SUARA UTAMA – Surabaya, 30 Oktober 2025 — Saham NVIDIA Corporation (NASDAQ: NVDA) kembali mencatatkan rekor tertinggi dalam perdagangan di bursa Amerika Serikat, menembus level US$207 per saham pada akhir Oktober 2025.
Kenaikan ini semakin mengukuhkan posisi NVIDIA sebagai pemimpin global dalam industri chip dan kecerdasan buatan (AI). Namun, di tengah euforia pasar, sejumlah analis menilai valuasi saham perusahaan kini berada di level yang cukup sensitif terhadap perubahan sentimen pasar.
Kinerja Fundamental Masih Perkasa
Laporan keuangan tahun fiskal 2025 menunjukkan betapa kuatnya posisi NVIDIA di pasar teknologi global. Perusahaan membukukan pendapatan sebesar US$130,5 miliar, tumbuh sekitar 78 persen dibanding tahun sebelumnya, dengan laba bersih mencapai US$72,88 miliar.
Segmen data center dan AI menjadi mesin utama pertumbuhan, menyumbang lebih dari 80 persen total pendapatan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Eko Wahyu Pramono, S.Ak, analis keuangan dan tax akuntan, hasil tersebut mencerminkan kekuatan fundamental yang kokoh, tetapi juga menyiratkan risiko baru di tengah ekspektasi pasar yang sangat tinggi.
“Secara fundamental, NVIDIA masih sangat kuat dan terus memimpin pasar AI global. Namun valuasinya kini sudah premium, bahkan bisa dikatakan agak ‘overvalued’ jika dibandingkan dengan rata-rata sektor semikonduktor,”
ujar Eko kepada Suara Utama, Kamis (30/10).
Ia menambahkan bahwa dengan rasio Price-to-Earnings (P/E) di kisaran 55–60 kali, harga saham NVIDIA sudah mencerminkan optimisme luar biasa terhadap prospek masa depan.
“Jika industri AI melambat sedikit saja, dampaknya bisa langsung tercermin pada harga saham,” tambahnya.
Analisis Teknikal: Momentum Kuat, Tapi Pasar Mulai Jenuh
Dari sisi teknikal, grafik harga saham NVIDIA menunjukkan tren bullish yang masih solid. Harga saat ini berada jauh di atas rata-rata pergerakan 50 hari (MA50) di US$189 dan MA200 di US$185 sinyal bahwa tren naik jangka menengah hingga panjang masih terjaga.
Meski begitu, indikator Relative Strength Index (RSI) yang berada di level 73 menandakan kondisi overbought atau jenuh beli. Indikator MACD juga masih memberikan sinyal positif, namun mulai menunjukkan tanda-tanda pergerakan datar.
Menurut Eko, kondisi ini bisa menjadi fase awal menuju konsolidasi.
“Tren naik masih terkonfirmasi kuat, tetapi investor perlu berhati-hati. Saat harga berada di area jenuh beli, risiko koreksi teknikal meningkat. Pasar bisa bergerak volatil dalam waktu dekat,” jelasnya.
Area support kuat saham NVIDIA berada di kisaran US$187–190, sedangkan resistance utama di US$215–220. Jika terjadi koreksi, area support tersebut berpotensi menjadi titik keseimbangan baru antara permintaan dan tekanan jual.
Dampak Global dan Arah Pasar
Kenaikan saham NVIDIA juga memicu efek domino di pasar semikonduktor global. Saham-saham seperti TSMC, AMD, dan ASML ikut menguat, sementara indeks teknologi Nasdaq Composite mencatat performa positif sepanjang Oktober 2025.
Optimisme serupa terasa di pasar modal Asia, termasuk Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.
Di Indonesia, minat terhadap saham global berbasis teknologi meningkat signifikan. Beberapa sekuritas mencatat lonjakan transaksi terhadap saham NVIDIA hingga 25 persen dibanding bulan sebelumnya, terutama dari kalangan investor ritel yang mulai melirik saham luar negeri.
Antara Optimisme dan Kewaspadaan
Secara independen, Eko Wahyu Pramono, S.Ak menilai bahwa NVIDIA berada dalam posisi yang unik di satu sisi menjadi simbol inovasi teknologi dunia, namun di sisi lain mencerminkan ekspektasi pasar yang berlebihan.
Kinerja keuangan dan dominasi pasar perusahaan memang sulit ditandingi. Akan tetapi, kenaikan valuasi yang cepat dalam dua tahun terakhir membuat saham ini semakin sensitif terhadap isu fundamental, kebijakan ekspor, maupun pergeseran tren investasi AI.
Dalam konteks pasar modal global, pergerakan saham seperti NVIDIA sering kali menggambarkan psikologi kolektif investor antara keinginan untuk tidak tertinggal momentum (fear of missing out) dan kekhawatiran terhadap risiko koreksi tajam (fear of loss).
Karena itu, posisi NVIDIA saat ini dapat dianggap sebagai titik persimpangan: fundamentalnya tetap kokoh, tetapi valuasinya kini menuntut pertumbuhan yang sangat tinggi agar tetap relevan. Jika ekspektasi pasar tidak lagi sejalan dengan realisasi kinerja, harga saham bisa terkoreksi ke level yang lebih rasional tanpa mengurangi kualitas bisnis perusahaan.
Pandangan Eko Wahyu Pramono
“NVIDIA adalah perusahaan masa depan, tapi harga sahamnya sudah lebih dulu hidup di masa depan itu. Investor harus bisa membedakan antara nilai dan harga, karena keduanya tidak selalu berjalan beriringan,”
pungkas Eko Wahyu Pramono, S.Ak, analis keuangan dan tax akuntan.
Eko juga menilai, saham NVIDIA masih menjadi barometer penting sektor teknologi global. Namun, di balik kinerja keuangan yang kuat, potensi koreksi akibat valuasi tinggi tetap harus diperhitungkan secara objektif.
Fluktuasi harga saham merupakan bagian alami dari dinamika pasar modal yang dipengaruhi ekspektasi, sentimen, dan inovasi.
Catatan Redaksi
Tulisan ini merupakan analisis ekonomi dan pasar modal yang disusun berdasarkan data publik dan wawancara dengan analis independen. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham, melainkan sebagai bentuk edukasi dan informasi yang bersifat objektif sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik.
Penulis : Odie Priambodo
Editor : Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama














