SUARA UTAMA, MERANGIN — Dugaan pemborosan anggaran kembali mencuat di Kabupaten Merangin. Proyek rehabilitasi di kawasan wisata Arboretum Rio Alif, Desa Langling, Kecamatan Bangko, kembali menjadi perbincangan warga setelah ditemukan adanya rehab berulang pada fasilitas yang sama, khususnya kandang dan kolam buaya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Rabu, 10 Desember 2025, tim media mendapati bahwa sejumlah bangunan wisata di lokasi tersebut kembali dianggarkan untuk rehab, padahal sebelumnya sudah pernah dikerjakan dengan nilai ratusan juta.
Pada tahun 2022, rehab kolam buaya di objek wisata Arboretum ini sudah dikerjakan melalui:
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Satuan Kerja: Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Nilai Kontrak: Rp199.940.000,
Pemenang: CV Indika Purnama Jaya.
Namun, pada tahun 2025, proyek untuk fasilitas yang sama kembali muncul melalui:
Kegiatan: Pengadaan/Pemeliharaan/Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Wisata Strategis,
Pekerjaan: Rehap kandang/kolam buaya
Nilai Kontrak: Rp92.326.000
Sumber Dana: APBD-P Kabupaten Merangin
Rehab yang dilakukan berulang terhadap bangunan yang sama inilah yang menimbulkan banyak pertanyaan publik.
Beberapa warga yang ditemui di sekitar lokasi mengaku heran dan kecewa karena proyek wisata yang menghabiskan anggaran besar itu tak kunjung memberikan manfaat. Wisata terbengkalai, fasilitas tidak berjalan, namun anggaran terus mengalir.
“Kolam buaya itu dulu direhab mahal, tapi bukan dipakai untuk wisata. Belum menghasilkan apa-apa, eh sekarang direhab lagi. Mau jadi apa sebenarnya? Kami bingung, buayanya saja mungkin bingung.” kata Zainal warga setempat
“Kalau tempat wisata ini dikelola dengan benar, pasti ramai. Tapi sekarang seperti sengaja dibiarkan rusak supaya tiap tahun bisa dianggarkan lagi. Kesan kami begitu.” tambahnya
Hal senada juga di ungkapkan oleh warga lainnya Mus.
“Kami bukan menolak pembangunan, tapi janganlah kesannya seperti proyek yang penting habiskan anggaran saja. Hasilnya tidak ada, manfaat untuk warga juga tidak ada, ini bukan sekali dua kali. Banyak fasilitas di Arboretum yang direhab, tapi masyarakat tak pernah merasakan dampaknya. Wisata mati, proyek hidup.” ungkapnya
Warga menilai Pemerintah Kabupaten Merangin, khususnya Dinas Pariwisata, gagal memaksimalkan potensi wisata yang sudah menelan anggaran miliaran rupiah. Alih-alih menghasilkan pemasukan, lokasi wisata itu justru mati suri.
“Pemerintah ini seperti lebih ahli membangun proyek daripada membangun wisata. Anggaran mengalir terus, tapi hasilnya tidak pernah terlihat, Seharusnya sebelum rehab dilakukan, bangunan yang lama difungsikan dulu. Jangan sampai uang rakyat habis, wisata tetap tak berpengunjung, Jangan sampai masyarakat menilai proyek-proyek ini hanya dijadikan ajang mencari keuntungan pemborong. Kalau memang untuk wisata, mana hasilnya? Mana omsetnya?” tambahnya
Arboretum Rio Alif, yang seharusnya menjadi ikon wisata edukasi dan konservasi, kini lebih menyerupai taman tidur daripada taman wisata. Banyak bangunan terlihat tidak terawat, sebagian mangkrak, dan aktivitas wisata nyaris tidak berjalan.
Warga menilai bahwa jika pemerintah serius, tempat wisata tersebut bisa menjadi potensi ekonomi yang besar. Namun yang terlihat justru sebaliknya: anggaran masuk, wisata tidak berkembang.
Dugaan pemborosan anggaran ini menjadi tamparan keras bagi Pemerintah Kabupaten Merangin. Warga menuntut agar pemerintah tidak lagi sekadar membangun proyek, melainkan benar-benar mengelola wisata hingga memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan pemasukan daerah.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Dinas Pariwisata masih belum memberikan keterangan resmi.
Penulis : Ady Lubis
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama














