SUARA UTAMA. Lanskap cara pandang masyarakat mengalami perubahan yang sangat luar biasa dan tajam, di era abad ke 21 ini, didalam melihat, membaca dan menkonsumsi informasi dari suatu media, khususnya media massa pers. Perkembangan teknologi komunikasi digital telah mengambil alih peran media-media massa pers yang selama ini dijadikan rujukan oleh masyarakat. Kehadiran media-media sosial yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat menjadi tumpuan didalam informasi. Deddy Sinaga (2017) menegaskan Di era digital seperti ini, platform media cetak dan media online sepertinya mulai tergerus atau bahkan tak lagi memonopoli dalam menyampaikan informasi kepada publik. Tak bisa dipungkiri, eksistensi media sosial seperti Facebook dan Twitter mengalahkan dua platform media massa itu (cetak dan online) dalam memberikan informasi.
Media-media sosial yang akrab dengan masyarakat dan sering digunakan dalam keseharian oleh masyarakat beberapa diantaranya adalah : Instagram, Tiktok, Facebook, Telegram, X dan Whatsapp.
Apabila kita merujuk data hasil survei 2021 oleh Katadata Insight Center (KIC) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam Hanna farah Vania (2022) mengenai penggunaan informasi yang paling banyak dicari oleh masyarakat dalam Dataoks.katadata.co.id (2022) Data memperlihatkan : “Status Literasi Digital di Indonesia 2021”, pada 2021, 73 persen respondennya menjadikan media sosial untuk mendapatkan informasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski persentase pada 2020 lebih besar, yaitu 76 persen, media sosial masih unggul sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Sumber yang paling sering diakses kedua adalah televisi. Persentasenya sebesar 59,7 persen pada 2021 dan 59,5 persen pada 2020. Yang ketiga, diikuti oleh berita online sebesar 26,7 persen pada 2021 dan 25,2 persen pada 2020. Data ini menguatkan gambaran diatas bahwa masyarakat sudah berubah cara pandangnya ketika akan mencari suatu informasi. Media massa yang diwakili oleh Televisi, berita online termasuk koran posisi angka berada dibawah media sosial.
Tentunya hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus di sikapi dan ditata kembali mengenai konsep media massa pers, oleh para pengelola. Walaupun Sebagian portal-portal berita media online adalah transformasi dari media-media massa mainstream yang selama ini merajai dunia informasi di Indonesia, terutama mengenai informasi berita.
Informasi praktis lebih disukai oleh masyarakat.
Hanya dengan segenggam smartphone, masyarakat dapat mengakses informasi apapun dari media sosial dengan lebih cepat, variatif informasi yang didapat bisa beragam tergantung dari banyaknya keinginan untuk meng klik suatu link website yang ingin di cari, selain itu pula bisa bertukar informasi dengan teman-temannya yang mengakses link website yang berbeda.
Posisi fleksibilitas masyarakat yang berperan sebagai warganet tentunya menjadi pesaing utama media massa pers. Faktanya sekarang secara terang benderang warganet bisa menjadi produsen maupun konsumen berita dalam waktu bersamaan. Membuat, menayangkan, memberikan komentar bahkan bisa melakukan investigasi terhadap suatu persoalan serius yang terjadi dimasyarakat.
Persoalan berita hoaks ataupun fake dari media sosial, menjadi persoalan tersendiri bagi media massa pers. Terkadang masyarakat lebih mempercayai informasi berita yang pertama kali muncul dari media sosial. Tidak menutup kemungkinan masyarakat mengabaikan informasi-informasi dari media massa pers.
Sesaknya informasi-informasi dari berbagai sumber terutama dari media sosial, membuat masyarakat tidak dapat lagi berpikir rasional untuk mengakses suatu informasi. Informasi yang dibaca langsung diterima dan dijadikan pegangan informasi.
Berubah, bertahan atau tutup
Kondisi faktual yang terjadi saat ini mengenai keberadaan media sosial, merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari, banyak hal ataupun terobosan yang harus dilakukan oleh media massa pers. Apabila tidak segera cepat dilakukan, tidak menutup kemungkinan masyarakat akan meninggalkan media-media massa pers. Karena media massa pers harus bersaing dengan ribuan bahkan jutaan konten media sosial.
Fenomena diatas tentunya akan berdampak pada cara bagaimana media-media massa pers ( media online) berubah, bertahan untuk hidup dan tetap eksis atau tutup. Beberapa media Kompas, Tempo, Detik sampai Kumparan sudah melakukan inovasi-inovasi konsep pemberitaan, terutama media mereka yang bermain di ranah digital.
Tingkatkan kualitas keahlian jurnalis pada pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh badan pelatihan profesi, keahlian di bidang jurnalistik disertai kapasitas kemampuan dibidang teknologi komunikasi menjadi prioritas utama, karena dari tangan-tangan para jurnalislah suatu tulisan informasi berita yang berkualitas akan senantiasa hadir dan terjaga. Dan akan berbanding lurus dengan kualitas konten-konten produk jurnalistiknya.
Menjual salah satu produk konten unggulan yang menjadi ciri khas, layak untuk dipertimbangkan. Karena akan menjadi salah satu ciri khas Branding suatu media massa pers. Masyarakat akan mencari konten-konten produk jurnalistik media massa pers yang berkualitas karena mempunyai nilai lebih dan nilai tambah tersendiri bagi media massa pers. Untuk mengakses beritanya harus menjadi anggota komunitas terlebih dahulu dan dikenakan iuran tahunan dengan harga terjangkau.
Tentunya pelibatan masyarakat sebagai bagian dari proses jurnalisme media massa pers dapat dipertimbangkan pula. Orang akan bangga menjadi bagian dari suatu lembaga apabila diikutsertakan dan berkontribusi didalamnya. Menjadi jurnalisme warga, penulisannya di fasilitasi oleh media massa pers, membangun komunitas media massa pers dengan konsep User Generated Content masyarakat dapat terlibat membuat tulisan atau cerita tentang suatu hal yang bermanfaat, teknisnya mereka disuruh membuat akunnya sendiri yang sudah disediakan oleh media massa pers, untuk selanjutnya mereka dapat menulis, proses moderasi tetap ada di pihak editor. Namun keberadaan konten diluar tanggung jawab redaksi, untuk konsep ini beberapa media besar sudah melakukannya.
Membuat media komunikasi langsung dengan masyarakat melalui podcast yang disediakan oleh media massa pers atas nama media massa pers itu sendiri. Secara berkala tiap redaktur mengundang warga dan nara sumber yang berkompeten, untuk berbincang ringan tentang persoalan-persolan aktual dan penting dimasyarakat dalam kemasan ringan dan bahasa keseharian dari masyarakat.
Berubah, bertahan atau tutup, jawabannya dikembalikan pada seluruh pemangku kepentingan Media massa pers.
Penulis : Agus Budiana, seorang pengabdi pada Suara Utama