SUARA UTAMA- Di era modern ini, adab, akhlak, karakter , Attitude atau sebutan lainnya sering kali terabaikan dan dianggap remeh. Padahal, adab adalah fondasi utama dalam membentuk karakter seseorang.
Ilmu dan kecerdasan tanpa adab hanya akan menghasilkan individu yang tidak beretika, bahkan bisa menjadi perusak tatanan sosial. Sayangnya, semakin berkembangnya teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat, nilai-nilai adab semakin terkikis.
Mengapa hal ini terjadi, dan bagaimana kita bisa mengembalikan adab sebagai jati diri manusia?
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penyebab Kemunduran Adab
1. Pengaruh Teknologi dan Media Sosial
Teknologi memudahkan komunikasi, tetapi juga membawa dampak negatif terhadap adab. Kebebasan berbicara di media sosial sering kali disalahgunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian, hoaks, serta debat tanpa etika.
Anonimitas di dunia maya membuat banyak orang merasa bebas melanggar norma sopan santun tanpa konsekuensi nyata (Nasrullah, 2016).
2. Kurangnya Teladan dari Orang Dewasa
Anak-anak dan remaja belajar dari lingkungan sekitarnya. Jika mereka melihat orang tua, guru, atau pemimpin bertindak kasar, tidak menghargai orang lain, atau abai terhadap nilai moral, maka mereka akan meniru perilaku tersebut.
Adab tidak cukup diajarkan melalui teori, tetapi harus dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari (Haidar, 2017).
3. Lemahnya Pendidikan Karakter
Pendidikan di sekolah lebih menitikberatkan pada aspek akademik dibandingkan pembentukan karakter.
Siswa dikejar untuk mencapai nilai tinggi, tetapi sering kali tidak dibekali dengan pemahaman tentang pentingnya etika dan adab dalam kehidupan bermasyarakat (Syamsudin, 2020).
4. Kurangnya Kesadaran dalam Keluarga
Keluarga adalah tempat pertama bagi seorang anak untuk belajar adab. Namun, kesibukan orang tua sering kali membuat mereka kurang memberikan perhatian terhadap pembentukan karakter anak.
Akibatnya, anak-anak tumbuh tanpa pemahaman kuat tentang pentingnya adab dalam interaksi sosial (Gunawan, 2019).
Solusi untuk Memantapkan Adab sebagai Jati Diri
1. Menjadi Teladan yang Baik
Orang tua, guru, dan pemimpin masyarakat harus menunjukkan perilaku yang mencerminkan adab yang baik. Kesopanan dalam berbicara, sikap hormat terhadap orang lain, serta rendah hati harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari agar dapat dicontoh oleh generasi muda.
2. Menggunakan Media Sosial dengan Bijak
Media sosial harus digunakan untuk hal-hal positif, seperti menyebarkan informasi yang bermanfaat, berdiskusi dengan etika, dan saling menghormati perbedaan pendapat. Saring informasi sebelum menyebarkannya dan biasakan mengedepankan empati dalam komunikasi daring.
3. Memperkuat Pendidikan Karakter di Sekolah
Sekolah harus memberikan perhatian lebih terhadap pendidikan karakter, tidak hanya dalam teori tetapi juga praktik. Program seperti pembelajaran berbasis proyek sosial, diskusi etika, serta penghargaan bagi siswa yang menunjukkan sikap baik dapat membantu membentuk karakter generasi muda.
4. Menghidupkan Budaya Adab dalam Keluarga
Keluarga harus kembali menjadi pusat pendidikan adab. Membiasakan anak mengucapkan salam, meminta izin, berterima kasih, dan menghormati orang tua adalah langkah awal dalam menanamkan adab.
Aktivitas bersama seperti makan tanpa gawai, berdiskusi, serta mendidik dengan kasih sayang dapat memperkuat nilai-nilai etika dalam keluarga.
5. Mengadakan Forum Diskusi dan Musyawarah
Permasalahan terkait adab dalam masyarakat sebaiknya diselesaikan dengan dialog dan musyawarah. Ini akan membantu membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga sopan santun dan menghargai sesama.
Kesimpulan
Adab adalah cerminan jati diri manusia. Ilmu dan jabatan tidak akan memiliki makna tanpa etika yang baik. Untuk mengembalikan adab sebagai nilai utama dalam kehidupan, kita harus mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan pendidikan, dan masyarakat secara luas.
Dengan teladan yang baik dan kesadaran bersama, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga beretika dan bermoral tinggi. Mari kita bangun kembali budaya adab agar tetap menjadi bagian dari identitas manusia.
Referensi
Gunawan, A. (2019). Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Haidar, A. (2017). Membangun Peradaban Berbasis Etika dan Moral. Jakarta: Rajawali Pers.
Nasrullah, R. (2016). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Syamsudin, M. (2020). Pendidikan Karakter di Sekolah: Teori dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Penulis : Yoni Wahyu Sampurna, Guru Bahasa Indonesia SMPN Satu Atap 1 Rawajitu Timur, Tulang Bawang, Lampung.
Editor : Nafian Faiz