SUARA UTAMA, Lampung Tengah –
Asap putih membumbung perlahan ke langit, membawa doa-doa yang dipanjatkan dengan khidmat oleh keluarga dan warga Desa Dharma Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah. Suasana haru menyelimuti prosesi kremasi Pan Sumadra pada Jumat (21/03/2025) pukul 10.15 WIB.
Almarhum adalah ayahanda dari I Wayan Sumadra- seorang petani tambak udang yang juga – menjabat sebagai Kepala Urusan Keuangan Kampung Bumi Dipasena Utama, Rawajitu Timur, Tulang Bawang.
Kepergian Pan Sumadra pada Kamis malam pukul 23.15 WIB menjadi momen duka yang dihadapi dengan keteguhan hati oleh keluarga. Dalam hitungan jam, segala persiapan dilakukan untuk menghormati almarhum sesuai tata cara adat Hindu yang diwariskan turun-temurun.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Di bawah langit yang mendung, deretan dupa menyebarkan aroma khas yang menyatu dengan udara pagi. Keluarga dan warga berdiri dengan tangan terkatup, mengiringi alunan kidung suci yang menggema, menciptakan suasana yang penuh ketenangan dan kekhusyukan.
Prosesi Mecaru digelar sebelum api suci dinyalakan sebagai bentuk penyucian diri keluarga dan penghormatan bagi almarhum. Dalam ritual ini, keluarga menjalani melukat atau mandi suci sebagai simbol pembersihan lahir dan batin.
Doa-doa suci dipanjatkan di bawah bimbingan seorang Pemangku, memohon restu Sang Hyang Widhi agar perjalanan roh almarhum menuju alam leluhur berjalan tanpa rintangan. “Kremasi adalah bagian dari siklus kehidupan yang harus dijalani dengan penuh ketulusan. Dengan menjalankan upacara ini, kita berharap bahwa arwah almarhum dapat mencapai alam suci tanpa hambatan,” ujar Mangku Bakti, yang memimpin prosesi.
Dalam ajaran Hindu, api bukan sekadar alat pembakaran, tetapi juga simbol penyucian dan pelepasan. Melalui api, roh yang berpulang terbebas dari belenggu duniawi dan diarahkan menuju alam kelahiran kembali atau moksa—pembebasan dari siklus kehidupan. Asap yang mengepul dari pembakaran dipercaya sebagai wahana yang menghantarkan roh menuju keabadian.
Di antara para pelayat yang hadir, I Wayan Sumadra tampak menahan haru. Dengan suara bergetar, ia menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh warga yang telah mengiringi kepergian ayahnya.
“Kami sekeluarga sangat bersyukur atas doa dan dukungan seluruh warga. Kremasi ini bukan hanya kewajiban, tetapi juga wujud penghormatan dan kasih sayang terakhir untuk ayah kami. Semoga beliau memperoleh kedamaian abadi,” ujar I Wayan, dengan mata berkaca-kaca.
Bagi umat Hindu, kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan baru. Setiap perpisahan duniawi harus diiringi doa, penghormatan, dan pengharapan agar arwah yang berpulang dapat mencapai tempat terbaik di sisi-Nya.
Setiap kepergian meninggalkan duka, tetapi juga menjadi pengingat bahwa hidup adalah perjalanan menuju keabadian. Dalam ketulusan melepas, terselip keyakinan bahwa roh yang berpulang akan menemukan kedamaiannya di alam yang lebih tinggi.
Penulis : Irvandi
Editor : Nafian Faiz