Pendidikan Essensialisme
Siti Mia Aldiana dan Suhardi
FITK IAIDU Asahan Kisaran, Manajemen Pendidikan Islam
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pendahuluan
Pendidikan adalah proses kehidupan dengan segala aspeknya dan menjalani kehidupan yang dicita-citakan dan bertujuan untuk dicapai dengan pasti. Manusia menjadi manusia dengan kekuatan spiritual dan intelektual ( Saidah A.H:2020). Secara historis, filsafat telah menjadi induk dari semua ilmu pengetahuan sejak zaman yunani kuno hingga saat ini. Filsafat dapat diartikan sebagai cara berpikir dengan ciri-ciri tertentu, yaitu kritis, sistematis, logis, kontemplatif, radikal dan spekulatif. Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakat. Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemikiran dari aliran pendidikan terjadi sebagai percakapan yang berkepanjangan, yaitu pemikiran-pemikiran awal, yang kemudian selalu ditanggapi oleh pemikir-pemikir berikutnya dengan kelebihan dan kekurangan, karena pemikiran-pemikiran baru muncul dari dialog, dimana proses ini adalah konfirmasi.
Filsafat pendidikan didukung oleh tiga jurusan, yaitu: 1) etika, atau teori nilai, 2) teori ilmiah, atau epistemologi, dan 3) realitas, atau teori di balik realitas dan realitas, yang disebut metafisika. Filsafat khususnya filsafat pendidikan telah melahirkan berbagai aliran yang mewarnai dunia pendidikan sepanjang sejarahnya, antara lain: progresivisme, pluralisme, rekonstruksionisme dan esensialisme. Dalam artikel ini, penulis membahas tentang perjalanan esensialisme dalam filsafat pendidikan dan kaitannya dengan filsafat pendidikan Islam (Ahmad Riyadi:2021).
Secara umum, sekolah esensialisme didasarkan pada filsafat tradisional idealisme dan realisme klasik. Kedua arus ini adalah pendukung esensialisme, tetapi mereka tidak melebur menjadi satu dan melepaskan keterpisahannya. Oleh karena itu, dalam artikel ini penulis terus membahas filsafat pendidikan esensialisme baik dalam kaitannya dengan ajarannya maupun dampaknya dalam konteks pendidikan modern( Dahniar:2020).
Pengertian Esensialisme
Esensialisme berasal dari kata essensial yang berarti sifat-sifat dasar atau dari kata asesnsi (pokok). Essensialisme mempunyai pandangan bahwa pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan. Aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikan bagi kehidupan manusia. Aliran ini berpedoman pada peradaban sejak zaman Renaissance. Pada zaman Renaissance telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayan purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi. Dalam zaman Renaissance muncul tahap-tahap pertama dari pemikiran essensialis yang berkembang selanjutnya Sepanjang perkembangan zaman Renaissance itu sendiri, yang mempunyai ciri-ciri utama yang berbeda dengan aliran progresifisme.
Perbedaannya yang utama adalah memberikan dasar berpijak kepada pendidikan yang penuh fleksibel, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak kepada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai tertinggi yang tata dan jelas. Paham filsafat idialisme Plato dan faham idialisme Aristoteles adalah dua aliran pikiran yang membetuk konsep-konsep berpikir golongan isensialisme (Mila Hasanah:2022).
Aliran esensialis memandang pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan “educatio as cultural conservation”.Oleh karena itu, aliran ini memiliki semboyan “conservation road to culture”, yaitu ingin mempertahankan atau melestarikan kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan umat manusia. Jadi budaya yang hendak atau harus diciptakan umat manusia hari ini dilakukan dengan jalan mempertahankan budaya masa lalu yang telah teruji dan terseleksi kebenarannya (Ahmad syar’i 2020).
Esensialis juga berpandangan bahwa sekolah merupakan center of excellence dan pewarisan kultur yang berperan aktif mealakukan konsolidasi, menyusun teori kebenaran untuk dimasukkan dalam himpunan knowledge development.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, esensialisme menekankan pada tujuan pewarisan nilai-nilai kultural-historis kepada peserta didik melalui pendidikan yang akumulatif dan terbukti dapat bertahan lama serta bernilai untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini dilaksanakan dengan memberikan skill, sikap dan nilai-nilai yang tepat, yang merupakan bagian esensial dari unsur-unsur pendidikan ( Afifuddin Harisah: 2018).
Esensialisme pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, Memiliki kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Dengan demikian, Renaisance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensiali Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terha dap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengena manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan zaman (Jalaluddin dan Abdullah ldi: 2007).
Tokoh Aliran Esensialisme
Essesnsialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah keduniawian, serba ilmiah dan materialistik. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut idialisme yang bersifat spiritual dan realisme yang titik berat tujuannya adalah mengenai alam dan dunia fisik. Adapun beberapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran essensialisme, yaitu: Desiderius Erasmus (akhir abad 15), Johan Amos Comenius (1592 – 1670), John Locke (1632 – 1704), Johan Heinrich Pestalozzi (1746 – 1827), Johan Friedrich Frobel (1782 – 1852), Johan Friedrich Herbert (1776 – 1841), William T. Harris (1835-1909).
Berbicara tentang perubahan, esensialisme berependapat bahwa perubahan merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat diubah dalam kehidupan social. Mereka mengakui evolusi manusia dalam sejarah, namun evolusi itu harus terjadi sebagai hasil desakan masyarakat secara terus- menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan intelegensi manusia yang mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan cara-cara bertindak, organisasi, dan fungsi sosial(Mila Hasanah: 2022).
Pandangan Islam Terhadap Aliran Esensialisme
Menurut Al-Syaibany. Filsafat Pendidikan adalah aktifitas pikiran yang teratur, yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Sementara menurut Imam Barnadib, filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Sedangkan menurut Hasan Langulung, filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar- akarnya, sistematis, dan universal mengenai pendidikan. Dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan merupakan proses berfikir yang dilakukan secara mendalam dan terus menerus tentang hakikat segala sesuatu khususnya dalam bidang pendidikan sehingga dapat menghasilkan format pendidikan yang tepat (Ahmad Riyadi, 2(3): 2021).
Arifin menyatakan bahwa pengertian Filsafat Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah “Konsep berfikir tentang pendidikan yang bersumber pada ajaran Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam.” senada dikatakan Mulkhan yang memberikan pengertian Filsafat Pendidikan Islam adalah“Suatu analisis atau pemikiran rasional yang dilakukan secara kritis,radikal, sistematis dan metodologis untuk memperoleh pengetahuanmengenai hakikat pendidikan Islam.”
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa FilsafatPendidikan Islam merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkanpada Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, Filsafat Pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan sebagai filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islamatau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam. Jadi, ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya (Salminawati: 2011).
Pandangan ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata nilai yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada cela pula. Dengan kata lain, bagaimana bentuk, sifat, kehendak, dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada.Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian, dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia.
Kurikulum sekolah bagi esensialisme semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran, dan keagungan. Dalam sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola idealisme dan realisme. Realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme objektif. Realisme objektif mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam dan tempat manusia di dalamnya.
Hegel mengemukakan adanya sintesis antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesis ini adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa setiap tingkat kelanjutan dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah mani- festasi dari ekspresi berpikirnya Tuhan.
Dalam Pandangan Epistemologi Esensialisme Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi esensialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari bahwa realita sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestiannya.
Kontroversi Jasmaniah Rohaniah, Perbedaan idealisme dan realisme adalah karena yang pertama menganggap bahwa rohani adalah kunci kesadaran tentang realita. Manusia mengetahui sesuatu hanya di dalam dan melalui ide, rohaniah. Sebaliknya, realis berpendapat bahwa kita hanya mengetahui suatu realita di dalam melalui jasmani. Dengan demikian, unsur rohani dan jasmani merupa- kan realita kepribadian manusia. Untuk mengerti manusia, baik filosofis maupun ilmiah, haruslah melalui hal tersebut dan pendekatan rangkap yang sesuai dalam pelaksanaan pendidikan.
Pendekatan Idealisme pada pengetahuan, Menurut T.H. Green, pendidikan personalisme its hanya melalui introspeksi. Padahal manusia tidak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kes daran jiwa tanpa adanya pengamatan. Karena itu, setiap pengalaman mental pasti melalui refleksi ber- bagai macam pengalaman.
Pendekatan Realisme pada pengetahuan, Teori ilmu jiwa asosiasi (John Locke) . Pikiran atau ide-ide dan isi jiwa adalah asosiasi unsur-unsur pengindraan dan pengamatan. Penganut teori asosiasi juga menggunakan metode instrospeksi yang dipakai oleh kaum idealis Sedangkan asosiasi, menurut beberapa filsuf Inggris adalah gagasan atau isi jiwa itu terbentuk dari asosiasi unsur-unsur berupa kesan-kesan atau tanggapan yang dapat diumpamakan sebagai atom-atom dari jiwa.
Pandangan ontologi dan epistemologi sangat meme-ngaruhi pandangan aksiologi. Bagi aliran ini, nilai-nilai berasal dan tergantung pada pandangan-pandangan idea- lisme dan realisme. Penganut idealisme berpendapat bahwa hukum hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika interaktif dan melaksanakan hukum hukum itu. Menurut idealisme, sikap, tingkah laku, da ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan denga kualitas baik dan buruk.
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesis dengan mengata- kan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian, dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai- nilai, tetap saja diakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (dalam memilih, melaksanakan).
Prinsip sederhana realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi, bahwa sumber semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidup. Dalam masalah baik buruk khususnya dan keadaan manusia pada umumnya, realisme bersandarkan pada keturunan dan lingkungan. Perbuatan seseorang adalah hasil perpaduan yang timbul ( Jalaluddin dan Abdullah ldi:2017).
Pandangan Esensialisme Dalam Pembelajaran
Pola dasar pendidikan esensialisme bisa dikatakan berasal dari aliran filsafat esensialisme meskipun tidak mencakup semuanya. Secara umum, prinsip-prinsip utama filsafat esensialisme konsisten dengan teori pendidikannya, namun esensialist percaya bahwa dalam pelaksanaan pendidikan diperlukan modifikasi dan adaptasi dengan kondisi yang ada. Dari sini, dapat dipahami adanya hubungan yang erat antara filsafat esensialisme dan paradigma pendidikannya. Untuk itu, dalam pembahasan ini, pendidikan esensialisme perlu diparalelkan dengan aliran filsafatnya. Aliran filsafat esensialisme adalah suatu aliran yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama yang dianggap telah banyak memberi kebaikan-kebaikan bagi umat manusia (Sembodo: 2015).
Dalam konsep esensialisme pendidikan bertujuan untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan berpangkal pada landasan ideal dan organisasi yang kuat. Penguasaan materi kurikulum tersebut merupakan dasar yang bersifat esensialisme genarl education yang diperlukan dalam hidup. Peran sekolah adalah untuk memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi muda dewasa ini, melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional (Hisarma Saragih,dkk: 2021).
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing ( Kristiawan:2016).
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampai- kan warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar dewasa ini melalui hikmat dan pengalaman yang terakkumulasi dari disiplin tradisional. Mengenai Peranan guru banyak persamaannya dengan perenialisme. Guru dianggap sebagai seseorang yang menguasai lapangan subjek khusus, dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk yang ditiru dan digugu. Guru merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas berada di bawah pengaruh dan pengawasan guru (Usiono: 2009).
Kajian-kajian terdahulu pada dasarnya sudah memberikan gambaran tentang pandangan atau prinsip-prinsip dasar pendidikan esensialisme baik dari segi filosofis, pola dasar, maupun konsep operasionalnya. Walaupun demikian, untuk memperkokoh kajian tentang hal-hal yang prinsipil dalam pendidikan esensialisme, perlu dituangkan di sini prinsip-prinsip utama pendidikannya, seperti prinsip education as cultural concervation, prinsip penyesuaian kepada natural law, prinsip demokrasi, dan prinsip-prinsip dalam belajar dan kurikulum .
Prinsip Education as Cultural Concervation, Semangat ingin kembali kepada warisan kebudayaan masa silam yang agung, ideal, dan telah teruji oleh zaman, merupakan watak dan prinsip utama pendidikan esensialisme. Pendidikan, oleh karena itu, menjadi pemelihara kebudayaan yang ada. Ide dasar prinsip ini muncul sebagai reaksi atas kenyataan atau diagnose bahwa kebudayaan modern gagal mencapai prospek ideal. Pemikiran tentang pentingnya pendidikan yang berorientasi pada nilai dan norma-norma budaya yang ada dapat dijelaskan bahwa manusia sepanjang kehidupannya berada dalam suatu kontak sosial.
Prinsip Penyesuaian kepada Natural Law
Natural law adalah evolusi, yaitu suatu proses perubahan yang sistematis ke arah kematangan. Semua makhluk mengalami proses evolusi, bahkan proses sejarah dan sosial dianggap mengikuti proses ini. Dalam dunia pendidikan, para tokoh esensialisme juga merumuskan aturan-aturan pendidikan dan pengajaran berdasarkan natural law. Mereka menandaskan bahwa proses belajar mengajar harus sistematis, dari yang mudah menuju yang sukar, dari sederhana ke arah yang kompleks, dan metode pengajaran perlu mengikuti prinsip penyesuaian, Demikian juga agar pendidikan berjalan dengan lancar dan tertib, harus ada disiplin.
Prinsip Demokrasi
Aliran filsafat yang mendukung esensialisme sama-sama menaruh perhatian kepada perlunya demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penganut idealisme memandang demokrasi sebagai perpaduan spiritual pribadi-pribadi, suatu bentuk super-person. Sedangkan penganut realisme menafsirkan demokrasi dalam arti kebebasan individu sebagai lambang kemajuan dalam evolusi makhluk-makhluk. Ini berarti idealisme cenderung menekankan pada kepribadian individu, sedang realisme lebih memberikan ruang pada kebebasan individu.
Para tokoh esensialisme juga bercita-cita membina kebudayaan manusia sekarang dengan asas-asas demokrasi, democratic way of life. Menurut mereka, hanya dengan asas-asas demokrasi itu keharmonisan dan kesejahteraan yang berdasarkan penghormatan kepada martabat manusia akan terwujud. Sebab krisis kebudayaan modern sekarang tidak hanya timbul sebagai pengaruh kemajuan teknologi, politik, dan ekonomi yang lepas nilai, tetapi lebih banyak disebabkan oleh perkosaan atas hak asasi manusia dan kurangnya rasa hormat atas martabat manusia serta kurangnya respek atas nilai-nilai yang berlaku.
Prinsip-prinsip Dalam Belajar
Esensialisme dalam mengkaji masalah belajar meletakkan dasar pijakannya pada pemikiran filosofis dan cara kerja ilmiah. Menurut esensialisme, proses belajar secara sederhana dapat diletakkan pada prinsip-prinsip; “melatih daya jiwa yang potensial telah ada, dan proses belajar sebagai proses penyerapan apa yang berasal dari luar, yaitu dari warisan-warisan sosial yang disusun di dalam kurikulum tradisional, dan guru berfungsi sebagai perantara”.
Berdasarkan pandangan subyektif-individual ini, idealisme menganggap belajar sebagai proses self-development of mind as spiritual substance. Ini berarti bahwa jiwa itu bersifat kreatif. Sedang pendidikan merupakan proses melatih dan mengembangkan daya- daya jiwa untuk memahami realita, kebenaran, Di sisi lain, realisme memandang proses belajar sebagai hubungan antara pribadi dengan lingkungan. Ini berarti bahwa belajar merupakan proses penyesuaian terhadap lingkungan dalam pola stimulus-respon.
Prinsip-prinsip Kurikulum
Para tokoh esensialisme diformulasikan dalam bentuk kurikulum yang kaya, berurutan dan sistematis, yang didasarkan pada target tertentu yang tidak dapat dikurangi sebagai satu kesatuan pengetahuan, kecakapan, dan sikap yang berlaku di dalam kebudayaan yang demokratis, Prinsip yang lain adalah kurikulum yang menekankan penguasaan yang tepat atas isi atau materi kurikulum itu, “curriculum, moreover, in which there is stress upon adequate mastery of the content”. Artinya bahwa kurikulum dibuat memang sudah didasarkan pada urgensi yang ada di dalam kebudayaan tempat hidup si anak (Sembodo: 2015).
Penutup
Esensialisme berasal dari kata essensial yang berarti sifat-sifat dasar atau dari kata asesnsi (pokok). Essensialisme mempunyai pandangan bahwa pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan. Aliran ini berpedoman pada peradaban sejak zaman Renaissance, Dalam zaman Renaissance muncul tahap-tahap pertama dari pemikiran essensialis yang berkembang selanjutnya Sepanjang perkembangan zaman Renaissance itu sendiri. Aliran esensialis memandang pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan “educatio as cultural conservation”.Oleh karena itu, aliran ini memiliki semboyan “conservation road to culture”, yaitu ingin mempertahankan atau melestarikan kebudayaan lama. Renaisance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensiali Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terha dap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan.
Penganut idialisme yang bersifat spiritual dan realisme yang titik berat tujuannya adalah mengenai alam dan dunia fisik. Adapun beberapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran essensialisme, yaitu: Desiderius Erasmus (akhir abad 15), Johan Amos Comenius (1592 – 1670), John Locke (1632 – 1704), Johan Heinrich Pestalozzi (1746 – 1827), Johan Friedrich Frobel (1782 – 1852), Johan Friedrich Herbert (1776 – 1841), William T. Harris (1835-1909)
Pandangan ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata nilai yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada cela pula. Dengan kata lain, bagaimana bentuk, sifat, kehendak, dan cita-cita manusia. Hegel mengemukakan adanya sintesis antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Dalam Pandangan Epistemologi Esensialisme Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi esensialisme. Pandangan ontologi dan epistemologi sangat meme- ngaruhi pandangan aksiologi. Bagi aliran ini, nilai-nilai berasal dan tergantung pada pandangan-pandangan idea- lisme dan realisme. Prinsip sederhana realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi, bahwa sumber semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidup. Dalam masalah baik buruk khususnya dan keadaan manusia pada umumnya.
Pola dasar pendidikan esensialisme bisa dikatakan berasal dari aliran filsafat esensialisme, Secara umum, prinsip-prinsip utama filsafat esensialisme konsisten dengan teori pendidikannya. Dari sini, dapat dipahami adanya hubungan yang erat antara filsafat esensialisme dan paradigma pendidikannya.Aliran filsafat esensialisme adalah suatu aliran yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama yang dianggap telah banyak memberi kebaikan-kebaikan bagi umat manusia.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Untuk memperkokoh kajian tentang hal-hal yang prinsipil dalam pendidikan esensialisme, perlu dituangkan di sini prinsip-prinsip utama pendidikannya, seperti prinsip education as cultural concervation, prinsip penyesuaian kepada natural law, prinsip demokrasi, dan prinsip-prinsip dalam belajar dan kurikulum .