SUARA UTAMA, Merangin – Kondisi jembatan penghubung antara Desa Koto Baru dan Desa Seling, yang berada di dua kecamatan berbeda, kini benar-benar memprihatinkan. Jembatan yang selama bertahun-tahun menjadi urat nadi perekonomian dan mobilitas warga itu tampak semakin sekarat. Lantai jembatan lapuk, berlubang, bahkan banyak bagian yang telah terlepas. Puluhan tali penahan pun putus, baik pada bagian atas maupun tali penyangga lantai, membuat struktur jembatan ini nyaris tak lagi layak dilintasi.
Lebih parahnya, posisi lantai sudah terlepas dari penyangga utama. Artinya, kekuatan jembatan hanya bergantung pada tali-tali tua yang termakan usia—sebuah ironi yang menyesakkan, mengingat jembatan ini adalah satu-satunya akses terdekat bagi ribuan warga.
Setiap hari, warga dipaksa berjudi dengan keselamatan mereka demi bertahan hidup. Anak-anak sekolah, petani, pedagang, hingga warga yang membawa hasil tani tetap harus melintasi jembatan tersebut dengan rasa takut yang terus menghantui. Tidak jarang, pengendara terpaksa menuntun motornya pelan-pelan, khawatir lantai jembatan yang menganga akan mencelakai mereka.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Abu Bakar, salah satu warga, dengan suara lirih menceritakan bahwa kerusakan jembatan ini sudah berlangsung lama, namun nyaris tak pernah disentuh perbaikan dari pemerintah.
“Dulu masih bisa ditambal sedikit-sedikit, sekarang sudah tidak mampu lagi. Kalau hujan turun, jembatan bergoyang. Kami takut, tapi mau lewat mana lagi? Ini satu-satunya jalan,” ungkapnya sedih, Senin (08/12/2025).
Kerusakan ini tidak hanya mengancam nyawa, tetapi juga memukul ekonomi warga. Aktivitas perdagangan melambat, dan risiko kecelakaan terus membayangi. Banyak warga memilih tidak melintas saat malam hari karena minimnya penerangan dan kondisi jembatan yang sudah seperti jebakan maut.
Yang paling memilukan, anak-anak sekolah tetap harus melaluinya setiap pagi. Mereka berjalan ragu-ragu, satu per satu, berharap lantai jembatan yang diinjak tidak jebol. Orang tua hanya bisa berdoa saat melepas anaknya, bertarung dengan rasa cemas yang tak pernah reda.
“Sudah banyak yang jatuh di jembatan ini. Tolonglah pemerintah, perbaiki segera. Ini nyawa warga yang dipertaruhkan,” tegas Abu Bakar.
Warga mengaku sudah berkali-kali berharap pada pemerintah, tetapi yang datang hanya janji dan perbaikan darurat ala kadarnya dari hasil swadaya masyarakat. Mereka menilai pemerintah seperti menutup mata melihat kondisi yang semakin parah dan membahayakan ini.
“Kalau dibiarkan, tinggal tunggu waktu jembatan ini putus atau menelan korban jiwa. Jangan tunggu ada yang mati dulu baru pemerintah datang perbaiki,” ungkap salah satu warga lainnya dengan nada kecewa.
Kini, jembatan Koto Baru–Seling bukan lagi sekadar infrastruktur rusak. Ia telah menjadi simbol kelalaian pemerintah, kegelisahan masyarakat, dan ketidakpastian terhadap keselamatan setiap orang yang melintasinya.
Tanah penopang jembatan terus longsor, apalagi di musim hujan ini. Warga hanya bisa berharap jeritan mereka tidak lagi diabaikan.
“Kami sangat khawatir. Setiap hari tanah makin turun, jembatan makin rapuh,” tutup warga dengan nada getir.
Penulis : Ady Lubis
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama














