Musuh dalam Selimut: Ketika Bendera One Piece Menggeser Simbol Bangsa di Hati Rakyat

- Penulis

Senin, 4 Agustus 2025 - 15:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Bendera One Piece dari Pixabay

Gambar Bendera One Piece dari Pixabay

SUARA UTAMA — Dunia hiburan dan budaya pop global saat ini telah melampaui batas sekadar hiburan. Fenomena pengibaran bendera bajak laut One Piece di berbagai ruang publik Indonesia—mulai dari kendaraan pribadi, mural jalanan, hingga event komunitas—menjadi pertanda bahwa simbol asing kini telah menyelinap masuk ke ruang batin masyarakat, terutama generasi muda.

Ketika bendera fiksi bajak laut Jepang lebih dielu-elukan ketimbang Merah Putih, maka kita tidak sedang menyalahkan anime atau hiburan global, tapi sedang menyoroti kelengahan bangsa menjaga makna simbol kebangsaan.

Simbol Fiksi Menjadi Simbol Gaya Hidup

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Musuh dalam Selimut: Ketika Bendera One Piece Menggeser Simbol Bangsa di Hati Rakyat Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Fenomena ini tak bisa dipandang sebelah mata. Menurut Dr. Endah Pramesti, pengamat budaya pop UI, “Simbol bajak laut seperti One Piece bukan hanya dinikmati, tapi mulai diinternalisasi. Mereka jadi identitas, bahkan kebanggaan, yang ironisnya tak dimiliki simbol-simbol bangsa sendiri.”

Media Kompas mencatat bahwa lebih dari 45% pelajar di Jakarta dan Bandung mengenali dan mengidolakan simbol bendera One Piece lebih cepat daripada lambang Garuda Pancasila, sebuah sinyal budaya yang patut disikapi serius.

Pandangan Politik: “Kita Sedang Kehilangan Pegangan Kultural”

Ketua MPR RI, H. Ahmad Muzani, dalam tanggapannya mengatakan:

“Saya kira kecintaan rakyat Indonesia kepada Merah Putih tidak akan tertukar dengan apa pun. Saya meyakini itu,” kata Muzani di gedung MPR RI, Jakarta, Minggu (3/8/2025).Muzani tak mau mempersoalkan lebih jauh fenomena itu. Dia mengatakan hati rakyat Indonesia pasti Merah Putih.

“Saya kira itu ekspresi kreativitas, ekspresi inovasi, dan pasti hatinya adalah merah putih, semangatnya merah putih, bentuknya adalah syukur kepada Allah, syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Republik Indonesia sudah berumur 80 tahun dan harapannya negeri ini akan terus abadi dan bersama-sama membentuk masyarakat adil, makmur, sejahtera,” sebutnya

Pandangan Tokoh Agama: “Hati dan Simbol Harus Sejalan”

  1. Ahmad Mahrus, Sekjen MUI Bidang Dakwah, turut menanggapi fenomena ini dari sudut pandang nilai:

“Simbol adalah cerminan nilai. Jika anak-anak bangga dengan simbol bajak laut, maka kita harus bertanya: nilai apa yang sedang mereka serap? Kita harus hadir, bukan hanya dengan ceramah, tapi dengan simbol kebaikan yang kuat, visual, dan menyentuh.”

  1. Mahrus juga menekankan perlunya membumikan nilai-nilai kebangsaan dalam bahasa anak muda, termasuk melalui media sosial, dakwah digital, hingga literasi simbolik di sekolah-sekolah Islam.
BACA JUGA :  KPU kabupaten Paniai resmi Pelantikan PPS, Aula Tongkonan belakang polres madi

Tokoh Politik Muda: “Lawan Mereka di Arena Kreatif, Bukan Lewat Larangan”

Tsamara Amany, aktivis politik muda dan pegiat literasi digital, menyebut bahwa fenomena ini adalah bukti lemahnya ekosistem simbol nasional di ruang digital.

“Anak-anak tak bisa dimarahi karena menyukai One Piece. Justru negara dan masyarakat harus bersaing sehat: hadir di ruang kreatif, bangun cerita lokal yang memikat, dan buat pahlawan Indonesia jadi inspirasi sejati.”

Ia mengusulkan agar Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kominfo bekerja sama menggandeng kreator lokal, seperti animator, penulis komik, dan developer game, untuk menciptakan konten nasional yang bisa bersaing di platform global seperti TikTok, YouTube, dan Netflix.

Solusi Kultural yang Harus Diambil Negara

Masalah ini tak bisa ditangani dengan pelarangan simbol asing. Yang dibutuhkan adalah strategi kebudayaan yang visioner dan taktis:

  1. Rebranding Simbol Nasional dengan Sentuhan Kreatif
    Desain ulang narasi Garuda, Pancasila, dan tokoh bangsa agar tampil visual, dinamis, dan relatable di era digital.
  2. Investasi Negara pada Industri Kreatif Nasional
    Dana APBN untuk perfilman, komik, musik, dan literasi digital patriotik perlu ditingkatkan, bukan hanya ceremonial tapi masuk dalam program jangka panjang.
  3. Kurikulum Budaya dan Karakter yang Adaptif
    Bangun generasi yang tidak hanya hafal teks Pancasila, tapi juga mencintai dan mewujudkan semangatnya lewat media yang mereka nikmati.
  4. Gerakan Nasional: #BanggaSimbolBangsa
    Kampanye nasional melibatkan tokoh agama, influencer, selebriti, dan pendidik untuk memulihkan cinta pada simbol bangsa secara kolektif dan kreatif.

Penutup: Jangan Biarkan Simbol Bangsa Menjadi Sekadar Upacara

Kita tidak sedang bersaing dengan anime atau budaya pop asing. Kita sedang mempertaruhkan ruang makna dan identitas di hati anak-anak bangsa. Ketika simbol fiksi lebih dielu-elukan dibanding bendera negara sendiri, itu bukan hanya persoalan tren—itu cerminan ketidakhadiran negara dalam membentuk narasi kebanggaan.

Namun masih belum terlambat. Kita bisa rebut kembali makna itu—dengan budaya, dengan kreativitas, dan dengan keberanian menyentuh generasi baru lewat cara mereka berbahasa: digital, visual, dan emosional.

Karena pada akhirnya, nurani rakyat Indonesia tetap Merah Putih.
Di dadaku. Di dadamu.
Bukan bajak laut yang kita kibarkan,
melainkan keberanian, kesetiaan, dan cinta Tanah Air
yang lahir dari sejarah,
dan hidup dalam hati bangsa.

Berita Terkait

Anak Usia Sekitar 10 Tahun Kesetrum Listrik di GMK, Beruntung PKL dan Paguyuban Sigap Mengambil Tindakan 
Jambore Posyandu Jadi Momentum, Honor Kader di Subang Dinaikkan
Krisis Penegakan Hukum di Indonesia
Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola
Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik
Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus
Moekajat Fun Camp 2025 #1 Sukses Digelar, Pererat Kebersamaan Keluarga Lintas Generasi
Berita ini 134 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 14 Desember 2025 - 12:46 WIB

Anak Usia Sekitar 10 Tahun Kesetrum Listrik di GMK, Beruntung PKL dan Paguyuban Sigap Mengambil Tindakan 

Sabtu, 13 Desember 2025 - 22:45 WIB

Jambore Posyandu Jadi Momentum, Honor Kader di Subang Dinaikkan

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:16 WIB

Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:11 WIB

Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola

Jumat, 12 Desember 2025 - 18:30 WIB

Pernah Berhadapan dengan Hukum, Eko Wahyu Pramono Kini Aktif di Advokasi Publik

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:49 WIB

Memahami SP2DK dari Kacamata Wajib Pajak dan Fiskus

Jumat, 12 Desember 2025 - 17:13 WIB

Moekajat Fun Camp 2025 #1 Sukses Digelar, Pererat Kebersamaan Keluarga Lintas Generasi

Jumat, 12 Desember 2025 - 16:54 WIB

FES 2025 Dorong Kolaborasi Positif Generasi Muda Lewat Sport, Expo, dan SEKSOS

Berita Terbaru

Gambar Kegiatan Jambore Pos Yandu Kabupaten Subang 2025 – Sabtu, 13/12/2025.

Berita Utama

Jambore Posyandu Jadi Momentum, Honor Kader di Subang Dinaikkan

Sabtu, 13 Des 2025 - 22:45 WIB

Berita Utama

Urgennya Normalisasi Sungai Batang Gasan

Sabtu, 13 Des 2025 - 15:32 WIB