Penyair
Jhon Minggus Keiya
Bedugul, 24 Agustus 2024
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sang surya menerangi nirwana di jagat
Sekejab cakrawala meneteskan rintik-rintik
Aku bertepi di pondok tak bersobat
Daku bagaikan sebatangkara tak berpijak
Setiap pasang bani berlalu lalang cepat kilat
Aku kemelitan adakah dia gerangan daku diajak
Aku mendekap si Jegeg tersipu malu
Manis dikau menyambutku sebagai tamu
Namun dikau menjebak jiwa inih ingga runtuhkan imaniku
Buah pikir mengawang tak menentu
Daku jatuh dalam molek roman wajahmu
Batin tidak dapat menahan bibir ucap tegasku
“Engkau tak semanis Danau Paniai”.
“Engkau tak sejernih Danau Tage”.
“Engkau tak sesuci Danau Tigi”.
Aku bertanya ketika kuteguk segelas
Kopi sambil melirik unikmu yang membahana
Dimana mahkotamu ?, Dimana tahtamu ?
Wahai “Beratan”…
Namun aku sudah tahu engkau telah membual
Dikau patuh dalam harapan yang bebal
Bimbang !
Aku bimbang…
Apa makna rintik-rintik yang tak beralasanmu
Aku bimbang…
Dikau menyudutkanku dengan mengadu pada merah jingga sore itu
Jalanku sudah tanpa arah yang menentu
Jika aku padamu, jangan beralasan sedih dalam bahagiamu
Ladang hati tak subur semua melayu sebab ulahmu
Aku menatap wajahmu
“Kau bukan manisku”
Aku satukan jemariku
“Kau bukan jernihku”
Aku bersandar di bahumu
“Kau bukan suciku”
Dimanakah akhir dari kebimbangan ini akan berlabu kini
Pujangga berkelana tak dapat bersemedi
Daku haturkan segenggam harapan dimalam sunyi
Dewi Danu memberi kemakmuran dan kesuburan dalam benak agar bersemi
Penulis : Jhon Minggus Keiya