SUARA UTAMA – Surabaya, 6 November 2025 – Pasar saham Amerika Serikat diperkirakan masih akan mencatatkan pertumbuhan pada tahun 2025, meskipun dengan laju yang lebih moderat dibandingkan dua tahun terakhir. Sejumlah analis dari lembaga keuangan besar seperti Morgan Stanley dan Goldman Sachs menilai bahwa kenaikan indeks seperti S&P 500 akan lebih ditopang oleh peningkatan laba perusahaan dan dorongan inovasi teknologi, bukan hanya euforia investor.
Optimisme Berlanjut, Namun Tidak Euforia
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut laporan Morgan Stanley Insights, tren pertumbuhan laba perusahaan mulai meluas di luar perusahaan raksasa teknologi, menandakan pasar yang lebih seimbang. “Kenaikan tahun depan kemungkinan tidak akan sebesar 2023–2024, tetapi lebih sehat dan berkelanjutan,” tulis analis utama Morgan Stanley.
Sementara itu, Goldman Sachs menegaskan bahwa investor sebaiknya tetap bertahan di pasar. “Fundamental ekonomi AS tetap kuat, terutama dengan dorongan produktivitas dari sektor kecerdasan buatan (AI),” ungkap laporan yang dikutip MarketWatch.
Risiko Tetap Mengintai
Meski prospeknya positif, para analis memperingatkan adanya sejumlah risiko yang dapat menekan pasar. Valuasi saham yang sudah tinggi, perlambatan ekonomi global, serta ketidakpastian kebijakan suku bunga dan tarif perdagangan menjadi tiga faktor utama yang dapat memicu volatilitas.
“Pasar saat ini sudah priced in untuk kabar baik. Jika ada kejutan negatif, ruang koreksi cukup terbuka,” ujar analis Morningstar dalam laporan triwulanannya.
Komentar Pakar: Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP
Pakar ekonomi dan perpajakan, Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP, menilai bahwa arah pasar saham AS pada 2025 akan sangat bergantung pada konsistensi kebijakan The Fed dan stabilitas global.
“Investor harus memahami bahwa pasar AS kini berada pada fase maturity cycle. Kenaikan masih mungkin terjadi, tetapi tidak lagi seagresif dua tahun lalu. Fokuslah pada fundamental dan hindari spekulasi jangka pendek,” ujar Yulianto.
Beliau juga menekankan pentingnya diversifikasi aset lintas negara, termasuk pasar Asia dan komoditas seperti emas, untuk mengimbangi potensi koreksi di pasar AS.
“Ketika valuasi di AS sudah tinggi, investor bijak akan mencari keseimbangan portofolio dengan aset defensif. Ini bukan soal mengejar keuntungan cepat, melainkan menjaga keberlanjutan investasi,” tambahnya.
Proyeksi dan Strategi Investor
Berdasarkan proyeksi Finance Yahoo, target kenaikan indeks S&P 500 untuk tahun 2025 berada di kisaran 5–10 %, tergantung pada arah inflasi dan kebijakan moneter Federal Reserve.
Investor disarankan untuk lebih selektif, mengalihkan sebagian portofolio ke sektor bernilai (value stocks) atau industri yang masih undervalued seperti energi dan keuangan.
“2025 adalah tahun bagi disiplin investasi, bukan euforia,” tulis Business Insider dalam artikelnya. “Diversifikasi lintas sektor dan wilayah akan menjadi kunci menghadapi fluktuasi global.”
Kesimpulan
Secara keseluruhan, sentimen pasar saham AS tetap positif, didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil, inovasi teknologi, dan optimisme terhadap produktivitas baru dari AI. Namun, para analis dan pakar seperti Yulianto Kiswocahyono mengingatkan bahwa potensi koreksi tetap ada, sehingga investor perlu menyeimbangkan antara peluang dan kehati-hatian.
Penulis : Odie Priambodo
Editor : Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama














