Suara Utama.- Dalam pencarian makna hidup, satu pertanyaan besar yang kerap muncul adalah: “Siapa aku sebenarnya?” Pertanyaan ini membawa manusia pada perjalanan panjang yang tak hanya menyentuh aspek psikologis dan sosial, tapi juga spiritual. Dan di titik terdalam dari perjalanan itu, kita menemukan bahwa untuk benar-benar mengenali diri, kita harus terlebih dahulu mengenal Tuhan.
- Diri Manusia: Misteri yang Tak Selesai
Manusia adalah makhluk yang unik: ia bisa berpikir tentang pikirannya sendiri, merenungkan keberadaannya, dan mempertanyakan makna hidupnya. Namun sering kali, dalam pencarian jati diri, manusia justru tersesat—dalam pencapaian, harta, status, atau bahkan topeng-topeng sosial yang dibuat oleh lingkungan.
Padahal jati diri sejati bukan terletak pada apa yang kita miliki, melainkan pada siapa kita di hadapan Tuhan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
- Mengenal Tuhan: Kunci Mengenal Diri
Rasulullah pernah bersabda dalam hadits yang sering dikutip dalam tradisi tasawuf:
“Barang siapa mengenal Tuhannya, maka ia akan mengenal dirinya.”
Dalam Islam, pengenalan terhadap Tuhan bukan hanya mengenal nama-nama-Nya, tapi memahami sifat-sifat-Nya, merenungi ciptaan-Nya, dan mengalami kehadiran-Nya dalam hidup. Ketika seseorang benar-benar mengenal Tuhan—sebagai Al-Khaliq (Sang Pencipta), Ar-Rahman (Maha Pengasih), Al-‘Alim (Maha Mengetahui)—ia mulai memahami siapa dirinya di hadapan-Nya: hamba yang lemah, terbatas, dan senantiasa membutuhkan-Nya.
Dari sinilah muncul rasa tunduk, syukur, dan makna sejati dalam hidup.
- Tuhan Sebagai Cermin Diri
Dalam ajaran-ajaran sufistik, Tuhan sering digambarkan sebagai “cermin” tempat manusia bisa melihat jati dirinya. Bukan karena Tuhan itu menyerupai makhluk, tapi karena melalui pengenalan kepada-Nya, manusia menyadari bahwa dirinya adalah ciptaan yang diberi ruh dari-Nya, diberi amanah, dan ditugaskan untuk menjadi khalifah di bumi.
Mengenal Tuhan membuat kita sadar:
- Bahwa kita bukan pusat dari segalanya.
- Bahwa hidup bukan sekadar tentang keinginan pribadi, tapi tentang mengabdi.
- Bahwa nilai diri kita bukan diukur dari pujian manusia, melainkan dari keridhaan Tuhan.
- Transformasi Diri Melalui Ma’rifatullah
Mengenal Tuhan (ma’rifatullah) bukan hanya konsep intelektual. Ia adalah pengalaman batin yang mengubah cara pandang, sikap, dan hidup seseorang. Seorang yang benar-benar mengenal Tuhannya akan:
- Lebih tenang menghadapi ujian hidup.
- Tidak mudah terombang-ambing oleh opini dunia.
- Menjadi pribadi yang penuh kasih, sabar, dan bijaksana.
Ini karena dia hidup dengan kesadaran bahwa semua berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
- Penutup: Perjalanan yang Tak Pernah Usai
Mengenal Tuhan sejati bukan tujuan yang final, tapi perjalanan yang terus berlangsung. Semakin kita mengenal Tuhan, semakin kita sadar betapa kecil dan berharganya kita. Dan dalam kesadaran itulah, kita mulai benar-benar mengenali jati diri kita: sebagai makhluk yang dicipta untuk mencintai, menyembah, dan kembali kepada Sang Pencipta.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan tentang diri mereka? Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan.”
(QS. Ar-Rum: 8).
Penulis : Tonny Rivani