SUARA UTAMA –
Makna Hijrah: Dari Perpindahan Fisik ke Transformasi Peradaban
Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah adalah titik balik sejarah peradaban Islam. Bukan sekadar perpindahan fisik, hijrah adalah strategi visioner untuk membangun masyarakat berbasis keadilan, etika, dan solidaritas. Nilai-nilai hijrah mengajarkan bahwa perubahan besar dimulai dari keberanian untuk keluar dari zona nyaman menuju tatanan yang lebih adil.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Hijrah bukan nostalgia masa lalu. Ia adalah prinsip pergerakan, kesadaran perubahan, dan keberanian meninggalkan sistem yang merusak menuju tata dunia yang lebih bermartabat. Tahun baru 1447 H adalah waktu yang tepat untuk menghidupkan kembali semangat tersebut — bukan hanya dalam level individu, tetapi juga secara kolektif sebagai umat global.
Tantangan Global: Dunia yang Gagal Menghadirkan Keadilan
Kita hidup di dunia yang saling terkoneksi namun terpecah. Konflik bersenjata di Palestina, krisis kemanusiaan di Sudan, perang di Ukraina, dan ketegangan geopolitik di berbagai kawasan menunjukkan kegagalan tata dunia saat ini dalam menjaga perdamaian. Ketimpangan ekonomi global semakin nyata — negara-negara Muslim banyak yang kaya sumber daya tetapi tertinggal secara teknologi dan inovasi. Dunia digital membawa konektivitas, namun juga memperbesar jurang disinformasi dan krisis identitas generasi muda.
Dalam situasi ini, Islam memiliki kekayaan nilai universal — keadilan (al-‘adl), kasih sayang (rahmah), dan kebijaksanaan (hikmah) — yang bisa ditawarkan sebagai solusi etis global.
Potensi Umat Islam: Jumlah Besar, Tantangan Kesatuan
Umat Islam saat ini berjumlah lebih dari 1,9 miliar jiwa, tersebar di lebih dari 50 negara, dan menjadi bagian penting dalam peta kekuatan ekonomi, politik, dan budaya dunia. Namun, potensi besar ini masih terhambat oleh fragmentasi internal, konflik sektarian, dan kurangnya koordinasi lintas negara dan mazhab.
Dari Palestina hingga Rohingya, dari isu perubahan iklim hingga Islamofobia di dunia Barat, umat Islam seringkali bereaksi secara emosional, namun lemah dalam menyusun grand strategy jangka panjang.
Langkah Strategis: Dari Spirit Hijrah ke Solusi Nyata
Jika umat Islam ingin memimpin solusi atas tantangan global, beberapa langkah strategis perlu dijalankan:
- Penguatan Pendidikan Kritis dan Etis
Pendidikan Islam perlu direorientasi untuk melahirkan generasi berintegritas tinggi, berwawasan global, dan mampu menjadi jembatan antarbudaya, bukan justru eksklusif dan tertutup dari zaman. - Ekonomi Inklusif dan Berbasis Etika Islam
Prinsip ekonomi syariah yang adil dan bebas riba bisa menjadi alternatif dari sistem kapitalisme yang eksploitatif. Inisiatif keuangan sosial seperti zakat, wakaf, dan koperasi bisa direvitalisasi untuk menyelesaikan ketimpangan. - Diplomasi Kemanusiaan Umat Islam
Dunia Islam perlu mengembangkan diplomasi lintas negara-negara Muslim untuk menjadi motor perdamaian dunia, bukan hanya menjadi objek konflik. Persatuan dalam isu-isu kemanusiaan harus menjadi prioritas. - Reformasi Tata Kelola Keagamaan dan Politik
Negara-negara Muslim harus berani mereformasi sistem politik dan keagamaan yang korup, otoriter, dan tertutup, menjadi lebih transparan dan demokratis — sesuai dengan maqashid syariah. - Kolaborasi dengan Dunia Internasional
Kepemimpinan umat Islam tidak berarti isolasi. Justru perlu mengedepankan kolaborasi global dengan menjunjung prinsip rahmatan lil-‘alamin, menjadi mitra aktif dalam mengatasi isu-isu dunia.
Kesimpulan: Hijrah Sebagai Proyek Peradaban
Hijriah 1447 H menandai saat yang tepat untuk umat Islam bertanya pada diri: apakah kita ingin terus menjadi korban arus zaman, atau bangkit menjadi pelaku perubahan? Spirit hijrah tidak hanya berbicara tentang meninggalkan keburukan, tetapi juga membangun masa depan bersama.
Untuk itu, umat Islam tidak cukup hanya memimpin doa, tetapi juga harus siap memimpin solusi. Dengan semangat hijrah, umat Islam bisa dan harus mengambil bagian dalam menyusun kembali arah dunia yang lebih adil dan beradab.
Catatan Penutup:
Tulisan ini mengundang refleksi lintas kelompok, tanpa memonopoli kebenaran. Hijrah adalah milik semua yang ingin bergerak menuju nilai-nilai luhur. Tahun baru ini adalah panggilan bagi kita semua — untuk berhijrah dari apatisme ke aksi, dari perpecahan ke persatuan, dari keluhan ke solusi.
Sumber Berita : Referensi : • Al-Qur'an Surah Al-Hasyr ayat 8-9: Spirit muhajirin-anshar dalam membangun masyarakat beradab. • Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'an al-‘Azim: Tafsir makna hijrah sebagai perpindahan fisik dan spiritual menuju nilai ilahi. • Karen Armstrong, Islam: A Short History (2002): Hijrah bukan hanya eksodus, tapi revolusi spiritual-sosial. • Ali Shariati, Hajj: Menyamakan hijrah dengan proses penghilangan ego menuju kesadaran kolektif umat. • Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Awlawiyyat (Fiqh Prioritas): Pentingnya umat Islam memilih perjuangan yang strategis dan prioritas demi peran global. • Mohammad Natsir & Buya Hamka (tokoh Indonesia): Islam bukan sekadar agama pribadi tapi basis etika publik. • Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam: Dorongan untuk membangun peradaban Islam berbasis rasionalitas dan spiritualitas.














