangan Pribadi