SUARA UTAMA, MERANTI – Kafilah khusus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) M. Natsir yang diutus ke pedalaman Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau menghadapi tantangan dakwah, yaitu: sulitnya akses belajar mengaji di desa setempat.
Program dakwah ke lokasi pedalaman merupakan program khusus bagi para Mahasiswa lulusan STID M. Natsir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ustadz Hartono Mukti salah satu kafilah dakwah mengawali agendanya dengan bersilaturahmi dan berbincang bersama salah satu warga di Masjid Al-Jihad, Desa Kepau Baru, Dusun II, membahas tentang kegiatan agama di desa tersebut.
Kegiatan agama di Desa Kepau Baru sebagian besar dipengaruhi kristenisasi dengan berdirinya 5 Gereja dan 1 Vihara.
“Desa yang minoritas Muslim menjadi tantangan akidah bagi masyarakat setempat. Di sini kafilah dakwah bersinergi untuk menahan goncangan kristenisasi,” kata Hartono pada media suarautama.id, Ahad, (03/04/2022).
Langkah awal yang dilakukan kafilah dakwah adalah mencari informasi keadaan masyarakat setempat mengenai mata pencaharian dan sikap kekeluargaannya.
“Informasi yang kami dapatkan dari salah seorang jamaah di Masjid Al-Jihad. Kepala Desa Kepau Baru merupakan pemeluk agama Kristen, sehingga pergerakan dan kegiatan masyarakat Muslim tidak mendapatkan dukungan dari perangkat desa,” ungkap Hartono.
BACA JUGA: Suara Utama Ganti Domain, Ini Kata Pimred Media Suara Utama ID
Kondisi tersebut, sambung Hartono, membuat kafilah dakwah merasa prihatin dengan kondisi masyarakat setempat.
Menurut Hartono, problem besar pada desa ini adalah minimnya guru ngaji. Sedangkan, anak-anak hanya mengaji, apabila ada guru ngaji yang didatangkan dari kota. Itu pun hanya berlangsung beberapa bulan saja untuk pembinaan.
“Ya kita melihat langsung kondisi masyarakat pedalaman di sini, untuk mengaji saja terbatas tenaga pengajarnya. Tidak ada guru ngaji menetap. Padahal untuk fasih mengaji memerlukan waktu belajar yang panjang dan sebaiknya dilakukan setiap hari,” beber Hartono.