SUARA UTAMA – Gelombang aksi demo global kembali mengguncang dunia. Di berbagai kota besar, massa turun ke jalan membawa pesan perdamaian, keadilan, dan cinta. Menariknya, tagar #LayAllYourLoveOnMe mendadak viral di media sosial, menjadi simbol baru yang mempersatukan jutaan orang lintas negara, agama, dan budaya.
Fenomena hashtag #LayAllYourLoveOnMe menjadi warna baru dalam aksi-aksi protes global. Di New York, London, Berlin, Jakarta, Seoul hingga Cape Town, ribuan pengunjuk rasa berkumpul sambil menyanyikan lagu dan mengangkat poster bertuliskan pesan kasih sayang. Mereka menuntut dunia yang lebih adil, bebas dari penindasan, perang, dan diskriminasi.
Pengamat komunikasi digital dari Universitas Indonesia, Dr. Ratri Anindya, menyebut fenomena ini sebagai bentuk emotional framing yang efektif.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tagar ini membawa emosi positif: cinta, pengorbanan, dan solidaritas. Dalam situasi krisis global, pesan seperti ini mampu merangkul lebih banyak simpati ketimbang sekadar slogan politik,” jelasnya.
Sejumlah tokoh dunia ikut menyuarakan dukungan. Paus Fransiskus dalam homili singkatnya menyerukan agar dunia “tidak letih mencintai, meski dikelilingi kebencian.” Sementara Sekjen PBB António Guterres menulis di X:
“Lay all your love on humanity — dunia membutuhkan kepedulian, bukan permusuhan.”
Di Indonesia, ormas lintas iman ikut serta menggelar doa bersama di Bundaran HI, Jakarta. Ketua PBNU menegaskan bahwa cinta adalah nilai universal yang mampu meredam konflik. Ketua PGI menyebut aksi ini sebagai “momentum untuk menunjukkan wajah kemanusiaan Indonesia yang inklusif.”
Pengamat sosial, Yusriadi, menambahkan bahwa simbol seperti ini bisa menjadi energi moral yang mendorong pemerintah-pemerintah dunia mengambil keputusan yang lebih berorientasi pada perdamaian.
“Jika terus dijaga, gerakan ini bisa menjadi semacam global conscience, mirip dengan kampanye anti-apartheid pada era 80-an,” ujarnya.
Media internasional seperti The Guardian dan Al Jazeera menyoroti bahwa aksi ini berhasil menggabungkan seni, musik, dan aktivisme sosial menjadi satu bentuk protes yang damai namun kuat. Poster, mural, dan lagu yang beredar di TikTok membuat pesan ini cepat menular di kalangan generasi muda.
Arah dan Peluang Perubahan
Gelombang aksi dengan tagar cinta ini dapat menjadi tekanan moral bagi pemimpin dunia untuk mengambil langkah nyata: menghentikan konflik bersenjata, membuka ruang dialog, dan meningkatkan bantuan kemanusiaan. Para analis menyebutkan, jika konsistensi gerakan ini terjaga, ia bisa menjadi salah satu pendorong lahirnya resolusi damai di berbagai konflik global.














