SUARA UTAMA. Langkah kaki terlihat berjalan pelan dan pincang ditopang dengan sebuah tongkat tiap langkahnya, tangan kirinya memegang sejumlah 30 balon melambai kiri-kanan ditiup angin, menyusuri putaran jalan baru kota Bogor, tepatnya dibawah fly over dan diatas underpass. Disebelah kanannya hilir mudik kendaraan roda dua dan empat dengan laju cepat seolah ingin saling mendahului, seorang laki-laki paruh baya penjual balon terlihat menahan rasa sakit atas langkah kakinya, tiba-tiba duduk diatas trotoar. Selasa 15/10/2024.
Suara utama mendekati dan meminta ijin sementara untuk berbincang sebelum suara utama mendekati langsung diberi penjelasan, maaf pak saya duduk dulu sementara sebentar menahan rasa sakit sebelum lanjut jalan, sambil memegang kakinya. Namanya Anam kelahiran tahun 1964, usia 60 tahun asal daerah Karawang Jawa barat tinggal di bogor dari tahun 1990, sudah 34 tahun tinggal di kota Bogor. Lebih lanjut dikatakannya, di Bogor saya tinggal berdua dengan anak laki-lakinya yang masih bujang, Semua anaknya berjumlah 7 orang, 6 orang tinggal di Karawang, saya sudah berpisah dengan istri saya orang Cigudeg. Sebelum menjual balon saya bekerja sebagai kuli pasir didaerah Cilebut dekat tempat tinggal saya, anak saya yang laki-laki inipun sama kerjanya dengan saya sebagai kuli pasir.
Kaki saya kena penyakit rematik kalau jalan terasa sakit, sudah periksa dokter tiga kali tidak sembuh-sembuh. Semenjak kaki saya sakit saya berhenti sebagai kuli pasir. Saya bingung harus bagaimana tuntutan hidup terus berjalan, beginilah kalau jadi orang susah pak, terlihat nafasnya berat terasa seperti menahan sesuatu. Untuk hidup makan bareng anak setiap hari saya malu. Tahun 2022 saya berkenalan dengan orang yang menjual balon, untuk dipertemukan dengan pemilik balon. Disepakati untuk jualan balon, sehari diberi stok balon tiga puluh dijajakan untuk di jual dijalan. Harga per balonnya Rp. 15.000.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selama dua tahun terakhir ini saya keliling jualan balon, sukanya jualan apabila laku saya dapat uang dari pemilik balon, dari 30 balon yang dibawa kadang laku 10 balon. Tapi kadang tidak tentu juga 10 balon, sisanya dikembalikan pada yang punya, uangnya cukup buat makan. Dukanya apabila cuaca hujan, balon tidak ada yang laku, saya bawa pulang dan dikembalikan lagi pada yang punya. Terlihat air matanya menetes, “harapan saya kalau ada uang cukup ingin pulang kampung buka warung usaha kecil-kecilan pak,” pungkasnya. Semoga ada yang membaca berita ini ya pak Anam.
Penulis : Agus Budiana
Editor : Redaksi Suara Utama
Sumber Berita : Anam Penjual Balon