Padang, 27/09/2025 —
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam situasi bangsa yang menghadapi tantangan pemberantasan korupsi, gerakan moral “Jiwa-Jiwa Pemenang” muncul sebagai simbol perlawanan terhadap praktik korupsi yang merajalela dan tekanan terhadap kebebasan pers.
1. Korupsi MBG: Dari Janji Gemilang ke Bayang-bayang Skandal
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) digadang-gadang sebagai program strategis pemerintah untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak di Indonesia. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan celah besar dalam pengelolaan—termasuk dugaan dapur fiktif, distribusi yang tidak sesuai, dan potensi penyalahgunaan anggaran.
Peneliti menyebut bahwa MBG “dikepung risiko korupsi sistemik” akibat lemahnya tata kelola, konflik kepentingan, dan sistem pengadaan yang tidak akuntabel.
Belum lama ini, Presiden dikabarkan memanggil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menindaklanjuti persoalan keracunan massal dan dugaan maladministrasi dalam pelaksanaan MBG.
Meskipun Kepala BGN menyatakan bahwa “tidak mungkin ada korupsi” karena sistem pembayaran melalui virtual account dan mekanisme persetujuan ganda, klaim tersebut dipertanyakan oleh publik mengingat masih munculnya banyak kasus kegagalan implementasi dan indikasi manipulasi data.
2. Jurnalis sebagai Korban, Bukan Sekadar Pengamat
Dalam narasi pemberantasan korupsi, jurnalis idealnya menjadi pengawas sosial yang mempublikasikan fakta, mengungkap penyalahgunaan, dan mendorong akuntabilitas. Namun seringkali jurnalis sendiri menjadi sasaran intimidasi, ancaman, atau tekanan dari pihak-pihak yang tak ingin skandal mereka terbongkar.
Kasus-kasus kekerasan terhadap wartawan, ancaman hukum, pencemaran nama baik, atau pemblokiran akses informasi menjadi alat bagi “koruptor” untuk menutup mulut pengungkap. Media massa yang berperan kritis dalam menyoroti kasus korupsi pun menghadapi tekanan struktural—baik dari sumber kekuasaan lokal, politik, hingga tergantung pada iklan negara.
Dalam konteks MBG, apabila dugaan penyalahgunaan anggaran atau pengelolaan tidak transparan benar adanya, jurnalis yang menyelidiki proyek tersebut sangat rentan mendapat tekanan—baik langsung maupun melalui jalur hukum.
3. Seruan Jiwa Pemenang: Kebersamaan dan Integritas
Gerakan “Jiwa-Jiwa Pemenang” hadir sebagai panggilan moral bahwa setiap individu bisa menjadi bagian dari perubahan:
Jiwa pemenang adalah mereka yang memilih kejujuran di tengah godaan korupsi.
Jiwa pemenang adalah mereka yang membela hak rakyat atas transparansi dan keadilan.
Jiwa pemenang adalah mereka yang melindungi kebebasan pers dan keberanian jurnalis sebagai pilar demokrasi.
Tidak cukup hanya berteriak di ranah simbolik—diperlukan tindakan nyata: pengawasan publik yang kuat, dukungan hukum untuk jurnalis, sistem pelaporan yang aman, dan reforma institusional agar skema seperti MBG tidak diperlakukan sebagai celah untuk korupsi.
4. Ajakan kepada Seluruh Komunitas Media & Publik
Rilisan ini mengajak:
1. Pemerintah pusat dan daerah agar segera mengaudit dan memperketat mekanisme pengelolaan MBG dengan melibatkan pihak independen.
2. Penegak hukum dan lembaga antikorupsi untuk menindak tegas segala dugaan penyalahgunaan dan memastikan bahwa saksi serta jurnalis penyelidik terlindungi.
3. Komunitas media, jurnalis, dan masyarakat sipil untuk bergandeng tangan menjaga kebebasan pers dan melanjutkan investigasi kritis terhadap program yang berdampak luas.
4. Masyarakat umum agar aktif memantau pelaksanaan MBG di wilayahnya, melaporkan penyimpangan, dan menolak skema korupsi yang merugikan generasi mendatang.
“Jiwa-jiwa pemenang adalah mereka yang berdiri kokoh menolak korupsi dan melindungi suara kebenaran.”
Penulis : Ziqro fernando
Editor : Ziqro fernando














