Filsafat Kuno untuk Ketenangan Batin di Zaman Modern

- Penulis

Minggu, 25 Mei 2025 - 17:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suara Utama,- Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, banyak orang mencari cara untuk menemukan ketenangan batin dan stabilitas emosi. Salah satu pendekatan yang kembali populer adalah Stoicism—sebuah filsafat kuno yang berasal dari Yunani dan Roma kuno. Meski berusia lebih dari dua ribu tahun, Stoicism tetap relevan karena prinsip-prinsipnya sangat aplikatif terhadap tantangan hidup masa kini.

Apa Itu Stoicism?

Stoicism adalah aliran filsafat yang menekankan pengendalian diri, rasionalitas, dan penerimaan terhadap hal-hal di luar kendali kita. Tokoh-tokoh utamanya seperti Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada keadaan luar, melainkan pada sikap batin kita terhadap keadaan tersebut.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Filsafat Kuno untuk Ketenangan Batin di Zaman Modern Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Prinsip utama Stoicism dapat dirangkum dalam tiga hal:

  1. Kendalikan apa yang bisa kamu kendalikan.

Dalam ajaran Stoicism, salah satu fondasi utamanya adalah pemahaman yang jelas tentang apa yang berada dalam kendali kita dan apa yang tidak. Filsuf Epictetus menyatakan dalam Enchiridion:

“Beberapa hal berada dalam kekuasaan kita, dan beberapa hal tidak.”

Hal-hal yang berada dalam kendali kita meliputi:

  • Pikiran dan persepsi kita
  • Pilihan, keputusan, dan tindakan kita
  • Sikap kita terhadap keadaan
  • Nilai-nilai yang kita pegang

Sedangkan yang tidak bisa kita kendalikan meliputi:

  • Tindakan orang lain
  • Cuaca, bencana, penyakit
  • Opini dan penilaian orang
  • Hasil akhir dari usaha kita

Mengapa Ini Penting?

Banyak penderitaan batin terjadi karena kita berusaha mengontrol hal-hal yang sebenarnya di luar kuasa kita. Misalnya, kita merasa frustrasi karena orang lain tidak menghargai kita, atau karena keadaan tidak berjalan sesuai rencana. Dalam perspektif Stoic, reaksi negatif ini berasal dari kekeliruan dalam menempatkan harapan pada hal-hal eksternal.

Dengan fokus hanya pada apa yang bisa kita kendalikan, kita membebaskan diri dari kecemasan dan frustrasi yang tidak perlu. Kita bisa menjadi lebih damai dan jernih dalam berpikir, karena kita tidak lagi membuang energi untuk mengubah hal-hal yang memang di luar jangkauan kita.

Contoh Praktik dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Saat menghadapi kritik, alih-alih marah atau defensif, kita bisa memilih untuk mendengarkan dengan tenang dan mengevaluasi apakah kritik itu berguna atau tidak.
  • Ketika rencana gagal karena faktor luar, daripada meratapi keadaan, kita bisa berfokus pada bagaimana merespons dengan cara yang paling bijak.
  • Jika cuaca buruk merusak agenda kita, kita bisa mengubah sikap dari keluhan menjadi penerimaan, dan mencari alternatif.

Mengendalikan apa yang bisa dikendalikan bukan berarti menyerah atau pasif, melainkan mengalihkan fokus ke dalam, ke ruang yang sepenuhnya milik kita: pikiran, niat, dan tindakan. Di situlah letak kekuatan kita yang sejati. Stoicism mengajarkan bahwa ketika kita hidup dengan prinsip ini, kita tidak hanya lebih tenang, tapi juga lebih bebas.

  1. Terimalah apa yang tidak bisa kamu ubah.

Salah satu kekuatan utama dari filsafat Stoicism adalah kemampuan untuk menerima realitas sebagaimana adanya, terutama ketika kita tidak bisa mengubahnya. Prinsip ini bukan tentang pasrah atau menyerah, melainkan tentang menerima dengan lapang dada segala hal yang berada di luar kendali kita, agar kita bisa menjalani hidup dengan lebih bijaksana dan tenang.

Stoik seperti Epictetus dan Marcus Aurelius mengajarkan bahwa penderitaan mental sering kali muncul bukan karena kejadian itu sendiri, tapi karena penolakan kita terhadap kenyataan. Kita menolak kehilangan, kegagalan, penyakit, atau perlakuan buruk dari orang lain—padahal itu semua adalah bagian dari kehidupan yang tak bisa dihindari sepenuhnya.

Apa yang Harus Diterima?

Hal-hal yang tidak bisa kita ubah meliputi:

  • Masa lalu yang sudah terjadi
  • Keputusan orang lain
  • Cuaca, kematian, waktu, dan perubahan alami
  • Reaksi spontan dari tubuh, seperti rasa sakit atau lelah
  • Peristiwa tak terduga seperti bencana atau musibah

Menerima bukan berarti menyukai atau setuju dengan keadaan tersebut, tetapi menghentikan perlawanan batin terhadapnya. Dalam Stoicism, sikap ini disebut amor fati—mencintai takdir. Artinya, bukan hanya menerima kenyataan, tetapi merangkulnya sebagai bagian dari kehidupan yang harus dijalani sepenuhnya.

Manfaat dari Penerimaan

  • Mengurangi penderitaan mental karena tidak lagi melawan hal-hal yang tak bisa diubah
  • Menumbuhkan ketenangan dan kejernihan dalam menghadapi situasi sulit
  • Membantu kita bergerak maju, bukan terjebak dalam penyesalan atau kemarahan
  • Meningkatkan fokus pada hal-hal yang bisa kita lakukan, bukan yang sudah terjadi
BACA JUGA :  Video Bullying Viral: Kisah Pilu Siswa SMP Negeri 1 Pematang Sawa yang Mengusik Nurani

Contoh Praktik dalam Hidup Sehari-hari

  • Saat kehilangan pekerjaan, alih-alih tenggelam dalam penyesalan, kita bisa menerima kenyataan itu dan mulai mencari jalan baru.
  • Ketika seseorang memperlakukan kita tidak adil, kita tidak menghabiskan waktu untuk berharap mereka berubah, melainkan belajar untuk membatasi ekspektasi dan menjaga kendali diri sendiri.
  • Jika tertimpa musibah, kita tidak menyalahkan dunia atau nasib, tetapi menerima peristiwa itu sebagai bagian dari ujian kehidupan, lalu bertindak sesuai nilai dan kebijaksanaan.

Penerimaan bukan tanda kelemahan, tetapi justru ciri kedewasaan dan kebijaksanaan. Stoicism mengajarkan bahwa saat kita berhenti melawan kenyataan, kita memperoleh kekuatan untuk bertindak secara lebih bijak. Dunia ini tidak akan selalu sesuai keinginan kita, namun kita bisa memilih untuk tetap tenang, sadar, dan tangguh di tengah ketidaksempurnaannya.

  1. Latih pikiran untuk tetap tenang dalam menghadapi apapun.

Prinsip utama Stoicism yang terakhir adalah membentuk kebiasaan mental untuk tetap tenang, tidak peduli apapun yang sedang terjadi. Stoic tidak mengharapkan hidup bebas dari masalah, tetapi mereka melatih diri untuk tidak dikuasai oleh emosi negatif seperti kemarahan, ketakutan, atau kesedihan ketika masalah datang.

Para filsuf Stoic, terutama Marcus Aurelius, sangat menekankan pentingnya ketenangan pikiran sebagai bentuk kekuatan tertinggi. Dalam Meditations, ia menulis:

“Jika kamu terganggu oleh sesuatu di luar dirimu, penderitaan itu tidak disebabkan oleh hal tersebut, tetapi oleh penilaianmu terhadapnya — dan kamu memiliki kekuatan untuk mengubah penilaian itu.”

Mengapa Ketenangan Perlu Dilatih?

Ketenangan bukan sesuatu yang muncul secara otomatis. Ia perlu dilatih terus-menerus, seperti otot. Tanpa latihan, kita mudah terbawa oleh impuls, panik saat krisis, atau terpancing oleh emosi orang lain. Stoicism mengajarkan bahwa pikiran kita adalah benteng terakhir yang tidak boleh kita serahkan kepada hal-hal eksternal.

Dengan pikiran yang tenang, kita bisa:

  • Membuat keputusan yang lebih bijaksana
  • Tidak bereaksi secara impulsif atau emosional
  • Tetap rasional dan fokus meskipun dalam tekanan
  • Mencegah penderitaan yang tidak perlu

Cara Melatih Ketenangan Pikiran dalam Gaya Hidup Stoic

  1. Refleksi Diri Harian

Menulis jurnal setiap malam untuk mengevaluasi reaksi, emosi, dan pikiran selama hari itu. Ini melatih kesadaran dan pengendalian diri.

  1. Visualisasi Negatif (Premeditatio Malorum)

Membayangkan kemungkinan buruk sebelum terjadi (bukan untuk menakut-nakuti diri, tetapi untuk menguatkan mental), sehingga saat hal itu benar-benar terjadi, kita tidak kaget atau panik.

  1. Berlatih Diam dan Tidak Reaktif

Mengamati emosi sebelum bertindak. Mengambil jeda sebelum menjawab. Ini memperkuat kontrol terhadap reaksi spontan.

  1. Mengembangkan Perspektif Filosofis

Melihat masalah dari sudut pandang yang lebih luas. Misalnya: “Apakah ini masih penting dalam lima tahun ke depan?” atau “Apa yang bisa saya pelajari dari ini?”

  1. Menjaga Kesederhanaan Hidup

Menghindari keterikatan berlebih pada kemewahan atau kenyamanan, agar tidak mudah goyah ketika kehilangan sesuatu.

Ketenangan bukan berarti tidak merasa apa-apa. Seorang Stoic tetap manusiawi, tetap merasakan emosi. Namun, mereka tidak membiarkan emosi itu mengambil alih kendali. Melalui latihan terus-menerus, pikiran menjadi kuat, jernih, dan kokoh di tengah badai kehidupan. Inilah inti dari kebijaksanaan Stoicism: berpikir jernih, bertindak bijak, dan tetap tenang dalam segala keadaan.

Mengapa Stoicism Relevan Hari Ini?

Masyarakat modern menghadapi banyak tekanan: pekerjaan, media sosial, ekspektasi, dan ketidakpastian masa depan. Stoicism menawarkan cara untuk merespons semua itu dengan kepala dingin, tanpa kehilangan arah atau kewarasan. Dalam praktiknya, Stoicism membantu kita:

  • Membangun ketangguhan mental (resilience).
  • Mengurangi stres dengan fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan.
  • Menumbuhkan rasa syukur dan kesadaran akan momen kini (present moment awareness).

Contoh Praktik Stoic di Kehidupan Sehari-hari

  • Menulis jurnal harian untuk merefleksikan pikiran dan emosi.
  • Melatih diri menghadapi skenario terburuk agar siap secara mental.
  • Menghindari reaksi emosional berlebihan, dan memilih untuk bertindak rasional.
  • Menerima kritik dan kegagalan sebagai bagian dari proses tumbuh.

Penutup: Stoicism bukan sekadar teori, melainkan seni hidup. Ia mengajarkan bahwa ketenangan bukan berasal dari menghindari masalah, tetapi dari cara kita menanggapi masalah dengan bijak dan tenang. Dalam dunia yang terus berubah dan sering tak menentu, Stoicism hadir sebagai pelindung batin—membimbing kita untuk tetap teguh, sadar, dan damai. selesai.

 

Penulis : Tonny Rivani

Berita Terkait

Bumdes Desa Mudo Diduga Mangkrak, Kolam Lele Senilai Rp 85 Juta Tak Beroperasi Maksimal
Semakin Memanas, Terindikasi Dugaan Pesanan Dalam Rotasi/Mutasi Pegawai Perumda Air Minum Tirta Argapura 
Umat Stase Goodide Gelar Renungan Pendalaman Masa Adven: Keluarga dalam Terang Iman 
Warga Desa Tegalwatu di Dampingi Pakopak, Terduga Pelaku Penipuan Asli Kelahiran Dusun Klagin Desa Brabe
Rakor Kecamatan Dorong Efektivitas Program Tata Kelola Pemerintahan Responsif
Polsek Tabir Bergerak Cepat Usai Viral Dugaan Penampungan Emas Ilegal Milik Badi
Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  
Program Rehabilitasi Lapas IIB Bangko Berakhir, 20 WBP Tunjukkan Hasil Positif Pemulihan
Berita ini 84 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 5 Desember 2025 - 21:28 WIB

Bumdes Desa Mudo Diduga Mangkrak, Kolam Lele Senilai Rp 85 Juta Tak Beroperasi Maksimal

Jumat, 5 Desember 2025 - 19:21 WIB

Semakin Memanas, Terindikasi Dugaan Pesanan Dalam Rotasi/Mutasi Pegawai Perumda Air Minum Tirta Argapura 

Jumat, 5 Desember 2025 - 18:08 WIB

Umat Stase Goodide Gelar Renungan Pendalaman Masa Adven: Keluarga dalam Terang Iman 

Jumat, 5 Desember 2025 - 12:32 WIB

Warga Desa Tegalwatu di Dampingi Pakopak, Terduga Pelaku Penipuan Asli Kelahiran Dusun Klagin Desa Brabe

Jumat, 5 Desember 2025 - 11:26 WIB

Rakor Kecamatan Dorong Efektivitas Program Tata Kelola Pemerintahan Responsif

Kamis, 4 Desember 2025 - 19:29 WIB

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  

Kamis, 4 Desember 2025 - 19:14 WIB

Program Rehabilitasi Lapas IIB Bangko Berakhir, 20 WBP Tunjukkan Hasil Positif Pemulihan

Kamis, 4 Desember 2025 - 16:12 WIB

Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia

Berita Terbaru