Suara Utama, Jakarta. Memaknai peringatan kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, Ustadz Fahmi Salim yang akrab disapa UFS menggelar peluncuran dan bedah buku terbarunya berjudul Petunjuk Manusia Pilihan: Jalan Indonesia Mengakhiri Kegelapan. Acara yang digelar Al-Fahmu Institute ini berlangsung di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jumat (15/8/2025) menghadirkan sejumlah pemikir dan tokoh bangsa lintas bidang.
Nampak hadir antara lain pakar Al-Qur’an Dr KH Amir Faisol Fath, wakil sekretaris Wantim MUI, KH. Zaitun Rasmin, pengamat politik kebangsaan Dr Toni Rosyid, budayawan Neno Warisman, Ustadz Yusuf Mansur pengasuh Pesantren Darul Qur’an serta KH. Nurhasan Zaidi anggota DPR RI periode 2019-2024. Menteri Kebudayaan RI, Dr. Fadli Zon menyampaikan sambutan pengantar. Dukungan apresiatif datang pula melalui video dari Prof Abdul Mu’ti (Mendikdasmen RI), Prof Atip Latipul Hayat (Wamendikdasmen), Ustadz Abdul Somad, Ustadz Bachtiar Nasir, dan Anies Baswedan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ustadz Fahmi menuturkan, “Sepertiga isi Al-Qur’an adalah kisah -bukan untuk hiburan, bukan dongeng pengantar tidur-, tetapi manual hidup yang mengajarkan prinsip kepemimpinan, ketahanan, strategi perjuangan, dan cara membangkitkan umat dari kegelapan. Jika kisah ini tidak penting, ia tidak akan menempati porsi yang begitu besar dalam kitab suci.”
Beliau menyitir ayat yang terdapat dalam QS. Yūsuf [12]:111, “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Quran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”
UFS menguraikan, “Sejarah para nabi adalah sejarah perlawanan terhadap ketidakadilan. Al-Qur’an tidak sekadar menceritakan kemenangan akhir, tetapi juga menggambarkan jalan terjal, pengkhianatan, ketakutan, dan pengorbanan yang harus dilalui. Visi ini dipertegas oleh ulama seperti al-Kawākibī yang memaparkan strategi menghadapi tirani: membangkitkan kesadaran, mengikis ketakutan, dan menanamkan keyakinan bahwa kebenaran tidak akan dikalahkan oleh kekuatan batil.”
Lebih lanjut founder Al-Fahmu Institute ini mengulas intisari dari inspirasi kenabian, “Kisah Nabi Ibrahim a.s. mengajarkan lembut hati kepada ayah, tetapi teguh melawan berhala. Nabi Nuh a.s. menunjukkan kesabaran dakwah ratusan tahun, meski putranya menolak iman. Nabi Musa a.s. mencontohkan keberanian melawan tirani meski dihadapkan pada kekuatan absolut Fir’aun. Semua ini adalah potret kepemimpinan yang memadukan empati, visi, dan keberanian – tiga unsur yang sangat dibutuhkan Indonesia saat ini.”
Buku Petunjuk Manusia Pilihan mengemas 33 kisah nabi dan rasul serta dua refleksi tentang menghadapi kekuasaan tiran, bukan sebagai nostalgia, tetapi sebagai peta jalan untuk menyalakan obor perubahan di negeri ini. Inilah bahan bakar moral yang harus kita suntikkan ke dalam jiwa bangsa, agar kemerdekaan yang kita rayakan tidak hanya menjadi peringatan rutin, tetapi pernyataan tegas bahwa kita siap menjadi bangsa berkarakter dan berdaulat sepenuhnya.
Dari Nabi Yusuf, kita belajar kepemimpinan yang membebaskan rakyat dari krisis pangan dengan visi jangka panjang. Dari Nabi Sulaiman, kita belajar kepemimpinan yang memadukan kekuatan militer dan diplomasi. Dari Nabi Muhammad ﷺ, kita belajar membangun peradaban dari nol, dimulai dari pembentukan karakter sahabat satu per satu.
Semoga melalui keteladanan para manusia pilihan, HUT RI ke-80 ini kita jadikan titik balik: dari bangsa yang mudah melupakan pelajaran sejarah, menjadi bangsa yang hidup dengan kesadaran sejarah. Kisah para nabi adalah kompas yang menuntun kita melewati badai global, krisis moral, dan ancaman perpecahan. Bangsa yang besar bukan hanya bangsa yang merdeka di atas kertas, tapi bangsa yang berjiwa merdeka, berkarakter kuat, dan dipimpin oleh orang-orang yang takut hanya kepada Allah.
Penulis : Imanuddin Kamil
Editor : Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama

















