Dampak Restorasi Bangsa dengan Jalan Politik Collective Advantage

- Writer

Kamis, 16 Januari 2025 - 11:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suara Utama Id. Dalam Akun Twitter X  ada postingan statement Puan Maharani @puanmaharani_ri : “Ada yang lebih penting daripada  segala kepentingan, yaitu keutuhan dan persatuan bangsa”. #puanmaharani

Selanjutnya Dahnil A. Simanjuntak @Dahnilanzar membalas postingan @puanmaharani_ri:” bagi Prabowo Jalan Politik Collective Advantage alias menggabungkan kebaik2an, atau keunggulan2 setiap kelompok, generasi, masa kepemimpinan adalah jalan kemajuan Indonesia.Mengubur semua kekurangan,untuk diperbaiki”.

Politik kolektif  memiliki beberapa arti, yaitu:- -Kolektif juga bagian unsur kerjasama dan usaha bersama dalam mencapai tujuan tertentu. Usaha bersama ini bisa mencakup kolaborasi dalam pemerintahan, penyelesaian masalah bersama, atau partisipasi dalam kegiatan yang melibatkan sejumlah orang.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Dampak Restorasi Bangsa dengan Jalan Politik Collective Advantage Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

-Penggunaan Politik kolektif dalam konteks pemikiran atau gagasan menekankan adanya pandangan atau ide yang diterima atau dibagikan oleh banyak orang. Ini mencerminkan adanya konsensus atau pandangan bersama terhadap suatu hal.

Semua berharap agar elemen bangsa kembali memperkuat tali persaudaraan dan kebersamaan Pasca Pemilu 2024. Dalam kilasbalik itu kita mencari-cari: di manakah urgennya? Jelas, kita menemukan alasan kuat bahwa belakangan ini pilar kebersamaan memang tengah digerogoti oleh para provokator yang menyebar virus intoleransi, menularkan anarkisme, membangkitkan separatisme, mengajak praktik politik tidak santun, hingga membisiki kalimat-kalimat hujatan.

Ragam kekerasan itu merefleksikan runtuhnya kebersamaan sehingga semuanya perlu saling mengingatkan dalam bingkai kebaikan kepada semua elemen bangsa untuk menegakkannya kembali. Manakala kebersamaan tegak dan kokoh, diyakini segala manuver provokator bisa diredam bersama. Sebab, kebersamaan mensakralkan kebinekaan. Kebersamaan senantiasa memikirkan setiap tindakan apakah akan merusak diri sendiri atau masyarakat luas.

Kebersamaan terbiasa dengan pola pikir reflektif. Setiap tindakan dipertimbangkan dampaknya bagi orang lain, bukan sekadar bagi diri sendiri atau kelompoknya. Kebersamaan pula yang mampu merawat toleransi. Dalam konteks ini, toleransi yang ditelaah berpengertian sebagai sikap menahan diri, bersikap sabar, menghargai orang lain yang berpendapat beda, berhati lapang dan tenggang rasa terhadap orang yang berlainan pandangan.

Jika membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan toleransi adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Dalam deklarasi prinsip-prinsip toleransi UNESCO (1995), dinyatakan bahwa toleransi adalah penghargaan, penerimaan dan penghormatan terhadap beragam cara kemanusiaan, bentuk-bentuk ekspresi dan kebudayaan. Sehingga jelas dibutuhkan keikhlasan untuk memahami perbedaan pada orang lain. Individu tidak eksklusif sebagai homo homini lupus, melainkan terbuka menjadi homo homini sosius, bahwa manusia adalah rekan bagi sesamanya.

Homo homini sosius membangun urgensi ‘kita’, bukan melulu ‘aku’ atau ‘kami’. Akar Keruntuhan dari paparan sekilas itu bisa dicari akar keruntuhan kebersamaan ini. Lawan dari bersama adalah sendiri, sehingga kebersamaan dilawan individualistis, atau ‘kita’ dirobohkan ‘aku’. Di sinilah terdapat akar keruntuhan kebersamaan itu: tatkala orang tidak lagi bicara ‘kita’, tetapi lebih mendahulukan ‘aku’, kemudian ‘kami’. Akibat tidak memikirkan ‘kita’, orang lain menjadi tak penting.

Apalagi jika orang lain itu tidak punya ikatan kepentingan. Lebih mengerikan lagi jika orang lain itu dianggap ‘lawan’ atau ‘berbeda’ dengan dirinya, maka tak urung akan dilibas. Dalam kondisi individualistis begini, jangan lagi bicara soal toleransi. Justru terjadilah defisit toleransi. Di tahun politik ini, ‘aku’ akan lebih kentara, dan ‘lawan’ atau ‘berbeda’ terlihat lebih mencolok, tidak samar-samar lagi. Akibatnya, pertarungan individualistis akan lebih marak, apalagi jika dikaitkan dengan teori ‘keberjejalan manusia’ yang dikenalkan filsuf Erich Fromm.

BACA JUGA :  Suami di Lampung Tengah Tembak Istri, Polisi Tangkap Pelaku di Rumah Makan

Istilah ‘keberjejalan manusia’ bukan sekadar menunjukkan kepadatan penduduk, tetapi penekanannya pada penggambaran pertarungan untuk survive yang didorong perilaku agresi. Dalam pertarungan itu terdapat kecenderungan ‘mereka yang kuat berusaha membinasakan yang lemah’. Beberapa indikator ‘kuat’ itu bisa saja berupa kekuasaan politik, kekuatan uang, kekuatan fisik, hingga kekuatan ideologi. Mereka yang kalah dalam pertarungan itu berpotensi dihinggapi frustrasi. Manusia adalah volo (aku mau), sebuah titik tolak yang dikenalkan oleh Maine de Biran. Manusia itu mau apa saja, tetapi hasrat terhadap ‘apa saja’ selalu dibatasi kepantasan-kepantasan maupun kemampuan diri.

Pembatas itulah yang kerap membikin frustrasi. Di tahun politik akan banyak pihak kalah bertarung. Artinya, tidak sedikit yang bakal frustrasi. Celakanya, frustrasi ini dibiarkan menjadi stimuli agresi. Padahal, agresi punya tujuan untuk menghilangkan ancaman dengan cara menghindari ataupun menghancurkan sumber ancaman itu. Semakin bermaksud menghancurkan, kian tumbuh kedestruktifannya. Kalau sampai destruktif, levelnya meningkat menjadi agresi jahat yang cenderung merugikan orang lain. Maka, persoalan moralitas diabaikan. Kekerasan dianggap halal.

Inilah gambaran intoleransi. Ini juga penguat runtuhnya kebersamaan. Politik Santun Bagaimana menegakkan kebersamaan yang runtuh itu? Rumusnya sederhana: kembali ke ‘kita’. Segenap sudut pandang kehidupan, mestinya, mengacu pada kepentingan bersama, kepentingan ‘kita’, bukan lagi demi ‘aku’ atau ‘kami’. Meski sederhana, tetapi untuk mewujudkannya susah. Namun begitu, tetap saja harus diupayakan bilamana tidak ingin kasus-kasus intoleransi kian meliar. Dalam konteks tahun politik, sewajarnya dibuka kembali hakikat tujuan berpolitik. Idealnya politik merupakan pengelolaan ruang publik dalam bentuk kerja sama untuk mencapai kesejahteraan dan kemaslahatan bersama, dan tujuan utamanya adalah membebaskan manusia dari penderitaan. Atau dalam ungkapan pemikir politik Peter Berger, politik seharusnya memperhitungkan ‘biaya-biaya manusia (human costs)’.

Tujuan politik seharusnya untuk mengatasi atau paling tidak membatasi penderitaan manusia dalam segala bentuk dan dimensinya. Selama ini, di negeri kita, politik hanya dimainkan oleh para elite dan aparat negara. Politik yang dipraktikkan oleh kelompok ini cenderung impersonal, tidak peka, dan sering tanpa hati nurani.

Politik yang berhati nurani adalah politik yang mengambil inspirasi dari solidaritas kemanusiaan berdasarkan pengalaman langsung saat bergulat dengan penderitaan dan kehidupan yang penuh ketidakpastian.Inilah wujud politik santun. Karenanya, upaya membangun kebersamaan adalah melalui politik santun tersebut., bersama kita bangun fondasi iklim demokrasi santun, teduh, dan damai.

Semua dari ulasan tersebut bila Jalan Politik Collective Advantage dilaksanakan secara konsisten dikalangan elit politik sebagai komitmen konsensus politik Bersama sebagai restorasi politik dimana Sejarah politik masa lalu diputihkan dan dijadikan pembelajaran politik kedepan, maka semua hal itu tujuan agar jalan menuju Indonesia emas akan segera terlaksana.

Tonny Rivani sebagai Wartawan Suara Utama Id.                                                                                                            Sumber:  https://nu.or.id/opini/membangun kebersama an -di-tahun-politik-RTtvy

 

Penulis : Drs. Tonny Rivani, M.Si.

Editor : Drs. Tonny Rivani, M.Si.

Sumber Berita : Wartawan Suara Utama Id.

Berita Terkait

Suara Utama Rayakan Milad Akbar & Silatnas Di UPT Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur
Seminar UMKM dan Peluncuran Buku UMKM Insight Meriahkan Jakarta
Peduli Lingkungan Permukiman, Karang Taruna Desa Mekarjati Gelar Kerja Bakti Pembersihan Drainase
Forum Nelayan dan Penggerak Wisata Kecamatan Labuan Ultimatum Perusahaan Kapal Tongkang
Ketum ASKAINDO Secara Resmi Terbitkan SK DPK Ngawi
Dukung Tumbuh Kembang Anak, PKPA Lakukan Pelatihan Promkes bersama Anak dan Remaja
Darurat Penelantaran Anak: PKPA Serukan Perbaikan Sistem Perlindungan
Gejolak Awal Tahun di Pandeglang Menggambarkan Krisis Tata Kelola dan Akuntabilitas Pemerintahan
Berita ini 24 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 17 Januari 2025 - 21:00 WIB

Suara Utama Rayakan Milad Akbar & Silatnas Di UPT Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur

Jumat, 17 Januari 2025 - 20:48 WIB

Seminar UMKM dan Peluncuran Buku UMKM Insight Meriahkan Jakarta

Jumat, 17 Januari 2025 - 18:01 WIB

Peduli Lingkungan Permukiman, Karang Taruna Desa Mekarjati Gelar Kerja Bakti Pembersihan Drainase

Jumat, 17 Januari 2025 - 13:51 WIB

Forum Nelayan dan Penggerak Wisata Kecamatan Labuan Ultimatum Perusahaan Kapal Tongkang

Jumat, 17 Januari 2025 - 13:31 WIB

Ketum ASKAINDO Secara Resmi Terbitkan SK DPK Ngawi

Kamis, 16 Januari 2025 - 14:25 WIB

Darurat Penelantaran Anak: PKPA Serukan Perbaikan Sistem Perlindungan

Kamis, 16 Januari 2025 - 11:20 WIB

Gejolak Awal Tahun di Pandeglang Menggambarkan Krisis Tata Kelola dan Akuntabilitas Pemerintahan

Kamis, 16 Januari 2025 - 11:13 WIB

Dampak Restorasi Bangsa dengan Jalan Politik Collective Advantage

Berita Terbaru

Advertorial

Seminar UMKM dan Peluncuran Buku UMKM Insight Meriahkan Jakarta

Jumat, 17 Jan 2025 - 20:48 WIB

Berita Utama

Ketum ASKAINDO Secara Resmi Terbitkan SK DPK Ngawi

Jumat, 17 Jan 2025 - 13:31 WIB