SUARA UTAMA, Tulang Bawang-
Pagi Selasa (25/2), langit Rawajitu Timur diselimuti mendung, hujan gerimis menyertai langkah rombongan Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang yang bersiap mengunjungi SDN 2 Bumi Dipasena Abadi, Kecamatan Rawajitu Timur, Tulang Bawang, Lampung.
Sekolah ini terletak di wilayah 3T (terluar, terdepan dan tertinggal), tempat di mana pendidikan menjadi satu-satunya lentera harapan bagi anak-anak pesisir.
Saya turut serta dalam perjalanan ini, bergabung dengan 20 orang lainnya, dipimpin oleh Tri Sumarto, Kabid Pembinaan SD, didampingi Ibrahim (Kasi Sarpras), Wiwik Nuhayati (Kasi Kurikulum), Saunah dan Alfi (staf), serta para kepala SD se-Rawajitu Timur dan pengawas sekolah. Tepat pukul 08.30, tiga mobil kami berhenti di jembatan utama Kampung Bumi Dipasena Abadi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Perjalanan harus dilanjutkan lewat jalur air dengan dua klotok kayu, menyusuri sungai Muara Mesuji selama 1,5 jam.
Sepanjang perjalanan, hamparan hutan nipah membingkai aliran sungai. Klotok melintasi dusun Minak Jebi, Kuala Dalam Tulang Bawang, hingga Kuala Indah OKI. Kami masuk ke sungai alam yang berkelok-kelok, sesekali harus merunduk menyibak dahan nipah yang merintangi jalur.
Setiap kelokan seakan mengingatkan kami akan beratnya perjuangan guru dan anak-anak yang mengarungi sungai demi mengejar ilmu.
Setibanya di dermaga kayu di depan sekolah, kami disambut siswa-siswi yang menyanyikan lagu selamat datang dengan penuh semangat.
Air mata kami tak terbendung melihat wajah-wajah ceria mereka yang belajar di bangunan kayu setengah panggung, beratap baja ringan yang mulai berkarat. Sekolah ini berdiri teguh, menjadi satu-satunya harapan bagi 89 siswa yang diasuh oleh delapan guru, hanya satu di antaranya berstatus PNS — sang kepala sekolah.
Rosnawati (52), guru yang mengabdi sejak 2004, bercerita tentang perjuangannya mengajar di bangunan yang kini mulai lapuk dan rubuh akibat banjir rob.
“Senang melihat anak-anak bisa sekolah, ingin mereka maju seperti anak-anak di daratan,” ucapnya dengan senyum haru.
Aidil (12), siswa kelas 4, bercita-cita menjadi pengusaha. “Sekolah di sini sudah dua tahun, mau selesaikan sekolah. Sebelumnya pernah putus sekolah karena ikut orang tua pindah-pindah,” ujarnya mantap.
Sementara itu kepala sekolah SDN 2 Bumi Dipasena Abadi, Aidin Bakhtiar, menceritakan perjuangannya tak ringan, setiap hari ia harus mendayung sampan dari rumahnya. Ketika air surut, sampan harus ditarik di darat, harus memangkas dedaun nipah agar jalur lebih mudah dilalui.
“Saya tak perlu lagi bercerita bagaimana minimnya fasilitas dan keadaan kami, dan tak perlu juga mengasihi saya. Tapi bagaimana perhatian pemerintah terhadap guru-guru dan siswa kami saat ini,” ujar Aidin Bakhtiar.
Kunjungan ini menjadi momen refleksi bagi tim Dinas Pendidikan dan pemerintah Kabupaten Tulang Bawang.
Di tengah segala keterbatasan, semangat guru dan siswa membuktikan bahwa pendidikan adalah cahaya yang mampu menerangi sudut-sudut terpencil negeri ini.
Pada akhirnya, lagu selamat datang dengan lirik “Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama” yang dinyanyikan siswa-siswi SDN 2 Bumi Dipasena Abadi terasa lebih dari sekadar lirik — ia adalah suara harapan yang menggema hingga ke palung hati kami.
Semoga perjalanan ini menjadi awal perubahan nyata bagi mereka yang terus berjuang di tepian negeri, memeluk mimpi-mimpi besar meski beralaskan keterbatasan. Karena pendidikan, adalah hak setiap anak bangsa.
Penulis : Nafian faiz