Jembatan Koto Baru–Seling di Ambang Roboh: Warga Bertaruh Nyawa, Pemerintah Ke Mana?

- Penulis

Kamis, 11 Desember 2025 - 07:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUARA UTAMA, Merangin – Kondisi jembatan penghubung antara Desa Koto Baru dan Desa Seling, yang berada di dua kecamatan berbeda, kini benar-benar memprihatinkan. Jembatan yang selama bertahun-tahun menjadi urat nadi perekonomian dan mobilitas warga itu tampak semakin sekarat. Lantai jembatan lapuk, berlubang, bahkan banyak bagian yang telah terlepas. Puluhan tali penahan pun putus, baik pada bagian atas maupun tali penyangga lantai, membuat struktur jembatan ini nyaris tak lagi layak dilintasi.

Lebih parahnya, posisi lantai sudah terlepas dari penyangga utama. Artinya, kekuatan jembatan hanya bergantung pada tali-tali tua yang termakan usia—sebuah ironi yang menyesakkan, mengingat jembatan ini adalah satu-satunya akses terdekat bagi ribuan warga.

Setiap hari, warga dipaksa berjudi dengan keselamatan mereka demi bertahan hidup. Anak-anak sekolah, petani, pedagang, hingga warga yang membawa hasil tani tetap harus melintasi jembatan tersebut dengan rasa takut yang terus menghantui. Tidak jarang, pengendara terpaksa menuntun motornya pelan-pelan, khawatir lantai jembatan yang menganga akan mencelakai mereka.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Jembatan Koto Baru–Seling di Ambang Roboh: Warga Bertaruh Nyawa, Pemerintah Ke Mana? Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Abu Bakar, salah satu warga, dengan suara lirih menceritakan bahwa kerusakan jembatan ini sudah berlangsung lama, namun nyaris tak pernah disentuh perbaikan dari pemerintah.

“Dulu masih bisa ditambal sedikit-sedikit, sekarang sudah tidak mampu lagi. Kalau hujan turun, jembatan bergoyang. Kami takut, tapi mau lewat mana lagi? Ini satu-satunya jalan,” ungkapnya sedih, Senin (08/12/2025).

Kerusakan ini tidak hanya mengancam nyawa, tetapi juga memukul ekonomi warga. Aktivitas perdagangan melambat, dan risiko kecelakaan terus membayangi. Banyak warga memilih tidak melintas saat malam hari karena minimnya penerangan dan kondisi jembatan yang sudah seperti jebakan maut.

BACA JUGA :  Soal Wewenang Pencekalan, Imigrasi Diingatkan Agar Taat Kepada Hukum

Yang paling memilukan, anak-anak sekolah tetap harus melaluinya setiap pagi. Mereka berjalan ragu-ragu, satu per satu, berharap lantai jembatan yang diinjak tidak jebol. Orang tua hanya bisa berdoa saat melepas anaknya, bertarung dengan rasa cemas yang tak pernah reda.

“Sudah banyak yang jatuh di jembatan ini. Tolonglah pemerintah, perbaiki segera. Ini nyawa warga yang dipertaruhkan,” tegas Abu Bakar.

Warga mengaku sudah berkali-kali berharap pada pemerintah, tetapi yang datang hanya janji dan perbaikan darurat ala kadarnya dari hasil swadaya masyarakat. Mereka menilai pemerintah seperti menutup mata melihat kondisi yang semakin parah dan membahayakan ini.

“Kalau dibiarkan, tinggal tunggu waktu jembatan ini putus atau menelan korban jiwa. Jangan tunggu ada yang mati dulu baru pemerintah datang perbaiki,” ungkap salah satu warga lainnya dengan nada kecewa.

Kini, jembatan Koto Baru–Seling bukan lagi sekadar infrastruktur rusak. Ia telah menjadi simbol kelalaian pemerintah, kegelisahan masyarakat, dan ketidakpastian terhadap keselamatan setiap orang yang melintasinya.

Tanah penopang jembatan terus longsor, apalagi di musim hujan ini. Warga hanya bisa berharap jeritan mereka tidak lagi diabaikan.

“Kami sangat khawatir. Setiap hari tanah makin turun, jembatan makin rapuh,” tutup warga dengan nada getir.

Penulis : Ady Lubis

Sumber Berita : Wartawan Suara Utama

Berita Terkait

Ekskavator PETI Milik Ponidi Porak-porandakan Bukit Bungkul, Warga Menjerit: “Sumur Kami Keruh!”
Restorasi Pesisir dan Green School: Emil Salim Institute Perkuat Dua Pilar Ekologi di Karawang
Anggaran Jalan, Wisata Jalan di Tempat: Dugaan Pemborosan di Arboretum Merangin Mencuat
Front Rakyat dan Mahasiswa-Pelajar Demo Hari HAM, Dihadang Polisi
Pembangunan JUT di Desa Rantau Bayur Senilai Rp150 Juta Dikeluhkan Warga: Diduga Asal Jadi dan Tak Sesuai Spesifikasi
Tim Medis IDI Cabang Kota Bogor Kirim Dokter ke Lokasi Bencana di Sibolga
Darurat Banjir Boentuka, Majelis Ulama Indonesia Kabupaten TTS, Buka Program Bantuan
Kasus Dugaan Perdagangan Anak Libatkan Warga SAD, Mijak Tampung SH: “Ini Harus Diberantas!”
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 11 Desember 2025 - 21:11 WIB

Ekskavator PETI Milik Ponidi Porak-porandakan Bukit Bungkul, Warga Menjerit: “Sumur Kami Keruh!”

Kamis, 11 Desember 2025 - 19:28 WIB

Restorasi Pesisir dan Green School: Emil Salim Institute Perkuat Dua Pilar Ekologi di Karawang

Kamis, 11 Desember 2025 - 07:19 WIB

Jembatan Koto Baru–Seling di Ambang Roboh: Warga Bertaruh Nyawa, Pemerintah Ke Mana?

Rabu, 10 Desember 2025 - 23:20 WIB

Front Rakyat dan Mahasiswa-Pelajar Demo Hari HAM, Dihadang Polisi

Rabu, 10 Desember 2025 - 07:43 WIB

Pembangunan JUT di Desa Rantau Bayur Senilai Rp150 Juta Dikeluhkan Warga: Diduga Asal Jadi dan Tak Sesuai Spesifikasi

Selasa, 9 Desember 2025 - 21:08 WIB

Tim Medis IDI Cabang Kota Bogor Kirim Dokter ke Lokasi Bencana di Sibolga

Selasa, 9 Desember 2025 - 20:45 WIB

Darurat Banjir Boentuka, Majelis Ulama Indonesia Kabupaten TTS, Buka Program Bantuan

Senin, 8 Desember 2025 - 20:58 WIB

Kasus Dugaan Perdagangan Anak Libatkan Warga SAD, Mijak Tampung SH: “Ini Harus Diberantas!”

Berita Terbaru