SUARA UTAMA – Dunia jurnalisme kembali dirundung duka mendalam. Per 1 Agustus 2025, sedikitnya 232 jurnalis telah gugur di Gaza sejak agresi militer Israel dimulai Oktober 2023. Angka ini menjadikan konflik Gaza sebagai tragedi paling mematikan bagi insan pers dalam sejarah modern. Alih-alih sekadar korban perang, banyak dari mereka diyakini menjadi target sistematis—upaya pembungkaman terhadap suara-suara yang menyuarakan kebenaran.
Wartawan: Antara Peliputan dan Ancaman Nyawa
Data dari Committee to Protect Journalists (CPJ) dan Reporters Without Borders (RSF) menyebut bahwa mayoritas jurnalis yang tewas adalah warga Palestina yang bekerja untuk media lokal dan internasional. Mereka gugur saat meliput serangan udara, saat siaran langsung, bahkan saat berlindung bersama keluarga mereka.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kematian jurnalis dalam jumlah sebesar ini menunjukkan ada pola yang tak bisa lagi diabaikan,” ujar Christophe Deloire, Direktur RSF, dalam pernyataan resminya. “Pers bukan lagi collateral damage. Mereka dibungkam.”
Banyak organisasi HAM, termasuk Amnesty International, menyatakan keprihatinan serius atas situasi ini. Amnesty menilai serangan terhadap jurnalis sebagai pelanggaran hukum humaniter internasional dan bagian dari pola “targeted killings” terhadap tokoh-tokoh informasi dan dokumentasi.
Perspektif dari Indonesia
Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sasmito Madrim, menyebut tragedi ini sebagai “pembantaian terhadap saksi kebenaran.”
“Ketika jurnalis dijadikan target, itu berarti ada yang tidak ingin dunia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ini bukan hanya soal kebebasan pers, tapi soal hak publik atas informasi dan soal kemanusiaan,” ujar Sasmito.
Senada, anggota Komisi I DPR RI, Fadli Zon, menyebut pembunuhan jurnalis sebagai “indikasi kuat bahwa Israel tidak hanya menyerang warga sipil, tetapi juga sistem informasi global.” Ia mendorong Pemerintah Indonesia agar lebih aktif mendorong pengusutan di Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Dunia Internasional Bersuara
PBB melalui Komisaris Tinggi untuk HAM, Volker Türk, mengecam tindakan Israel yang menyebabkan jatuhnya korban jurnalis secara masif.
“Pekerja media harus dilindungi dalam konflik. Mereka bukan bagian dari pihak bertikai,” tegasnya.
Bahkan, UNESCO telah menetapkan agresi terhadap jurnalis di Gaza sebagai pelanggaran berat terhadap Piagam PBB dan Konvensi Jenewa. Dewan Pers Internasional juga mendesak pembentukan tim investigasi independen internasional.
Genosida dan Upaya Pembungkaman Informasi
Dalam laporan investigasi terbaru dari Lembaga HAM Israel, B’Tselem, disebut bahwa serangan Israel di Gaza menunjukkan indikasi kuat tindakan genosida—tidak hanya terhadap penduduk sipil, tetapi juga terhadap infrastruktur sipil dan media.
“Ketika rumah sakit, sekolah, dan kantor media diserang sistematis, ini bukan lagi pertahanan diri. Ini penghancuran total,” tulis laporan B’Tselem.
Di tengah pemadaman listrik, internet, dan serangan bertubi-tubi, jurnalis menjadi satu-satunya penghubung Gaza dengan dunia luar. Kini, suara mereka perlahan dibungkam satu per satu.
Simpati dan Solidaritas Global
Dari New York hingga Jakarta, dari Cape Town hingga Tokyo, aksi solidaritas jurnalis digelar. Ribuan wartawan mengheningkan cipta, memegang poster bertuliskan “Don’t Kill the Messengers” dan “Journalism Is Not a Crime.”
Di Indonesia, AJI, IJTI, dan PWI menyerukan hari berkabung nasional bagi jurnalis Palestina. Kantor-kantor berita nasional mengibarkan bendera setengah tiang, dan layar berita dihiasi pita hitam.
Penutup: Suara Mereka Harus Terus Hidup
232 jurnalis telah gugur. Tapi pekerjaan mereka belum selesai. Dunia kini punya tanggung jawab moral untuk meneruskan cerita, membongkar kebenaran, dan melawan lupa.
Karena membungkam jurnalis bukan hanya menghentikan berita. Itu adalah upaya membungkam sejarah. https://cpj.org /https://rsf.org
Sumber Berita : Referensi : 1. Committee to Protect Journalists (CPJ) 2. Reporters Without Borders (RSF / Reporters Sans Frontières) 3. United Nations Human Rights Council (OHCHR) 4. UNESCO https://en.unesco.org 5. B’Tselem – The Israeli Information Center for Human Rights in the Occupied Territories 6. Dewan Pers Indonesia https://dewanpers.or.id














