Titik Balik Sejarah Politik: Konflik Palestina–Yahudi dan Akhir Tata Dunia Lama

- Penulis

Rabu, 4 Juni 2025 - 08:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suara Utama ID.– Konflik Palestina–Yahudi telah lama menjadi bara dalam sekam geopolitik dunia. Namun, beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa bara itu mulai membakar fondasi lama tatanan global. Dari Timur Tengah yang terus bergejolak hingga diplomasi internasional yang mengalami kebuntuan moral, dunia seakan menyaksikan titik balik sejarah politik, di mana kekuasaan, narasi, dan simpati internasional mulai bergeser.

Dari Deklarasi Balfour ke Gerbang Gaza

Akar konflik ini tak dapat dilepaskan dari deklarasi Balfour 1917, di mana Inggris secara sepihak menjanjikan tanah Palestina sebagai “tanah air nasional bagi bangsa Yahudi.” Sejak saat itu, sejarah Palestina dibentuk oleh kekuatan kolonial, disusupi oleh kepentingan imperialis, dan dibenturkan dengan aspirasi rakyat yang berhak atas tanahnya.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Titik Balik Sejarah Politik: Konflik Palestina–Yahudi dan Akhir Tata Dunia Lama Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

1948 menjadi tahun penuh paradoks. Bagi Yahudi, itu adalah kelahiran Israel; bagi Palestina, itu adalah Nakba—malapetaka pengusiran dan peminggiran. Konflik yang bermula dari pencaplokan wilayah berubah menjadi perang eksistensial, di mana identitas, sejarah, dan legitimasi terus diperebutkan.

Paradoks Politik dan Simpati Global yang Retak

Selama puluhan tahun, narasi dominan dunia Barat cenderung menyokong Israel sebagai negara yang mempertahankan diri dari “terorisme.” Namun, dalam dua dekade terakhir, terutama dengan munculnya media sosial dan gerakan solidaritas global, narasi itu mulai retak.

Gambar anak-anak yang terbunuh di Gaza, hancurnya rumah-rumah sipil akibat serangan udara, dan blokade ekonomi yang memperparah kemiskinan, membalik persepsi publik internasional. Simpati yang dulunya diberikan kepada Israel perlahan berpindah ke Palestina, terutama di kalangan generasi muda.

Kebangkitan Blok Global Selatan

Konflik ini bukan lagi hanya tentang dua bangsa. Palestina kini menjadi simbol ketidakadilan global yang lebih luas. Negara-negara di Global Selatan, seperti Afrika Selatan, Brasil, Indonesia, Turki, hingga negara-negara Arab, semakin vokal menyuarakan kemerdekaan Palestina sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme modern.

Meningkatnya ketegangan antara blok negara-negara Barat dan kekuatan Timur seperti Cina, Rusia, serta dunia Islam, menunjukkan bahwa konflik Palestina–Yahudi bisa menjadi pemicu pergeseran besar dalam geopolitik dunia. Perang ini kini berada di persimpangan antara tatanan dunia lama—yang dibentuk oleh kekuatan kolonial dan unilateralisme Barat—dan dunia multipolar yang menuntut keadilan global.

Amerika Serikat dan Eropa: Kebingungan Moral

Di sisi lain, negara-negara Barat menghadapi dilema moral. Mereka masih bergantung pada Israel sebagai sekutu strategis di Timur Tengah, namun tekanan domestik dan global untuk meninjau ulang hubungan tersebut terus meningkat. Demonstrasi pro-Palestina melanda universitas-universitas dan jalan-jalan di Eropa dan AS, menandai pergeseran opini publik yang signifikan.

Kebingungan ini menjelma menjadi krisis kebijakan luar negeri: apakah tetap mempertahankan dukungan tanpa syarat kepada Israel, atau mulai mencari pendekatan baru yang lebih adil bagi semua pihak?

 Bagaimana Pendapat Para Tokoh Dunia

Berikut ini adalah kompilasi pernyataan tokoh-tokoh dunia tentang akhir konflik Palestina–Yahudi (Palestina–Israel), baik dari sudut pandang politik, moral, maupun kemanusiaan. Pernyataan ini menggambarkan beragam posisi dan harapan dari tokoh-tokoh berpengaruh global mengenai jalan keluar atau akhir dari konflik ini :

  1. Dr. Farid Ma’ruf sebagai penulis buku : Timur Tengah dalam Cermin Dunia Baru.Kita berdiri di ambang sejarah. Titik balik ini bukan hanya tentang konflik dua bangsa, tetapi tentang arah masa depan tatanan global: apakah kita akan terus membiarkan sistem internasional yang diskriminatif bertahan, atau kita berani membangun ulang dengan prinsip keadilan universal? Jika dunia ingin menyelamatkan wajahnya dari kegagalan moral total, maka Palestina harus diberi keadilan. Sebab di situlah, sejarah politik dunia sedang menulis ulang dirinya sendiri.
  1. Amien Rais, tokoh politik dan intelektual Muslim Indonesia, dikenal sebagai sosok yang vokal dalam membela perjuangan rakyat Palestina dan mengkritik keras kebijakan Israel.1) Konflik Palestina–Israel adalah bentuk penjajahan modern : “Israel bukan     sekadar negara, tapi alat penjajahan global di Timur Tengah. Mereka   menjajah bangsa Palestina secara sistematis, terstruktur, dan brutal.”2) Solusi dua negara adalah ilusi semu :“Two-state solution hanya jadi alat untuk menunda kemerdekaan Palestina sejati.”,3) Dunia Islam harus bersatu menekan Israel : “Selama umat Islam tercerai-berai dan tidak bersatu, maka Israel akan terus merasa bebas melakukan apa saja.”
  2. Pandangan Abdurrahman Wahid : “ Konflik Palestina-Israel Konflik Palestina-Israel merupakan puncak gunung es dari ketegangan di Timur Tengah. Hampir setiap pergolakan di wilayah ini, erat kaitannya dengan dua negara yang sedang berseteru tersebut. Pengaruh ataupun dampak dari konflik tersebut, agaknya tidak hanya dirasakan oleh wilayah regional Arab an sich, tetapi juga telah menyita perhatian dunia. PBB yang merupakan organisasi yang manaungi negara-negara dunia pun, sampai detik ini, masih belum bisa merumuskan sebuah kesepakatan mengikat guna mengakhiri krisis ini .
  3. Nelson Mandela (Presiden Afrika Selatan, Ikon Anti-Apartheid): “Kita tahu terlalu baik bahwa kebebasan kita belum lengkap tanpa kebebasan rakyat Palestina. Mandela secara konsisten menyamakan perjuangan rakyat Palestina dengan perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan. Ia meyakini bahwa keadilan hanya bisa tercapai jika Palestina mendapatkan hak penentuan nasib sendiri secara penuh.
  4.  Recep Tayyip Erdoğan (Presiden Turki) :”Israel adalah negara teroris. Solusi permanen hanya akan datang dengan kemerdekaan penuh Palestina dan status Yerusalem Timur sebagai ibu kota.Erdoğan memosisikan dirinya sebagai salah satu pemimpin Muslim paling vokal dalam mendukung Palestina. Ia menegaskan bahwa penyelesaian konflik harus melibatkan keadilan historis dan penghentian penjajahan.
  1. António Guterres (Sekjen PBB) : “Tidak akan ada perdamaian yang abadi tanpa solusi dua negara yang hidup berdampingan dalam kedamaian dan keamanan.”
    Guterres berulang kali menyuarakan dukungan terhadap solusi dua negara (two-state solution) sebagai kerangka legal internasional yang paling realistis untuk mengakhiri konflik.
  2. Joe Biden (Presiden Amerika Serikat) :“Israel memiliki hak untuk membela diri, tapi rakyat Palestina juga layak mendapatkan kebebasan, keamanan, dan martabat.” Biden mencoba menyeimbangkan posisi tradisional AS yang pro-Israel dengan tekanan dari dalam negeri dan komunitas internasional agar lebih adil terhadap rakyat Palestina.
  1. Mahmoud Abbas (Presiden Otoritas Palestina) : “Kami tidak menolak perundingan, tetapi perundingan hanya bisa dilakukan di atas dasar hukum internasional, bukan kekuatan senjata.”Abbas mendorong penyelesaian melalui diplomasi, namun menolak tekanan sepihak dan normalisasi tanpa kemerdekaan Palestina sebagai hasil akhir.
  2. Noam Chomsky (Intelektual dan Aktivis AS) : “Solusi satu negara demokratis bagi semua warga adalah satu-satunya jalan keadilan jangka panjang, meski secara politis sulit.Chomsky termasuk di antara para pemikir Barat yang mengkritik keras Israel dan menyerukan pendekatan berbasis hak asasi manusia universal alih-alih politik etno-nasionalistik.
  3. Ali Khamenei (Pemimpin Tertinggi Iran) :”Satu-satunya solusi adalah referendum oleh penduduk asli Palestina—Muslim, Kristen, dan Yahudi—tanpa intervensi Zionis.” Iran mendorong pendekatan “satu negara tanpa Zionisme,” mencerminkan posisi ideologis anti-Israel dan dukungan total terhadap Palestina.
  4. Bernie Sanders (Senator AS) : “Kita harus menuntut diakhirinya pendudukan dan perlakuan tidak manusiawi terhadap warga Palestina. Itu bukan anti-Semitisme, itu kemanusiaan.”Sebagai tokoh Yahudi progresif, Sanders memosisikan dirinya sebagai suara penting dalam mengkritik kebijakan Israel sambil menolak stigma terhadap kritik sebagai bentuk kebencian rasial.
  1. Ban Ki-moon (Mantan Sekjen PBB) : “Kebijakan permukiman Israel melanggar hukum internasional dan menjadi hambatan utama menuju perdamaian yang adil.” Ban menekankan bahwa Israel harus menghentikan ekspansi permukiman ilegal jika ingin tercapainya solusi dua negara yang bermakna.
  2. Pope Francis (Paus Vatikan) : “Kekerasan harus dihentikan. Solusi hanya datang lewat keadilan, dialog, dan rasa hormat terhadap hak setiap bangsa untuk hidup dalam damai.” Sebagai pemimpin spiritual global, Paus Francis menyerukan damai berbasis kasih, penghormatan terhadap semua agama, dan keadilan timbal balik.
BACA JUGA :  Tokoh Pendidikan Jawa Timur Launching Himmah Foundation

Akhir Tata Dunia Lama?

Meski visi tentang “akhir konflik” masih beragam—antara solusi dua negara, satu negara demokratis, atau referendum rakyat asli Palestina—mayoritas tokoh dunia sepakat bahwa pendudukan, diskriminasi, dan kekerasan tidak dapat menjadi landasan perdamaian. Solusi damai hanya mungkin jika keadilan bagi rakyat Palestina ditegakkan secara nyata.

Titik balik ini bukan hanya tentang Palestina dan Yahudi. Ia menyentuh inti dari tatanan dunia yang sudah ada sejak Perang Dunia II: siapa yang berhak menentukan kedaulatan? Siapa yang punya hak untuk membela diri, dan siapa yang hanya diberi label “teroris”?

Konflik Palestina-Yahudi kini menyeret serta seluruh percakapan tentang hak asasi manusia, hukum internasional, imperialisme, dan masa depan dunia pasca-hegemonik. Dunia berada pada ambang perubahan, di mana kekuatan lama tidak lagi bisa mengontrol narasi global sepenuhnya.

Akhirnya Di tengah konflik yang terus berlangsung dan korban yang terus berjatuhan, pertanyaan yang lebih besar mulai muncul: apakah kita sedang menyaksikan runtuhnya sistem politik global yang lama? Jika ya, maka Palestina adalah cerminnya—sebuah titik balik di mana dunia harus memilih: melanjutkan tatanan yang timpang, atau membangun ulang fondasi keadilan global. Dan yang jelas menurut hemat penulis  Palestina dapat dikatakan sebagai titik sumbu atau titik poros magnet sejarah berulang, bilamana perdamaian tidak terwujud maka kehancuran sejarah kemanusiaan dan Keadilan berakhir.

Penulis : Tonny Rivani

Berita Terkait

Semakin Memanas, Terindikasi Dugaan Pesanan Dalam Rotasi/Mutasi Pegawai Perumda Air Minum Tirta Argapura 
Umat Stase Goodide Gelar Renungan Pendalaman Masa Adven: Keluarga dalam Terang Iman 
Warga Desa Tegalwatu di Dampingi Pakopak, Terduga Pelaku Penipuan Asli Kelahiran Dusun Klagin Desa Brabe
Rakor Kecamatan Dorong Efektivitas Program Tata Kelola Pemerintahan Responsif
Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  
Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia
Tinjau Proyek Jalan Rp1,3 Miliar di Pamanukan, Bupati Subang Tegaskan: Tidak Ada Anak Emas, Semua Wilayah Prioritas
Pakopak Menduga Prematur, Perihal Rotasi/Mutasi Pegawai PDAM Tirta Argapura Saat Seleksi Direktur Berlangsung 
Berita ini 46 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 5 Desember 2025 - 19:21 WIB

Semakin Memanas, Terindikasi Dugaan Pesanan Dalam Rotasi/Mutasi Pegawai Perumda Air Minum Tirta Argapura 

Jumat, 5 Desember 2025 - 18:08 WIB

Umat Stase Goodide Gelar Renungan Pendalaman Masa Adven: Keluarga dalam Terang Iman 

Jumat, 5 Desember 2025 - 12:32 WIB

Warga Desa Tegalwatu di Dampingi Pakopak, Terduga Pelaku Penipuan Asli Kelahiran Dusun Klagin Desa Brabe

Jumat, 5 Desember 2025 - 11:26 WIB

Rakor Kecamatan Dorong Efektivitas Program Tata Kelola Pemerintahan Responsif

Kamis, 4 Desember 2025 - 19:29 WIB

Dakwah Dan Aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar  

Kamis, 4 Desember 2025 - 16:12 WIB

Penguatan HAM Dalam Wadah Negara Demokrasi Indonesia

Kamis, 4 Desember 2025 - 14:37 WIB

Tinjau Proyek Jalan Rp1,3 Miliar di Pamanukan, Bupati Subang Tegaskan: Tidak Ada Anak Emas, Semua Wilayah Prioritas

Kamis, 4 Desember 2025 - 11:03 WIB

Pakopak Menduga Prematur, Perihal Rotasi/Mutasi Pegawai PDAM Tirta Argapura Saat Seleksi Direktur Berlangsung 

Berita Terbaru