Literasi Digital dan Tanggung Jawab Intelektual: Dari Simulakra ke Dunia Nyata

- Penulis

Senin, 30 Juni 2025 - 16:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUARA UTAMA — Ketika saya membuka tayangan Tiktok dan mengkliknya sesuai putaran tontonan yang ada di Tiktok, dalam klikan itu terlihat acara Seminar Literasi Digital dan Tanggung Jawab Intelektual, yang diadakan oleh Universitas Al Azhar Jakarta pada hari Senin tanggal 30 Juni 2025 pukul 14.00 Wib. Dimana saat acara yang sedang berlangsung saya selaku jurnalis menjadi peserta informal untuk mengikuti secara vitual, dengan mengkorfimasi hadir menyimak acara Seminar tersebut yang melibatkan peserta Mahasiswa Universitas Al Azhar dengan salah satu Nara Sumber  yaitu Hasan Nasbi dari Kepala Komunikasi Kepresidenan Republik Indonesia. Dalam kesempatan ini saya tertarik untuk menulis sebuah artikel karena urgensinya yang bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.

Dunia Klik yang Menipu : Ketika Jean Baudrillard berbicara tentang simulakra, ia menyadarkan kita bahwa manusia modern tidak lagi hidup dalam realitas, melainkan dalam representasi realitas. Apa yang kita anggap “nyata” hari ini sering kali adalah hasil konstruksi algoritma, media sosial, dan arus informasi tanpa henti.

Hal ini sangat terasa dalam era digital. Kita tidak sekadar mengonsumsi informasi, tapi terus-menerus diseret ke dalam realitas semu yang menipu. Di sinilah literasi digital dan tanggung jawab intelektual menjadi kunci untuk kembali membumi di dunia nyata.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Literasi Digital dan Tanggung Jawab Intelektual: Dari Simulakra ke Dunia Nyata Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Simulakra dan Dunia Palsu

Jean Baudrillard menyebut simulakra sebagai tiruan dari tiruan, ketika representasi telah menggantikan realitas. Dalam konteks digital, simulakra adalah hoaks, clickbait, framing media yang manipulatif, dan konten viral tanpa dasar faktual.

Neil Postman dalam Amusing Ourselves to Death (1985) telah meramalkan bahwa masyarakat akan terjerat dalam hiburan dan informasi sepele yang tampak penting. “We are a people on the verge of amusing ourselves to death,” tulisnya.

Sementara Noam Chomsky menyatakan bahwa “The smart way to keep people passive and obedient is to strictly limit the spectrum of acceptable opinion.” Di dunia digital, spektrum opini dikontrol oleh algoritma, bukan lagi logika atau kebenaran.

Realitas Indonesia: Banyak Akses, Minim Literasi

Menurut laporan Digital 2024 Indonesia oleh We Are Social dan Meltwater:

  • Pengguna internet Indonesia mencapai 185,3 juta (66,5% dari populasi).
  • Rata-rata waktu penggunaan media sosial: 3 jam 6 menit per hari.
  • Namun, menurut Survei Nasional Literasi Digital Kominfo 2023, indeks literasi digital Indonesia hanya 3,65 dari skala 5 (kategori sedang), dengan skor terendah pada aspek etika digital.

Artinya, masyarakat Indonesia melek akses, tapi belum melek makna. Banyak yang menyebarkan informasi tanpa verifikasi. Bahkan, kaum terdidik pun bisa terperangkap dalam narasi kebencian, teori konspirasi, atau polarisasi politik berbasis emosi.

BACA JUGA :  Pemprov Sumbar Dorong Kendaraan Perusahaan Gunakan Plat BA Tambahan PAD Diproyeksikan Capai Ratusan Miliar Rupiah per Tahun

Literasi Digital: Jalan Pulang dari Dunia Maya

Literasi digital bukan sekadar tahu cara menggunakan internet, tapi lebih dalam:

  • Mampu menganalisis konten secara kritis,
  • Memverifikasi sumber dan otoritas informasi,
  • Memahami bias media dan algoritma,
  • Bertindak etis dan bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi.

Henry Jenkins, pakar media dan budaya digital, menekankan pentingnya “participatory culture with civic responsibility”—budaya digital partisipatif yang tetap berpijak pada tanggung jawab sosial.

Tanggung Jawab Intelektual: Netral Tidak Cukup

Intelektual bukan sekadar pengamat. Di tengah krisis informasi, diam adalah kelalaian etis. Peran mereka tak lagi bisa netral. Intelektual harus:

  • Menjadi penjernih makna, bukan penyebar kabut,
  • Meluruskan narasi yang menyimpang,
  • Menjadi evidence-based communicator,
  • Dan yang terpenting: berpihak pada akal sehat, fakta, dan kemanusiaan.

Noam Chomsky pernah mengingatkan, “It is the responsibility of intellectuals to speak the truth and to expose lies.”

Menemukan Jalan Kembali ke Dunia Nyata

Dunia nyata bisa diselamatkan dari simulasi digital jika kita:

  • Memperkuat pendidikan literasi digital di semua jenjang,
  • Membangun komunitas kritis di ruang digital,
  • Mendorong media dan platform untuk berorientasi pada kebenaran, bukan sekadar keterlibatan (engagement),
  • Dan terakhir, membangun budaya berpikir yang tidak mudah puas hanya karena sesuatu viral atau trending.

Penutup: Dari Dunia Simulasi ke Dunia Berpikir

Dalam dunia yang dibanjiri informasi tapi kekurangan kebijaksanaan, tanggung jawab intelektual dan literasi digital adalah fondasi penting untuk menyelamatkan kewarasan publik. Kita harus melatih diri untuk berpikir jernih, memilah informasi, dan berani bersikap.

Karena dalam setiap klik, tersimpan pilihan: ikut menambah ilusi, atau membangun kesadaran. Dan sebagaimana peringatan Postman, jika kita tidak hati-hati, kita bukan hanya kehilangan kebenaran, tapi tertawa sambil menuju kehancuran berpikir.

Sumber Berita : • Baudrillard, Jean. Simulacra and Simulation • Postman, Neil. Amusing Ourselves to Death • Chomsky, Noam. Media Control • We Are Social & Meltwater. Digital 2024: Indonesia

Berita Terkait

Hoax, Tegas Kepala BPBD kabupaten Probolinggo Perihal Video Bencana Banjir di Tiris Ribuan Rumah dan Jembatan Hancur
Solidaritas Peduli Jila Gelar Aksi Damai di DPRK Mimika
Sumitro Djojohadikusumo: Pahlawan Nasional yang Terlambat Diakui Negara
Kiat Sukses Akreditasi Unggul: Langkah Strategis Menghadapi BAN-PT dan LAM-PT
PT Arion Indonesia Uji Materi Pasal 78 UU Pengadilan Pajak ke MK
Paguyuban Sekcam Serahkan Bantuan Untuk Warga Terdampak Bencana Alam Wilayah Tiris 
Pembangunan Fisik KDMP Terkesan Tidak Transparan di wilayah kecamatan Banyuanyar, Pakopak Geram
Gelar Reses, Petrus Goo Siap Perjuangkan Aspirasi Demi Kesejahteraan Masyarakat
Berita ini 58 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 17 Desember 2025 - 18:58 WIB

Hoax, Tegas Kepala BPBD kabupaten Probolinggo Perihal Video Bencana Banjir di Tiris Ribuan Rumah dan Jembatan Hancur

Rabu, 17 Desember 2025 - 18:17 WIB

Solidaritas Peduli Jila Gelar Aksi Damai di DPRK Mimika

Rabu, 17 Desember 2025 - 12:45 WIB

Sumitro Djojohadikusumo: Pahlawan Nasional yang Terlambat Diakui Negara

Rabu, 17 Desember 2025 - 10:28 WIB

Kiat Sukses Akreditasi Unggul: Langkah Strategis Menghadapi BAN-PT dan LAM-PT

Rabu, 17 Desember 2025 - 08:58 WIB

PT Arion Indonesia Uji Materi Pasal 78 UU Pengadilan Pajak ke MK

Selasa, 16 Desember 2025 - 19:29 WIB

Pembangunan Fisik KDMP Terkesan Tidak Transparan di wilayah kecamatan Banyuanyar, Pakopak Geram

Senin, 15 Desember 2025 - 22:05 WIB

Gelar Reses, Petrus Goo Siap Perjuangkan Aspirasi Demi Kesejahteraan Masyarakat

Senin, 15 Desember 2025 - 14:04 WIB

Negara Hadir: Bupati Subang Jenguk Dua Warga Penderita Tumor di Ciasem, Biaya Medis Ditanggung Pemda

Berita Terbaru

Berita Utama

Solidaritas Peduli Jila Gelar Aksi Damai di DPRK Mimika

Rabu, 17 Des 2025 - 18:17 WIB

Komisaris PT Arion Indonesia, Rinto Setiyawan, A.Md., S.H., CTP (kiri), mengikuti sidang pendahuluan pengujian materiil Pasal 78 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak secara daring di Mahkamah Konstitusi

Berita Utama

PT Arion Indonesia Uji Materi Pasal 78 UU Pengadilan Pajak ke MK

Rabu, 17 Des 2025 - 08:58 WIB