Wall Street Terperosok, Tarif Baru Trump Picu Kepanikan Pasar Global

- Penulis

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 08:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pakar ekonomi dan perpajakan, Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP, memberikan pandangan mengenai gejolak pasar saham Amerika Serikat (AS) usai pengumuman tarif baru terhadap China. Koreksi tajam di Wall Street dipicu kekhawatiran eskalasi perang dagang dan melemahnya sentimen investor global.

Pakar ekonomi dan perpajakan, Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP, memberikan pandangan mengenai gejolak pasar saham Amerika Serikat (AS) usai pengumuman tarif baru terhadap China. Koreksi tajam di Wall Street dipicu kekhawatiran eskalasi perang dagang dan melemahnya sentimen investor global.

SUARA UTAMA – Jakarta, 11 Oktober 2025 – Pasar saham Amerika Serikat (AS) terguncang tajam pada perdagangan Jumat waktu setempat setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana penerapan tarif besar-besaran terhadap impor dari Tiongkok. Indeks utama Wall Street kompak melemah, menandai hari terburuk sejak April tahun ini.

Indeks S&P 500 anjlok 2,7%, Nasdaq Composite jatuh 3,6%, sementara Dow Jones Industrial Average turun sekitar 1,9%. Saham-saham teknologi seperti Nvidia, Apple, Tesla, dan Amazon menjadi korban utama aksi jual massal investor.

 

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Wall Street Terperosok, Tarif Baru Trump Picu Kepanikan Pasar Global Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Fundamental: Ketegangan Dagang dan Valuasi Mengkhawatirkan

Penyebab utama penurunan tajam ini berasal dari ketegangan perdagangan AS–Tiongkok yang kembali memanas. Trump mengancam akan memberlakukan tarif hingga 100 persen pada produk impor strategis dari Beijing, terutama di sektor teknologi dan manufaktur.

Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran baru atas rantai pasok global, terutama bagi perusahaan semikonduktor dan industri elektronik yang bergantung pada bahan baku dan komponen asal Tiongkok.

Selain itu, sejumlah analis menilai valuasi saham-saham teknologi sudah berada di zona gelembung, dengan harga yang jauh melampaui kinerja fundamental perusahaan.

“Kombinasi antara valuasi tinggi, kebijakan proteksionis, dan suku bunga yang belum turun membuat pasar berada di wilayah berisiko,” kata analis pasar dari Bank of America, dikutip Sabtu (11/10).

Bank sentral AS, The Federal Reserve, juga belum memberikan sinyal jelas mengenai pemangkasan suku bunga, yang membuat biaya modal tetap tinggi dan menekan prospek pertumbuhan korporasi.

 

Teknikal: Sinyal Negatif dari Grafik Harga

Dari sisi teknikal, pelemahan tajam ini memperlihatkan tembusnya level support penting di area 50-day moving average untuk S&P 500, yang selama ini menjadi indikator psikologis investor. Penembusan tersebut diikuti oleh lonjakan volume jual hingga dua kali lipat dari rata-rata harian, menunjukkan tekanan jual yang kuat.

Beberapa indikator momentum seperti Relative Strength Index (RSI) juga menunjukkan kondisi oversold, menandakan potensi rebound teknikal dalam jangka pendek, meski arah utama masih menurun (bearish).
Jika tekanan berlanjut, indeks S&P 500 berpotensi menguji support berikutnya di kisaran 6.350 poin, sedangkan resistance jangka pendek berada di 6.700 poin.

BACA JUGA :  Harlah Karang Taruna Ke-64: Sinergi Pemuda dan Pemerintah Daerah untuk Meningkatkan SDM Menyongsong Pandeglang sebagai Zona Industri

 

Komentar Ahli: Risiko Global Bisa Merembet ke Indonesia

Menurut Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP, praktisi pajak dan analis ekonomi, gejolak di Wall Street berpotensi memberikan efek rambatan ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Koreksi saham AS bukan hanya soal ketegangan politik, tetapi mencerminkan kecemasan investor terhadap arah ekonomi global. Indonesia bisa terkena imbas melalui dua jalur: arus modal asing dan tekanan nilai tukar,” ujar Yulianto kepada SUARA UTAMA, Sabtu (11/10).

Lebih lanjut, Yulianto menjelaskan bahwa jika tekanan berlanjut, investor asing cenderung menarik dana dari pasar saham dan obligasi negara berkembang untuk mengamankan aset dalam dolar AS.

“Bank Indonesia perlu waspada terhadap volatilitas pasar global. Fundamental kita masih cukup kuat, tapi gejolak eksternal bisa menekan rupiah dan memperlambat investasi,” tambahnya.

Ia juga menilai bahwa investor domestik sebaiknya tetap rasional dan tidak panik menghadapi situasi ini.

“Koreksi seperti ini adalah bagian dari siklus pasar. Justru bagi investor jangka panjang, momen seperti ini bisa menjadi peluang untuk akumulasi saham-saham berfundamental kuat,” tutup Yulianto.

 

Prospek dan Strategi Investor

Para analis memperkirakan pasar akan tetap bergejolak dalam beberapa pekan mendatang hingga ada kejelasan terkait arah kebijakan perdagangan AS dan respons dari pemerintah Tiongkok.

Investor disarankan untuk beralih ke sektor defensif seperti kebutuhan pokok, kesehatan, dan utilitas yang lebih tahan terhadap gejolak ekonomi.
Selain itu, strategi hedging menggunakan opsi jual (put options) dan diversifikasi aset ke emas atau obligasi menjadi langkah bijak untuk melindungi portofolio dari tekanan lanjutan.

 

Kesimpulan

Kombinasi antara ketegangan geopolitik, valuasi tinggi, dan tekanan teknikal membuat pasar saham AS kembali dalam fase koreksi tajam.
Jika pemerintah AS tidak segera menenangkan pasar dengan kebijakan yang lebih terukur, risiko penurunan lanjutan bisa membesar dan menular ke bursa global, termasuk Asia dan Indonesia.

 

Penulis : Odie Priambodo

Editor : Andre Hariyanto

Sumber Berita : Wartawan Suara Utama

Berita Terkait

Hebat Bersinergi Menjaga Kamtibmas, Berbagai Pihak di Loloda Utara Bersatu
Ketua Forum Abdesi Kecamatan Loloda Utara Resmi Dilantik
Kapolsek Banyuanyar Lakukan Kunjungan Ke Seluruh Desa Salah Satunya Desa Klenang Kidul
MK Kembali Tolak Gugatan Pemajakan Pensiun: Status Quo Pajak Pensiun Tetap Berlaku
Jalan Syarifuddin Diperbaiki, Warga Antusias Ucapkan Terima Kasih pada Bupati
Sekam Padi Terbakar Di PLTU 2 Labuan, Paru-Paru Warga Terancam Kanker
Reformasi Polri Menjadi Good Governance Menuju Indonesia Hebat
Dugaan Adanya Mark Up Dana Anggaran Hingga Bangunan Terimbas Tak Sesuai Prospek
Berita ini 57 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 14 November 2025 - 18:28 WIB

Hebat Bersinergi Menjaga Kamtibmas, Berbagai Pihak di Loloda Utara Bersatu

Jumat, 14 November 2025 - 17:53 WIB

Ketua Forum Abdesi Kecamatan Loloda Utara Resmi Dilantik

Jumat, 14 November 2025 - 12:22 WIB

Kapolsek Banyuanyar Lakukan Kunjungan Ke Seluruh Desa Salah Satunya Desa Klenang Kidul

Jumat, 14 November 2025 - 10:06 WIB

MK Kembali Tolak Gugatan Pemajakan Pensiun: Status Quo Pajak Pensiun Tetap Berlaku

Jumat, 14 November 2025 - 09:45 WIB

Jalan Syarifuddin Diperbaiki, Warga Antusias Ucapkan Terima Kasih pada Bupati

Kamis, 13 November 2025 - 18:14 WIB

Reformasi Polri Menjadi Good Governance Menuju Indonesia Hebat

Kamis, 13 November 2025 - 14:58 WIB

Dugaan Adanya Mark Up Dana Anggaran Hingga Bangunan Terimbas Tak Sesuai Prospek

Kamis, 13 November 2025 - 14:50 WIB

Dorong Kepastian Hukum, DPR Desak Penyusunan UU Konsultan Pajak

Berita Terbaru

Pemilihan Pengurus Forum Abdesi di Kecamatan Loloda Utara resmi dilantik (Yusri Arba/SUARA UTAMA)

Berita Utama

Ketua Forum Abdesi Kecamatan Loloda Utara Resmi Dilantik

Jumat, 14 Nov 2025 - 17:53 WIB