Tersingkir karena Nurani: Gary Lineker BBC dan Harga Sebuah Kebenaran

- Penulis

Jumat, 27 Juni 2025 - 09:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUARA UTAMA – Sebuah Kisah yang pilu tentunya bagi pembaca yang mendengarnya atau membaca di Media, dimana Seorang Mantan Kapten sepak bola Inggris dan tokoh terkemuka dalam penyiaran olahraga Inggris selama lebih dari dua dekade, mengundurkan diri dari tugasnya sebagai pembawa acara di BBC. Lembaga penyiaran publik ini mengonfirmasi kepergiannya pada Senin, 19 Mei 2025, Al Jazeera melaporkan.

Di dunia yang semakin gaduh oleh opini dan kepentingan politik, suara jujur yang lahir dari nurani sering kali terdengar terlalu nyaring—bahkan mengganggu. Gary Lineker, ikon sepak bola Inggris dan pembawa acara Match of the Day selama lebih dari dua dekade, menjadi contoh nyata bagaimana suara yang membela kemanusiaan bisa menjadi senjata makan tuan.

Gary Lineker bukanlah figur kontroversial. Ia dihormati karena integritasnya, keahlian analisisnya, dan gaya komunikasinya yang tenang. Namun, di balik ketenangan itu, ia menyimpan kepedulian mendalam terhadap isu-isu sosial. Dalam banyak kesempatan, ia tak segan bersuara untuk kaum marginal, pengungsi, dan korban konflik. Maka ketika tragedi kemanusiaan kembali menyelimuti Gaza, Lineker merasa tak bisa tinggal diam.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Tersingkir karena Nurani: Gary Lineker BBC dan Harga Sebuah Kebenaran Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Cuitan yang Mengubah Segalanya

Melalui media sosial, Lineker menyampaikan empatinya terhadap penderitaan warga sipil Palestina, khususnya di Gaza, yang menjadi korban dalam konflik bersenjata yang tak kunjung usai. Ia mengkritik standar ganda media dan pemerintah Barat dalam merespons kekerasan, dan menyerukan pentingnya kemanusiaan di atas politik.

Cuitan tersebut segera memicu kontroversi. BBC, sebagai lembaga penyiaran publik Inggris yang terkenal dengan kebijakan ketat soal “imparsialitas”, menganggap pernyataan Lineker melanggar pedoman internal. Meski Lineker menyampaikan opininya di luar ruang siar, tekanan politik dan publik yang menyertainya terlalu besar untuk diabaikan.

Tekanan dan Keputusan Pahit

BBC menghadapi dilema besar: mempertahankan seorang tokoh publik yang populer namun dinilai “menyimpang” dari garis redaksional, atau menegakkan standar netralitas tanpa pandang bulu. Dalam hitungan hari, keputusan diambil—Lineker dinyatakan tidak akan tampil di layar hingga situasi mereda. Namun situasi tak kunjung tenang. Tekanan balik dari rekan-rekannya di BBC, penggemar, dan aktivis kebebasan berpendapat justru semakin membesar.

BACA JUGA :   Siswa Siswi MI AL IMAN Desa Bulu Meraih Juara, Kwalitas Dewan Guru Tidak Di Ragukan

Pada akhirnya, meskipun tidak dipecat secara resmi, Gary Lineker memilih untuk mundur. Keputusan itu bukan karena ia menyesal telah berbicara, melainkan karena ia tahu bahwa mempertahankan posisi di BBC akan menuntutnya membungkam suara hatinya.

Harga dari Kebenaran

Dalam sebuah wawancara pasca-kepergiannya, Lineker mengatakan, “Saya lebih memilih kehilangan pekerjaan daripada kehilangan integritas.” Kalimat itu mencerminkan sebuah prinsip yang jarang ditemukan di dunia media arus utama: bahwa keberanian moral lebih penting daripada kenyamanan profesional.dilansir dari https://www-bbc-co-uk./news/articles.

Apa yang dilakukan Lineker bukan sekadar tindakan individual. Ia mewakili kelompok besar yang selama ini merasa dibungkam ketika berbicara soal Palestina, tentang keadilan, dan tentang standar ganda yang sering berlaku dalam narasi global. Bahwa seorang figur terkenal sekaliber Lineker pun bisa disingkirkan karena keberaniannya berbicara, menjadi alarm keras bagi siapa pun yang masih percaya pada kebebasan berekspresi dan hak untuk berpihak pada kemanusiaan.

Refleksi: Ketika Media Jadi medan Pertarungan Etik

Kisah ini menyisakan pertanyaan mendasar: apakah benar media harus netral dalam segala hal, bahkan ketika menyaksikan penderitaan massal? Apakah menyuarakan simpati terhadap korban perang—siapa pun mereka—harus dianggap sebagai pelanggaran?

Gary Lineker mungkin tak lagi muncul tiap Sabtu malam membawakan analisis pertandingan Liga Inggris, tetapi namanya kini bergema di tempat yang lebih luas—dalam hati orang-orang yang percaya bahwa mengatakan yang benar tetap penting, meski berisiko.

Kepergian Lineker dari BBC adalah kehilangan besar bagi dunia siar olahraga. Namun bagi banyak orang, ia tidak pernah benar-benar pergi. Ia justru naik panggung yang lebih tinggi: panggung moralitas dan kemanusiaan.

Berita Terkait

Gelar Reses, Petrus Goo Siap Perjuangkan Aspirasi Demi Kesejahteraan Masyarakat
Negara Hadir: Bupati Subang Jenguk Dua Warga Penderita Tumor di Ciasem, Biaya Medis Ditanggung Pemda
Tuntutan Tinggi BCKS, Minat Guru Rendah: Alarm Peringatan Kepemimpinan Sekolah di Daerah
Anak Usia Sekitar 10 Tahun Kesetrum Listrik di GMK, Beruntung PKL dan Paguyuban Sigap Mengambil Tindakan 
Jambore Posyandu Jadi Momentum, Honor Kader di Subang Dinaikkan
Krisis Penegakan Hukum di Indonesia
Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola
Berita ini 38 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 15 Desember 2025 - 22:05 WIB

Gelar Reses, Petrus Goo Siap Perjuangkan Aspirasi Demi Kesejahteraan Masyarakat

Senin, 15 Desember 2025 - 14:04 WIB

Negara Hadir: Bupati Subang Jenguk Dua Warga Penderita Tumor di Ciasem, Biaya Medis Ditanggung Pemda

Minggu, 14 Desember 2025 - 17:02 WIB

Tuntutan Tinggi BCKS, Minat Guru Rendah: Alarm Peringatan Kepemimpinan Sekolah di Daerah

Sabtu, 13 Desember 2025 - 22:45 WIB

Jambore Posyandu Jadi Momentum, Honor Kader di Subang Dinaikkan

Sabtu, 13 Desember 2025 - 15:21 WIB

Krisis Penegakan Hukum di Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:16 WIB

Pemerintah Sesuaikan PTKP 2025 untuk Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 - 11:11 WIB

Kaleidoskop 2025: Bukan Sekadar Bencana Alam, tetapi Bencana Tata Kelola

Jumat, 12 Desember 2025 - 20:02 WIB

Menjelang Nataru, harga Cabai di pasar Simpang Pematang melonjak tajam

Berita Terbaru