Bitcoin Melemah, Fundamental dan Teknikal Beri Sinyal Waspada

- Penulis

Jumat, 26 September 2025 - 08:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP, konsultan pajak senior, memberikan edukasi mengenai pergerakan Bitcoin serta tantangan regulasi aset kripto di Indonesia, dalam konteks keterkaitannya dengan pajak dan dinamika pasar global.

Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP, konsultan pajak senior, memberikan edukasi mengenai pergerakan Bitcoin serta tantangan regulasi aset kripto di Indonesia, dalam konteks keterkaitannya dengan pajak dan dinamika pasar global.

Analisa Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP

SUARA UTAMA – Jakarta, 26 September 2025 – Harga Bitcoin kembali tertekan di pasar kripto global. Pada perdagangan Kamis siang, aset kripto terbesar ini diperdagangkan di kisaran USD 111.270, turun sekitar 1,6 persen dibandingkan sehari sebelumnya. Penurunan ini menambah daftar panjang volatilitas yang mewarnai perjalanan Bitcoin sepanjang tahun 2025.

Menurut Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP, konsultan pajak senior sekaligus pengamat fiskal, pelemahan ini tidak bisa hanya dilihat sebagai fluktuasi biasa. “Kita harus melihatnya secara menyeluruh, baik dari sisi fundamental maupun teknikal. Kombinasi keduanya memberi gambaran jelas tentang arah pasar,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Bitcoin Melemah, Fundamental dan Teknikal Beri Sinyal Waspada Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

 

Faktor Fundamental: Tekanan Ekonomi Global

  1. Suku Bunga Tinggi

Bank Sentral AS (The Fed) masih menahan suku bunga di level tinggi untuk menekan inflasi. Kondisi ini membuat investor lebih memilih aset aman seperti obligasi pemerintah. “Imbal hasil obligasi yang tinggi membuat kripto kalah atraktif. Inilah alasan utama kenapa arus dana cenderung keluar dari Bitcoin,” kata Yulianto.

  1. Likuidasi Leverage

Pasar kripto dikenal penuh spekulasi. Banyak trader menggunakan leverage (utang untuk memperbesar posisi). Begitu harga bergerak turun, posisi mereka otomatis dilikuidasi. “Efek domino likuidasi inilah yang mempercepat penurunan harga. Bukan hanya spekulasi kecil, tapi juga posisi besar institusi,” jelasnya.

  1. Ketidakpastian Regulasi

AS dan Uni Eropa kembali membahas regulasi ketat terhadap aset digital. Wacana ini membuat sebagian investor memilih menunggu. “Pasar kripto sangat sensitif terhadap berita regulasi. Kalau sinyalnya negatif, investor langsung mengurangi eksposur,” tambah Yulianto.

  1. Profit Taking Pasca Reli

Sejak awal kuartal ketiga 2025, Bitcoin sempat menguat signifikan. Namun, tren ini memicu aksi ambil untung (profit taking) dari investor jangka pendek. “Koreksi alami sebenarnya sehat, tapi ketika berbarengan dengan faktor eksternal, dampaknya jadi lebih tajam,” ujar Yulianto.

 

Analisa Teknikal: Level Kritis yang Diawasi

Selain faktor fundamental, analisa teknikal juga memberi gambaran tren jangka pendek Bitcoin.

  • Support kuat: berada di kisaran USD 110.000. Jika level ini ditembus, harga berpotensi meluncur ke USD 107.500–105.000.
  • Resistance terdekat: sekitar USD 113.500. Selama level ini belum ditembus, tren jangka pendek masih negatif.
  • Indikator RSI (Relative Strength Index): mendekati area oversold, memberi peluang rebound kecil, namun belum cukup kuat untuk membalikkan tren.
  • Volume perdagangan: menurun, menandakan tekanan jual lebih dominan dibandingkan minat beli baru.
BACA JUGA :  Inkubasi Bisnis Wiji Unggul 2024 Ditutup dengan Sukses: UMKM Tangguh dan Adaptif

Yulianto mengingatkan, “Teknikal menunjukkan bahwa pasar sedang mencari titik keseimbangan baru. Selama support 110 ribu belum ditembus, peluang rebound tetap ada. Tapi jika jebol, investor harus siap menghadapi tekanan lebih dalam.”

 

Prospek Jangka Menengah

Meski tren jangka pendek terlihat suram, sebagian analis tetap optimis terhadap potensi Bitcoin dalam jangka menengah hingga panjang.

  • Adopsi Institusional: Semakin banyak perusahaan besar dan lembaga keuangan mulai melirik aset digital sebagai diversifikasi portofolio.
  • Halving Bitcoin: Agenda halving berikutnya diperkirakan mendorong kelangkaan suplai, yang historisnya menjadi pemicu reli harga.
  • Permintaan dari Negara Berkembang: Bitcoin semakin populer sebagai lindung nilai di negara-negara dengan inflasi tinggi.

Namun, Yulianto memberi catatan, “Prospek jangka menengah tetap positif, tapi jangan sampai optimisme buta membuat investor lupa risiko. Regulasi, teknologi blockchain, dan stabilitas makroekonomi global tetap faktor penentu.”

 

Strategi Investor: Hati-hati dan Terukur

Bagi investor ritel, volatilitas seperti ini bisa sangat menegangkan. Yulianto memberikan beberapa panduan:

  1. Manajemen Risiko – Gunakan modal yang siap rugi, jangan berutang untuk membeli kripto.
  2. Diversifikasi – Jangan hanya menggantungkan diri pada Bitcoin. Aset lain seperti emas atau obligasi bisa menjadi penyeimbang.
  3. Disiplin dengan Level Teknis – Perhatikan support dan resistance, jangan membeli hanya karena “FOMO” (fear of missing out).
  4. Pahami Fundamental – Jangan terpaku pada grafik semata, pahami pula faktor makroekonomi dan kebijakan global.

 

Penutup

Penurunan Bitcoin kali ini mencerminkan bahwa pasar kripto masih sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, bukan hanya dinamika internal blockchain. Secara fundamental, tekanan suku bunga, likuidasi leverage, dan ketidakpastian regulasi masih membayangi. Sementara secara teknikal, level USD 110.000 menjadi kunci penentu arah pergerakan berikutnya.

“Investor perlu bersikap realistis. Jangan hanya mengejar euforia kenaikan harga, tapi pahami juga risiko penurunan. Bitcoin tetap menarik, tapi bukan tanpa risiko,” tutup Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP.

Penulis : Odie Priambodo

Editor : Andre Hariyanto

Sumber Berita : Wartawan Suara Utama

Berita Terkait

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  
Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia
Kepatuhan Pajak di Tangan Algoritma: Solusi atau Ancaman?
Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”
Penulis Tak Lagi Dibebani Administrasi Pajak? Kemenekraf Mulai Lakukan Pembenahan
Eko Wahyu Pramono Gugat Politeknik Negeri Jember ke PTUN Surabaya
Janji Boleh Lisan, Pembuktiannya Harus Kuat: Pesan Advokat Roszi Krissandi
Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza
Berita ini 44 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 4 Desember 2025 - 19:29 WIB

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  

Kamis, 4 Desember 2025 - 16:12 WIB

Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia

Rabu, 3 Desember 2025 - 15:29 WIB

Kepatuhan Pajak di Tangan Algoritma: Solusi atau Ancaman?

Rabu, 3 Desember 2025 - 14:43 WIB

Friedrich Nietzsche dan Gema Abadi dari Kalimat “Tuhan Telah Mati”

Selasa, 2 Desember 2025 - 14:11 WIB

Penulis Tak Lagi Dibebani Administrasi Pajak? Kemenekraf Mulai Lakukan Pembenahan

Selasa, 2 Desember 2025 - 12:48 WIB

Eko Wahyu Pramono Gugat Politeknik Negeri Jember ke PTUN Surabaya

Senin, 1 Desember 2025 - 20:03 WIB

Janji Boleh Lisan, Pembuktiannya Harus Kuat: Pesan Advokat Roszi Krissandi

Senin, 1 Desember 2025 - 14:21 WIB

Membedah Pemikiran Filsuf Baruch De Spinoza

Berita Terbaru