SUARA UTAMA – Dalam siklus kehidupan dunia, setiap masyarakat akan mencari dan memanfaakan sesuatu yang ada dan yang berkembang dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas, sesuatu system pernah ada dan digunakan dan selanjutnya ditiru dengan berbagai faktor yang mengikatnya dan selanjutnya dikembangkan oleh Sebagian masyarakat atau seluruh masyarakat yang lebih luas.
Bilamana kita mengamati dan menelaah saat ini, Dunia modern menghadapi krisis multidimensi: kesenjangan ekonomi global, degradasi lingkungan, krisis moral, dan ketidakpastian geopolitik (Stiglitz, 2002; Oxfam International, 2024). Kapitalisme, yang selama ratusan tahun menjadi motor penggerak ekonomi dunia, kini menghadapi kritik tajam atas eksesnya (Piketty, 2014). Di sisi lain, gagasan Khilafah muncul kembali dalam diskursus politik Islam, memantik perdebatan global mengenai kemungkinan menjadi alternatif sistem peradaban (Hodgson, 1974; Lapidus, 2014). Pertanyaannya: apakah masa depan akan tetap berada di bawah dominasi kapitalisme, ataukah Khilafah bisa menjadi sistem tandingan yang layak?
- Kapitalisme: Dinamika, Kejayaan, dan Tantanga Kapitalisme modern lahir dari Eropa pasca-Renaissance dan Revolusi Industri abad ke-18 (Weber, 2001). Sistem ini menekankan kepemilikan pribadi, pasar bebas, dan akumulasi modal.
Masa Kejayaan Kapitalisme:
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
- Revolusi Industri (abad ke-18–19): Inggris, lalu Eropa Barat dan Amerika Serikat, menjadi pusat inovasi dengan lahirnya mesin uap, kereta api, dan industri tekstil (Stiglitz, 2002).
- Abad ke-20 (Pascaperang Dunia II): AS muncul sebagai superpower ekonomi dengan sistem kapitalis yang membawa pertumbuhan besar (Golden Age of Capitalism) (Piketty, 2014).
- Era Globalisasi (1990-an–sekarang): Kapitalisme mengintegra sikan dunia melalui perdagangan bebas, WTO, dan revolusi digital (Stiglitz, 2002).
Tantangan Kapitalisme :
Kejayaan ini juga menimbulkan kolonialisme, eksploitasi buruh, dan kesenjangan global. Kini, kapitalisme menghadapi krisis iklim, monopoli korporasi raksasa, dan ketidaksetaraan antarbangsa (Oxfam International, 2024; World Bank, 2022).
- Khilafah: Idealisme, Kejayaan, dan Realitas Khilafah, sebagai Muhammad SAW (632 M) dan berlangsung dalam berbagai bentuk dinasti hingga 1924 (runtuhnya Khilafah Utsmaniyah) (Hodgson, 1974; Lapidus, 2014).
Masa Kejayaan Khilafah:
- Khilafah Abbasiyah (750–1258 M): Baghdad menjadi pusat peradaban dunia, lahir Bayt al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan), tempat ulama Muslim menerjemahkan karya Yunani, Persia, dan India (Hodgson, 1974). Tokoh seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, dan Al-Farabi menjadi ikon sains dunia.
- Khilafah Andalusia (711–1492 M): Cordoba, Sevilla, dan Granada menjadi simbol kemajuan sains, seni, dan arsitektur, serta toleransi antaragama (Lapidus, 2014).
- Khilafah Utsmaniyah (1299–1924): Menguasai wilayah luas dari Eropa Timur hingga Afrika Utara, pusatnya di Istanbul menjadi mercusuar peradaban terakhir (Lewis, 1995).
Tantangan Khilafah : Seiring waktu, Khilafah mengalami kemunduran karena korupsi birokrasi, perpecahan internal, dan tekanan kolonialisme Barat. Pada 1924, Mustafa Kemal Atatürk resmi menghapus Khilafah di Turki, menandai berakhirnya sistem tersebut secara institusional (Hodgson, 1974).
Pengaruh Khilafah terhadap Perkembangan Kapitalisme Meskipun kapitalisme modern berkembang di Eropa, praktik ekonomi dalam Khilafah memberikan fondasi penting bagi sistem pasar bebas dan perdagangan global. Beberapa pengaruh signifikan antara lain:
- Jaringan Perdagangan Internasional: Khilafah Abbasiyah dan Utsmaniyah membangun jaringan perdagangan lintas benua yang efisien (Hodgson, 1974; Lapidus, 2014), memperkenalkan mata uang standar, kontrak perdagangan, dan sistem pengiriman barang yang canggih.
- Pengembangan Sistem Kredit dan Perbankan Awal: Sistem sakk memungkinkan transaksi jarak jauh tanpa memindahkan emas atau perak secara fisik (Kuran, 2003), menjadi cikal bakal perbankan modern di Eropa.
- Kebebasan Ekonomi dan Inovasi Pasar: Perdagangan dan usaha pribadi diizinkan selama mematuhi hukum syariah dan hisbah, menciptakan lingkungan pasar stabil dan inovatif (Hallaq, 2013).
- Prinsip Keadilan dan Redistribusi Kekayaan: Zakat dan sistem redistribusi mengurangi kesenjangan sosial, memberi dasar moral bagi mekanisme redistribusi dalam kapitalisme modern (Lapidus, 2014; Nabhani, 2002).
- Transfer Pengetahuan ke Eropa: Manuskrip ilmiah diterjemahkan ke Latin, memberi pondasi intelektual bagi kapitalisme Eropa (Hodgson, 1974; Armstrong, 2002).
Dengan demikian, Khilafah berperan sebagai salah satu cikal bakal praktik ekonomi dan moral yang mempengaruhi kapitalisme modern (Kuran, 2003; Hodgson, 1974).
Perspektif Akademisi dan Pakar
- Ekonomi Politik: Stiglitz (2002) menilai kapitalisme perlu koreksi mendalam agar tidak semakin timpang.
- Pemikir Islam: Nabhani (2002) melihat Khilafah sebagai sistem alternatif yang menjanjikan keadilan universal.
- Sejarah & Politik Global: Armstrong (2002) dan Hodgson (1974) menekankan bahwa Khilafah harus dipahami dalam konteks sejarah dan nilai moral, bukan sekadar proyek kekuasaan.
Perspektif Historis dan Perbandingan
- Aspek Kejayaan Khilafah
– Ilmu Pengetahuan:Bayt al-Hikmah,Andalusia,inovasi sains&filsafat(Hodgson,1974)
– Ekonomi : Sistem zakat, hisbah, perdagangan lintas benua (Lapidus, 2014)
– Politik : sebagai simbol kesatuan umat (Hodgson, 1974)
– Tantangan Kejayaan Khilafah: Fragmentasi politik,kolonialisme, stagnasi sains (Hodgson, 1974)2.
2. Aspek Kejayaan Kapitalisme
– Ilmu Pengetahuan : Revolusi Industri, revolusi digital (Stiglitz, 2002)
– Ekonomi : Pasar bebas, perdagangan global, kapital industri (Piketty, 2014)
– Politik : Negara-bangsa modern, demokrasi liberal, lembaga internasional (Acemoglu & Robinson, 2012)
– Tantangan Kejayaan Kapitalisme : Kesenjangan ekonomi, krisis lingkungan, monopoli kapital (Oxfam International, 2024)
3. Prospek Masa Depan
- Kapitalisme Adaptif: Reformasi pasar dan redistribusi kekayaan dapat mempertahankan dominasi kapitalisme (Stiglitz, 2002; Piketty, 2014).
- Khilafah sebagai Kritik Sistemik: Khilafah tetap relevan sebagai inspirasi model keadilan sosial dan moralitas politik (Nabhani, 2002; Armstrong, 2002).
- Skenario Hybrid: Masa depan mungkin menggabungkan nilai kapitalisme dengan prinsip moral dan keadilan sosial Khilafah (Acemoglu & Robinson, 2012).
Kesimpulan : Kapitalisme dan Khilafah mewakili dua jalan peradaban: yang satu berbasis pasar dan teknologi, yang lain berbasis hukum ilahi dan keadilan sosial. Masa depan dunia kemungkinan ditentukan oleh kemampuan manusia mengintegrasikan nilai-nilai terbaik dari kedua sistem. Sintesis ini memungkinkan pembangunan sistem global yang manusiawi, berkeadilan, dan berkelanjutan (Stiglitz, 2002; Hodgson, 1974; Nabhani, 2002).
Sumber Berita : Referensi Pustaka : • Tempo. (2023, July). Kapitalisme digital: Ketimpangan baru di era big tech. Majalah Tempo. https://www.tempo.co • Kompas. (2024, February 15). Diskursus khilafah di Indonesia: Antara ideologi dan realitas politik. Harian Kompas. https://www.kompas.com • BBC News. (2022, October 12). Why capitalism is facing its greatest test. BBC News. https://www.bbc.com/news/business-63123456 • Al Jazeera. (2023, August 21). Islamic governance and the debate on the caliphate. Al Jazeera English. https://www.aljazeera.com/news/2023/8/21/islamic-governance-caliphate-debate • The Economist. (2023, December). The future of capitalism: Reform or revolution? The Economist. https://www.economist.com














