Analisa Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP
SUARA UTAMA – Jakarta, 26 September 2025 – Harga Bitcoin kembali tertekan di pasar kripto global. Pada perdagangan Kamis siang, aset kripto terbesar ini diperdagangkan di kisaran USD 111.270, turun sekitar 1,6 persen dibandingkan sehari sebelumnya. Penurunan ini menambah daftar panjang volatilitas yang mewarnai perjalanan Bitcoin sepanjang tahun 2025.
Menurut Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP, konsultan pajak senior sekaligus pengamat fiskal, pelemahan ini tidak bisa hanya dilihat sebagai fluktuasi biasa. “Kita harus melihatnya secara menyeluruh, baik dari sisi fundamental maupun teknikal. Kombinasi keduanya memberi gambaran jelas tentang arah pasar,” ujarnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Faktor Fundamental: Tekanan Ekonomi Global
- Suku Bunga Tinggi
Bank Sentral AS (The Fed) masih menahan suku bunga di level tinggi untuk menekan inflasi. Kondisi ini membuat investor lebih memilih aset aman seperti obligasi pemerintah. “Imbal hasil obligasi yang tinggi membuat kripto kalah atraktif. Inilah alasan utama kenapa arus dana cenderung keluar dari Bitcoin,” kata Yulianto.
- Likuidasi Leverage
Pasar kripto dikenal penuh spekulasi. Banyak trader menggunakan leverage (utang untuk memperbesar posisi). Begitu harga bergerak turun, posisi mereka otomatis dilikuidasi. “Efek domino likuidasi inilah yang mempercepat penurunan harga. Bukan hanya spekulasi kecil, tapi juga posisi besar institusi,” jelasnya.
- Ketidakpastian Regulasi
AS dan Uni Eropa kembali membahas regulasi ketat terhadap aset digital. Wacana ini membuat sebagian investor memilih menunggu. “Pasar kripto sangat sensitif terhadap berita regulasi. Kalau sinyalnya negatif, investor langsung mengurangi eksposur,” tambah Yulianto.
- Profit Taking Pasca Reli
Sejak awal kuartal ketiga 2025, Bitcoin sempat menguat signifikan. Namun, tren ini memicu aksi ambil untung (profit taking) dari investor jangka pendek. “Koreksi alami sebenarnya sehat, tapi ketika berbarengan dengan faktor eksternal, dampaknya jadi lebih tajam,” ujar Yulianto.
Analisa Teknikal: Level Kritis yang Diawasi
Selain faktor fundamental, analisa teknikal juga memberi gambaran tren jangka pendek Bitcoin.
- Support kuat: berada di kisaran USD 110.000. Jika level ini ditembus, harga berpotensi meluncur ke USD 107.500–105.000.
- Resistance terdekat: sekitar USD 113.500. Selama level ini belum ditembus, tren jangka pendek masih negatif.
- Indikator RSI (Relative Strength Index): mendekati area oversold, memberi peluang rebound kecil, namun belum cukup kuat untuk membalikkan tren.
- Volume perdagangan: menurun, menandakan tekanan jual lebih dominan dibandingkan minat beli baru.
Yulianto mengingatkan, “Teknikal menunjukkan bahwa pasar sedang mencari titik keseimbangan baru. Selama support 110 ribu belum ditembus, peluang rebound tetap ada. Tapi jika jebol, investor harus siap menghadapi tekanan lebih dalam.”
Prospek Jangka Menengah
Meski tren jangka pendek terlihat suram, sebagian analis tetap optimis terhadap potensi Bitcoin dalam jangka menengah hingga panjang.
- Adopsi Institusional: Semakin banyak perusahaan besar dan lembaga keuangan mulai melirik aset digital sebagai diversifikasi portofolio.
- Halving Bitcoin: Agenda halving berikutnya diperkirakan mendorong kelangkaan suplai, yang historisnya menjadi pemicu reli harga.
- Permintaan dari Negara Berkembang: Bitcoin semakin populer sebagai lindung nilai di negara-negara dengan inflasi tinggi.
Namun, Yulianto memberi catatan, “Prospek jangka menengah tetap positif, tapi jangan sampai optimisme buta membuat investor lupa risiko. Regulasi, teknologi blockchain, dan stabilitas makroekonomi global tetap faktor penentu.”
Strategi Investor: Hati-hati dan Terukur
Bagi investor ritel, volatilitas seperti ini bisa sangat menegangkan. Yulianto memberikan beberapa panduan:
- Manajemen Risiko – Gunakan modal yang siap rugi, jangan berutang untuk membeli kripto.
- Diversifikasi – Jangan hanya menggantungkan diri pada Bitcoin. Aset lain seperti emas atau obligasi bisa menjadi penyeimbang.
- Disiplin dengan Level Teknis – Perhatikan support dan resistance, jangan membeli hanya karena “FOMO” (fear of missing out).
- Pahami Fundamental – Jangan terpaku pada grafik semata, pahami pula faktor makroekonomi dan kebijakan global.
Penutup
Penurunan Bitcoin kali ini mencerminkan bahwa pasar kripto masih sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, bukan hanya dinamika internal blockchain. Secara fundamental, tekanan suku bunga, likuidasi leverage, dan ketidakpastian regulasi masih membayangi. Sementara secara teknikal, level USD 110.000 menjadi kunci penentu arah pergerakan berikutnya.
“Investor perlu bersikap realistis. Jangan hanya mengejar euforia kenaikan harga, tapi pahami juga risiko penurunan. Bitcoin tetap menarik, tapi bukan tanpa risiko,” tutup Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP.
Penulis : Odie Priambodo
Editor : Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama














