Oleh: Rinto Setiyawan
Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia
Anggota Majelis Tinggi Partai X
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Wakil Direktur Sekolah Negarawan X Institute
SUARA UTAMA – Jakarta, 24 September 2025 – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa baru-baru ini mengimbau generasi muda untuk tidak terbiasa hidup dengan berutang. Pesan tersebut disampaikan sebagai nasihat moral sekaligus ajakan untuk mengelola keuangan pribadi secara lebih bijak.
Namun, di saat yang sama, pemerintah masih membuka ruang bagi penambahan utang negara dengan alasan fleksibilitas dan keberlanjutan fiskal. Kondisi inilah yang kemudian menimbulkan perdebatan di ruang publik mengenai konsistensi kebijakan dan pesan moral pemerintah.
Beban Utang dan Generasi Muda
Pemerintah kerap menegaskan bahwa rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih terkendali. Namun, sejumlah pengamat mengingatkan bahwa tambahan utang pada akhirnya akan menjadi beban lintas generasi.
Setiap rupiah utang hari ini berpotensi memengaruhi ruang fiskal di masa depan, baik melalui pajak yang harus dibayar, keterbatasan anggaran pendidikan, maupun berkurangnya dukungan untuk sektor kesehatan dan kesejahteraan.
Strategi Pertumbuhan dan Risiko Fiskal
Menkeu Purbaya menyatakan bahwa utang dapat dikelola melalui strategi akselerasi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penerimaan pajak. Menurutnya, kebijakan ini dirancang agar tetap dalam batas aman dan terukur.
Meski demikian, kalangan pengamat menilai strategi tersebut sarat risiko. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipastikan sepenuhnya, sementara kewajiban pembayaran bunga dan pokok utang bersifat tetap. Jika target pertumbuhan tidak tercapai, konsekuensinya dapat berupa penyesuaian subsidi, kenaikan pajak, maupun terbatasnya ruang anggaran untuk penciptaan lapangan kerja.
Kritik Moral dan Perspektif Etika
Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), dalam berbagai kesempatan, pernah mengingatkan bahwa generasi muda berpotensi menanggung konsekuensi dari kebijakan fiskal yang tidak mereka putuskan. Pandangan ini menekankan dimensi keadilan antar generasi dalam pengelolaan keuangan negara.
Pertanyaan etis pun muncul: apakah adil melarang anak muda berutang untuk menjaga stabilitas pribadi, sementara negara tetap menambah utang yang kelak akan mereka tanggung?
Teladan Kepemimpinan
Sejumlah pakar menilai konsistensi antara pesan moral dan praktik kebijakan publik penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat, khususnya generasi muda. Jika pemerintah mengimbau warganya berhati-hati dalam berutang, negara pun diharapkan memberi teladan dengan disiplin fiskal.
Tanpa konsistensi, ada risiko imbauan moral tersebut kehilangan legitimasi dan dipersepsikan hanya sebagai retorika politik.
Generasi Muda di Persimpangan
Generasi muda kini menghadapi tantangan ganda: membangun masa depan pribadi sekaligus menanggung warisan kebijakan fiskal saat ini.
Imbauan Menkeu Purbaya memiliki nilai positif dalam konteks pribadi, tetapi terasa ironis ketika dibandingkan dengan kebijakan negara yang masih mengandalkan instrumen utang.
Jika tidak diimbangi dengan reformasi pengelolaan fiskal, kondisi ini berpotensi mengurangi kepercayaan publik serta memperkuat pandangan bahwa generasi muda akan menjadi pihak yang paling dirugikan.
Penulis : Odie Priambodo
Editor : Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama














