SUARA UTAMA, PANIAI – Hari ini kami Tim relawan melihat bahwa situasi banyak orang Paniai masih sedang minum mabuk. Penegakkan perda yang dilakukan oleh POL-PP tidak efektif dan tidak logis, jika hanya penggerebekan dan pensitaan serta denda pidana hukum.
Melihat dari kondisi real ini, kita perluh menumukan format baru dalam menegakkan perda tanpa ada indikasi kepentingan bisnis terselubung.
Langkah lain yang kita bisa tempuh untuk berantas penyakit soal hal seperti begitu ini adalah membuat kegiatan-kegiatan produktif antara beberapa yakni lain: “KKR, seminar, Konser Musik, Pembersihan Danau, Reboisasi, dan Futsal, bola volly dll.” Semua itu libatkan para pemuda-pemudi yang selalu miras dan mereka berperan aktif dalam kepanitian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saya berpikir kita harus mengedepankan pembinaan mental dan spritual supaya revolusi mental itu terjadi dalam diri kita semua sebelum membersiapkan revolusi sosial yang total. Saya kira upaya pemberantasan yang dilakukan beberapa waktu lalu, itu hanya sebatas pelarangan dan penutupan tempat- tempat penjualan miras.
Tapi, hal yang sekarang kita seriusi adalah upaya menyibukkan mereka dalam satu aktivitas yang mengikat. Selain KKR, futsal, volley dan lainnya yang disebutkan diatas sebab, kegiatan-kegiatan ini hanyalah sebagai penunjang menuju pembentukan mental, spritual, dan lainya.
Formatnya adalah salah satunya mempersiapkan bengkel bagi yang bisa perbaiki motor, persiapan tempat pencucian motor mobil, lalu kemudian bagimana mereka dimasukkan dalam honor pembersihan kota dalam. Hal-hal itu mungkin kita format yang agak relevan.
Saya kira hal hal ini terlebih dahulu kita siapkan, lalu langkah selanjutnya adalah rohaniawan siapa yang bersedia mendampingi mereka dalam upaya pembentukan mentalitas dan spiritualitas.
Setelah itu, kegiatan-kegiatan penunjang lainnya terus lakukan, kemudian libatkan mereka sebagai aktor penting didalamnya.
Hal ini merupakan sangat penting kita bicara karena, bukan hanya upaya pemberantasan miras dan penyakit sosial lainya, tapi sisi lain kita sedang upaya memanusiakan manusia.
Jadi, usul momentum natal ini sangat penting untuk kita manfaatkan, kira-kira gereja pemuda gereja mana yang siap lakukan natal ditengah-tengah pasar, atau pembagian kado natal bagi mereka yang terlantar karena hal-hal itu buruk terhadap masyarakat Paniai.
Karena, khotbah-khotbah mimbar tentang pemberantasan miras sangat cukup waktunya. Apalagi pemerintah yang hanya buat perda lalu realisasinya tidak terlaksana ke depan. Satu kali perdakan merupakan secara mutlak yang tetapkan.
Mungkin satu hal yang patut kita contohi adalah pendekatan persuasif yang dibangun oleh Pdt Hans tebai (Pantekosta) itu sangat relevan diterapkan oleh Pdt lainya menuju pembentukan spiritual yang dimaksudkan diatas, sangat pas sekali, bila beliau dilibatkan sebagai ketua tim pembinaan spritual dalam tim ini.
Jadi, kesimpulannya, sepanjang jurang pemisah masih terbangun antara manusia yang sadar dan tidak sadar, apalagi memandang mereka dengan sebelah mata. Masih jauh dari harapan tentang pemulihan negeri Paniai dari aktivitas-aktivitas penyakit sosial.
Oleh: Ketua Tim Relawan Paniai ANI
Amos Kayame, S.H