SUARA UTAMA. “Saya mencoba menjadi seorang pribadi yang baik, menjadi sesuatu yang bernilai bagi masyarakat”. Kutipan pernyataan ini pasti akan kita temui dimanapun kita berada ketika kita berdiskusi, berbicara maupun pada saat mewawancarai seseorang mulai dari masyarakat biasa, figur, tokoh ataupun seorang pejabat publik. Apakah kita mengetahui apa yang menjadi pernyataan seseorang tentang dirinya? Apakah kita menerima dan menjadikan rujukan atas perilakunya? Secara kemasan di permukaan secara umum setiap orang akan menerimanya tanpa ada sedikitpun protes sebagai keraguannya.
Hiruk pikuk kehidupan manusia yang penuh dengan dinamika dalam proses interaksi komunikasi menjadikan kehidupan manusia senantiasa hidup dan dinamis. Komunikasi memegang peranan penting dalam hubungan yang dilakukan manusia, dasarnya karena adanya saling kebutuhan yang saling mengisi, melengkapi bahkan saling berlawanan sekalipun. Mengingat manusia adalah mahluk unik yang senantiasa berubah hanya dalam hitungan detik dan tidak bisa ditebak.
Semua yang dilakukan manusia dalam kehidupan sosial karena ada status yang melekat yang dilakukan melalui peran yang dimainkannya. Pada dasarnya setiap manusia memainkan peran-peran dalam rangka menciptakan kesan dan memelihara keberadaannya dilingkungan sosial. Sudah menjadi kodrat atau karena setiap manusia mempunyai orientasinya masing-masing, sehingga pada prosesnya banyak peran-peran yang dilakukan manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Peran-peran yang dimainkan oleh manusia ini merupakan suatu tuntutan, karena secara formalitas ada peran yang diberikan oleh suatu lembaga terhadap seseorang, ada juga peran yang merupakan hasil konsesus masyarakat setempat. Misal jabatan seorang presiden didapat karena merupakan pemberian legalitas formal dari negara atas dasar hasil proses pemilihan suara rakyat, Menteri, gubernur sampai pada tingkat yang paling bawah RT, begitu pula dalam Lembaga swasta mulai dari jabatan direktur sampai dengan office boy (OB). Sedangkan peran hasil konsesus masyarakat diantaranya tokoh pemuda, tokoh masyarakat karena jasa-jasanya yang mampu memberikan perubahan secara nyata dalam lingkungan masyarakat.
Seorang sosiolog Erving Goffman memperkenalkan teori konsep Dramaturgi, bagaimana dalam kehidupan sosial terutama dalam berinteraksi, manusia memainkan peran dalam dua sisi seperti dalam suatu panggung baik dalam panggung depan maupun panggung belakang. Menurut Goffman dalam Mulyana (2003) bahwa hidup adalah teater, seseorang berperan sebagai aktor utama, masyarakat adalah penontonnya. Ketika individu dihadapkan kepada panggung, ia akan menggunakan simbol-simbol yang relevan untuk memperkuat identitas karakternya. Namun ketika individu tersebut telah habis masa pementasannya, maka di belakang panggung akan terlihat penampilan seutuhnya atau sebenarnya dari individu tersebut.
Tuntutan Peran panggung depan
Ketika kita berada ditengah masyarakat dalam situasi komunikasi tentunya banyak hal yang kita tampilkan, agar kesan yang kita bangun sesuai dengan kenyataan yang dipahami oleh masyarakat apalagi apabila kita mempunyai status tertentu berdasarkan profesi kita yang kita peroleh di tempat bekerja. Seorang guru akan memainkan perannya sebagai mana seorang guru memberikan dan menjelaskan materi Pelajaran dikelas, menjadi seseorang yang selalu menjadi tauladan dimasyarakat dengan nilai-nilai etika, misal dalam penggunaan bahasa yang sopan, mengutamakan tatakrama dalam kehidupan sehari-hari begitu pula dengan profesi-profesi lainnya.
Hal-hal tersebut diatas dilakukan pada saat berada di ruang publik dengan kata lain memainkan peran sesuai dengan status yang melekat pada dirinya. Apabila kita kembali pada inti pemikiran Erving Goffman apa yang kita lakukan di depan umum atau publik, kita berada pada area panggung depan sebagaimana layaknya seorang aktor sedang memainkan perannya diatas panggung dan dilihat oleh penonton. Penontonnya adalah masyarakat.
Pada saat kita berada dipanggung depan, kita akan menampilkan semua potensi yang kita miliki termasuk penggunaan simbol-simbol kita keluarkan semuanya pada saat berkomunikasi, untuk menciptakan dan meneguhkan kesan yang kuat pada masyarakat. Selain itu untuk memberikan penegasan pada masyarakat bahwa kesan yang dibangun sesuai dengan status peran yang kita miliki secara resmi. Adanya norma-norma yang berlaku dimasyarakat yang kita patuhi dan hormati sebagai ruang dimana kita mengekpresikan diri.
Fakta Panggung Belakang yang dimiliki
Dalam panggung belakang inilah, kita memerankan diri kita yang sesungguhnya, dilepas semua atribut-atribut peran formil yang selama ini kita gunakan di panggung depan. dipanggung belakang ini kita berkomunikasi apa adanya sebagai diri kita tanpa ada settingan tambahan apapun. Biasanya di panggung belakang ini kita berkomunikasi dengan orang-orang terdekat kita terutama dengan keluarga, teman dekat, sahabat bahkan besti kita ( istilah anak-anak gen Z ).
Proses komunikasi yang kita sampaikan mau marah, ngedumel, tertawa terbahak-bahak, teriak apa adanya. Tampilan dengan kaos oblong, celana pendek, bahkan sarungan dilakukan tanpa ada sekat-sekat batasan formal seperti halnya dipanggung depan. Termasuk dalam proses evaluasi terhadap peran kita selama dipanggung depan kita sampaikan pada orang-orang terdekat kita untuk mendapat masukan-masukan yang berarti. Dipanggung belakang inilah kita menjalani peran kita yang sesungguhnya.
Peran dramaturgi sebenarnya ada di panggung belakang, walaupun secara formil panggung depan menggambarkan tentang kita berdasarkan fakta-fakta realitas karena latar belakang kita. Namun tidak menutup kemungkinan hal-hal negatif kita lakukan demi untuk sebuah eksistensi diri didalam masyarakat.
Peran Dramaturgi yang Seharusnya
Karena sebuah tuntutan eksistensi, tidak menutup kemungkinan peran dramaturgi yang kita lakukan sedikit banyak kita lakukan tidak secara wajar. Penambahan-penambahan informasi melalui komunikasi mengenai kita terkadang disampaikan, untuk membentuk kesan pada masyarakat dan mengedepankan keunggulan kita. Walaupun faktanya kebalikannya dengan data yang disampaikan.
Apabila hal-hal demikian dilakukan dikhawatirkan akan tumbuh penyakit mental (mental illness), The Canadian Mental Health Association (artikel unit layanan konseling, perundungan dan kekerasan sexual fakultas ekonomi dan Bisnis. Univ Brawijaya diakses 5/1/2025), mental illness adalah penyakit yang mempengaruhi cara seseorang dalam berpikir, merasakan sesuatu, berperilaku atau dalam hal berinteraksi dengan orang lain di keseharian. Selamanya kita akan tertekan dengan tuntuan-tuntutan peran yang seharusnya ada dan wajar, munculnya krisis identitas diri, manipulatif diri, krisis kepercayaan diri.
Apabila Permainan peran dramaturgi kita lakukan secara proporsional, berdasarkan data yang ada yang menjadi latar belakang kita, tentunya konsistensi keseimbangan peran tetap kita jaga dalam proses komunikasi.
Secara mendasar konsep dua panggung yang digagas oleh Erving Goffman dalam komunikasi sosial yang kita jalani sehari-hari ini, kita menjalani dua peran yang berbeda dalam waktu yang sama. Idealnya dua peran yang kita lakukan adalah untuk memahami bagaimana kita berkomunikasi dan memahami dengan orang-orang dilingkungan kita (diluar orang-orang terdekat kita), untuk memahami konsep diri tentang kita di masyarakat. Semuanya dilakukan melalui proses komunikasi dan selalu diakhiri dengan refleksi diri secara terus-menerus selama kita memainkan peran di masyarakat.
Penulis : Agus Budiana