SUARA UTAMA – Jakarta, 3 Oktober 2025 – Pasar aset digital kembali bergejolak. Bitcoin (BTC), mata uang kripto dengan kapitalisasi terbesar di dunia, berhasil menembus level psikologis USD 120 ribu pada perdagangan Jumat (3/10). Kenaikan sekitar 1,21 persen ini menempatkan Bitcoin di posisi tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, sekaligus menjadi pusat perhatian pelaku pasar global.
Lonjakan harga ini terjadi di tengah meningkatnya spekulasi bahwa bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), akan segera memangkas suku bunga acuannya. Data ekonomi AS yang melemah membuat pelaku pasar menilai ruang pelonggaran moneter semakin terbuka. Sentimen tersebut langsung mengalir ke aset berisiko, termasuk saham teknologi dan mata uang kripto.
Dampak Global ke Pasar Kripto
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kondisi makro ekonomi global menjadi faktor dominan. Investor yang sebelumnya was-was terhadap kebijakan moneter ketat mulai beralih ke aset alternatif seperti Bitcoin. Namun, di balik euforia ini, ada faktor yang membuat pasar tetap berhati-hati: jatuh temponya kontrak berjangka senilai lebih dari USD 22,6 miliar dalam waktu dekat, yang bisa memicu volatilitas tajam.
Selain itu, analis teknikal menilai level USD 124 ribu merupakan resistensi kuat. Jika gagal ditembus, tren bullish berpotensi melemah dan membuka peluang koreksi hingga ke kisaran USD 112–115 ribu.
Pandangan Investor Senior: Yulianto Kiswocahyono
Menurut Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP, investor sekaligus trader aktif yang juga dikenal sebagai praktisi hukum dan perpajakan, kondisi saat ini bisa diibaratkan sebagai persimpangan jalan bagi Bitcoin.
“Bitcoin sudah menunjukkan kekuatan luar biasa dengan kembali ke level USD 120 ribu. Tetapi, ini bukan berarti jalannya akan mulus. Jika mampu menembus USD 124 ribu dengan volume besar, tren bullish bisa lanjut ke USD 135 bahkan 140 ribu. Namun, kalau gagal, pasar bisa berbalik arah. Koreksi ke level USD 112–115 ribu masih sangat mungkin,” ujar Yulianto kepada Suara Utama, Jumat (3/10).
Yulianto menekankan bahwa investor tidak boleh hanya larut dalam euforia. Menurutnya, disiplin dalam manajemen risiko menjadi kunci utama.
“Pasar kripto selalu penuh kejutan. Investor ritel harus siap dengan strategi cut loss maupun take profit. Jangan hanya ikut-ikutan hype. Ingat, Bitcoin bisa naik cepat, tapi juga bisa turun tajam dalam hitungan jam,” tambahnya.
Implikasi untuk Investor Indonesia
Bagi investor di Indonesia, pergerakan ini juga berdampak signifikan. Harga Bitcoin dalam rupiah kini berada di kisaran Rp 1,92 miliar per BTC (asumsi kurs Rp 16.000/USD). Lonjakan ini membuat minat investor lokal kembali meningkat, terutama generasi muda yang melihat Bitcoin sebagai aset alternatif di tengah ketidakpastian pasar saham domestik.
Namun, Yulianto memberi catatan khusus:
- Diversifikasi tetap penting. Jangan menaruh semua modal hanya di Bitcoin.
- Kesadaran pajak juga perlu diperhatikan. Perdagangan kripto di Indonesia sudah dikenai PPh final dan PPN.
- Psikologi pasar menjadi faktor terbesar. Investor yang panik saat koreksi bisa rugi besar, sementara mereka yang disiplin justru bisa memanfaatkan volatilitas sebagai peluang.
Kesimpulan
Kenaikan Bitcoin ke level USD 120 ribu menjadi momen penting bagi pasar kripto global. Namun, tren ini bukan tanpa risiko. Dengan kontrak derivatif besar yang akan jatuh tempo, resistensi teknikal di USD 124 ribu, dan volatilitas tinggi, investor dituntut untuk berhati-hati.
Sebagaimana disampaikan Yulianto Kiswocahyono, Bitcoin saat ini berada di titik krusial: bisa melanjutkan reli menuju USD 140 ribu, atau justru terkoreksi tajam kembali ke area USD 112 ribu.
Catatan Redaksi: Investor disarankan tetap memperhatikan perkembangan global, termasuk kebijakan The Fed, pergerakan dolar AS, serta regulasi domestik. Bitcoin menjanjikan peluang, tapi hanya bagi mereka yang siap dengan strategi.
Penulis : Odie Priambodo
Editor : Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama














