Selamat Dalam Plagiarisme

- Writer

Kamis, 5 Januari 2023 - 15:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUARA UTAMA – Di saat-saat ajang penantian yudisium dan wisuda, bertepatan amarah menguji kesabaran, gembira dan kecewa nyaris di ambang pintu, dikala lamanya dan belum terlaksananya kegiatan yudisium, ketika kegelisahan bertumbuh dikata kalau angkatan kami tidak bakal ikut wisuda. Tepat pada tanggal 7 November 2022 jam 21:35 tiba-tiba hp saya bergetar, ternyata ada pesan yang masuk di WA, saya membuka kode hp dan membuka WA saya ternyata itu dari Pahlawan, dengan penasaran saya membukanya.

Rupanya, yang dikirim didalamnya berisi sebuah artikel yang ditancapkan pada salah satu jurnal yang bertulis bawah

“Mat malam Keiya. Ini kamu punya skripsi dimuat an orang lain. Ini PLAGIARISM!” chat pahlawan.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Selamat Dalam Plagiarisme Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan perlahan saya membaca pesannya. Ketika pembacaan saya sampai pada kata plagiarism, tentunya saya kaget dan tercengang. Pasalnya dipikiran saya timbul dua kemungkinan yang bergejolak yakni, apakah skripsi yang saya tulis ini sudah ada peneliti sebelumnya yang melakukan penelitian dengan judul yang sama ? Ataukah sebaliknya, mereka yang melakukan plagiat terhadap karya tulis ilmiah (SKRIPSI) saya ? kedua tanda tanya besar ini mengganggu batin saya. Tetapi jangan salah ! tak berselang lama, saya insaf bahwa karya tulis ini benar-benar milik saya, sebab percuma saja selama penelitian dan penulisan skripsi, saya bolak-balik kesana kemari hanya untuk konsultasi dan perbaikan kepada kedua dosen pembimbing saya.

Kemudian saya membaca ulang pesannya dengan yakin bahwa yang disampaikan Pahlawan itu maksudnya mereka yang menucuri karya tulis saya. Jadi, ketika saya membaca pesan dari pahlawan, amarah saya sudah berapi-api sebab saya tau kemungkinan orang lain ambil skripsi saya.

Lalu saya menjawab “Malam juga Bapak, kalau sudah seperti begini, apakah saya lapor ke POLISI atau bagaimana?”

Tidak bertanya lebih kedalam, saya menjawab dengan pertanyaan tekanan/berlebihan, sebab emosional.

Lanjutan chat “Kemarin yang minta saya punya file skripsi hanya Pak “S”.

Lanjut chat kebawanya lagi, “Bapak izin saya akan ribut di kampus !”. Rentetan Pesan ini saya kirimkan ke Pahlawan.

Tak berselang lama setelah saya mengirim pesan-pesan itu ke Pahlawan, tiba-tiba HP saya mengeluarkan bunyi beeb, saya sudah tahu itu tandanya ada pesan yang masuk di WA. Sambil menunggu balasan dari Pahlawan, saya membuka WA yang baru saja masuk ternyata itu dari teman seperjuangan saya. Pesannya berisi Judul skripsi saya, kemudian ada lanjutannya dibawah katanya

“Ini kawan punya judulkah ?”

Langsung saya menjawab “Benar kawan, ada yang plagiat”.

“Demikian saya punya juga”, balasnya.

Emosional amarah berkobar-kobar dalam diri saya, dengan keadaan marah !!!

Saya langsung mengirimkan pesan kepada kawan seperjuangan saya “Besok turun kampus”, tegas saya.

Tanpa menunggu lama kawan saya menjawab sepatah kata “Siap”

Nampaknya teman saya inipun sangat emosi sebab kami memiliki keluhan yang sama, sama-sama dipalagiat karya tulis ilmiah kami (SKRIPSI).

“Kiya” kata penutup dari saya dalam bahasa MEE jika ditranslate di Indonesia “Cukup sekian”.

Sambil bertanya dalam benak, siapakah dalang dalam pemicu masalah ini? Kira-kira berapa menit kemudian teman seperjuangan kembali chat saya, karena tadinya kemungkinan dia lupa untuk menyampaikannya.

Katanya, “Kawan perna kirim sama orang kah?”

Ya, Saya sudah menduga mungkin teman seperjuangan saya juga penasaran mengapa sampai karya tulis ilmiah kami bisa diambil lalu ditancapkan didinding jurnal dari kampus mengatas namakan orang lain (dosen yang tidak pernah hadir memberikan kami materi di kampus).

“Benar sir “S” saja yg saya pernah kirim” saya membalas chat dari teman saya.

Teman saya sudah menduga bahwa orang yang sama lah yang pasti dikirim oleh teman saya, ia pun mejawab

“Sama juga temanku, saya juga perna kirim sama dia”.

Wah, rupanya teman saya pernah mengirimkan draft skripsinya ke orang yang sama, pikir saya.

“Turun di lapangan kawan, besok. Sore” saya chat tegas.

Lalu tanpa berpikiran panjang teman saya menanggapi pendek “Siap kawan”.

Setelah selesai berbincang dengan teman seperjuangan saya, nada beeb kembali mengaum menggetarkan HP, ketika saya membukanya ada pesan di WA oleh pahlawan. Jadi, chattingan antara saya, temanku dan pahlawan berurutan semacam sudah terencana setelah saya dengan teman saya selesai chat lalu pahlawan menyusul mengirimkan pesannya.

Pahlawan menjawab chattingan antara saya dan dia sebelumnya, “Aneh tapi nyata, tiba-tiba langsung penulisnya nama dosen fiktif yang tidak pernah muncul mengajar”.

“Ini murni murni plagiarism!!!! – lanjut Pahlawan.

Tanggapan saya menanggapi chatnya – “Itu sudah bapak, sir. “S” harus tanggung jawab”.

“Siap bapak, kami mohon kalau bapak tidak ada kesibukan bapak juga hadir di kampus sore nanti. “Saya dengan teman seperjuangan saya akan ribut disana”.

Chat saya dilihat langsung dan tampak pahlawan sedang menulis untuk membalas chat saya.

Sambil menanti balasan dengan penuh harap supaya Pahlawan dapat menerima permintaan saya agar dapat hadir di kampus untuk saksikan aksi protes yang kami akan lakukan, namun jawab Pahlawan

“Mohon maaf dengan tidak mengurangi rasa hormat besok saya tidak ada jam ngajar. Klau lusa sampai jumat boleh. Kalian harus protes karena jika tidak kalian punya skripsi yang akan dikira plagiat mereka punya karya. Saya tetap akan mendukung karena praktek seperti ini pembunuhan karakter anak-anak Papua yang mau berkembang”.

Walaupun Pahlawan kami tidak akan hadir kalimat terakhir membuat saya terharu bahkan antusiasme bangkit. Kemudian dengan rasa gembira saya menanggapi pesannya

“Amanai bpk, Doa restu dari bapak akan bersama kami”.

Setelah menjawab sekaligus menanggapi chat pahlawan, saya membuka akun facebook saya, untuk memposting ke sosial media FB. Tanpa saya mengetahui, pahlawan sudah memantau saya di FB juga, sebab kami berteman juga di akun Facebook.

Lalu tiba-tiba Pahlawan chat saya “Ogai, saya mohon jangan share di Medsos seperti FB dulu. Kita nanti bicara di prodi di hadapan dekan dulu. Tapi besok kalian harus protes di kampus. Ini parah!!!”.

Postingan saya sudah terlanjur di post dari 2 menit yang lalu dan baru saja 4 orang berkomentar. Sebelumnya saya sudah menduga tindakan ini salah namun saya terlanjur posting, dan mengakuinya

“Oke bpk siap, Emosi sudah dara naik jadi bapak” membalas chat dari Pahlawan.

Lalu pahlawan menanggapi kembali “Ini sungguh pembunuhan karakter. Parah!!!!”

saya menjawab, “Benar bapak, hal seperti ini sangatlah yg tersadis yg mereka lakukan terhadap Orang Asli Papua kami akan protes di kampus bapak. Terima kasih, selamat malam bpk”.

Chatting kami berakhir jam 23.07 malam. Saya menghapus postingan saya di Facebook.

Kemudian sepanjang malam dari berakhirnya diskusi kami via WA antara Pahlawan, teman seperjuangan, dan saya. Rupanya saya tidak bisa beristirahat dengan tenang, kegelisahan makin menjadi dengan berharap cepat pagi. Saya tidak memejamkan mata hingga pagi, untuk menguras waktu Kira-kira jam 5:30 am, saya mengaktifkan data dan menonton film di YouTube, nampaknya nada pesan berbunyi. Wah saya kaget, siapa yang chat saya subuh begini ? ternyata,… Pesan itu dari Pahlawan. Rupanya Pahlawan juga tidak menerima tindakan yang mereka lakukan terhadap anak didiknya dimulai dari semester 5-7 dan menjadi dosen bimbingan skripsi kami di semester 8-9, lalu katanya

“Syalom Selamat Pagi. Keiya & Ogetai harus minta segera kembalikan naskah dan hapus dari jurnal karena kamu dua punya gelar kesarjanaan bisa tidak diakui karena dikira plagiat hasil karya orang lain. Segera menghadap bapak Dekan, Pa Kaprodi. Usahakan print jurnal yang mereka Publis dan bawa Skripsimu sebagai bukti. Trims”.

Sebuah saran gagasan baik yang di salurkan oleh Pahlawan kepada saya dan teman seperjuangan.

Saya menjawab “Baik bpk, makasih” menutup singkat pesan Pahlawan.

Satu jam berlalu, kira-kira jam 09.58 pagi, Pahlawan mengirimkan sesuatu di WA yakni artikel (karya tulis ilmiah saya) yang di plagiat dan dipublikasikan di jurnal kampus tersebut, dengan di ikuti pesan dibawahnya

“Ogai nanti print ini setelah itu bawa skripsimu lagi untuk protes bapak dekan dan ka prodi. Bilang harus diganti nama penulisnya nama kalian berdua dengan pembimbing. Tks”.

Tidak menjawab panjang lebar saya mengirim pesan “Amanai bapak, terima kasih banyak”.

Dua jam berlalu tepat pada jam 12.00 siang saya mengatur siasat untuk aksi di kampus nanti. Rencana saya pertama, jika ada aktivitas belajar mengajar di kampus sebentar sore saya harus hentikan. Kedua, Ruang kelas harus dikunci, dan untuk pembicaraan dan penyampaian dalam bentuk orasi dan Ketiga pembicaraan harus didepan publik atau didepan adik-adik tingkat dan Dosen lainnya. Rencana ini saya sudah memikirkan matang-matang tinggal mengaplikasikannya di lapangan. Dengan tidak sabar saya menantikan jam berangkat ke kampus untuk bertindak.

Tidak disangka-sangka ada pesan masuk di WA saya dari Pahlawan lagi,-

“Syalom selamat sore. Nanti sore kalian ketemu kaprodi dan bpk dekan. Tuntutannya suruh hapus saja atau tidak ganti penulis kalian masing-masing punya nama dengan pembimbing skripsi saja. Bilang kalau tidak dihapus kami akan lapor polisi etii…karena ini PLAGIAT!!!”.

Rencana saya berubah total ketika pesan itu dikirimkan oleh Pahlawan. Sebab maksud dari Pahlawan adalah, ada cara yang lebih manusiawi untuk penyelesaian sebuah masalah, ada solusi jika kita membicarakan secara kepala dingin. Oleh sebab itu saya memutuskan untuk mengikuti saran dari Pahlawan –

“Iya bapak, rencananya sama seperti yang bapak sampaikan ini”.

Sebelumnya saya memiliki rencana lain, tetapi saya mengikuti saran dari Pahlawan.

Saya melihat jam di HP, jam sudah menunjukkan pukul 2.00 sore. Saya bergegas bersiap, seperti kebiasaan saya, bersiap hanya mengenakan baju leher bulat, celana panjang kain, kaki kosong (tanpa sepatu), kemudian saya menelpon teman seperjuanganku sesaat sebelum berangkat.

Tentu dia mengangkat telponnya dan berkata, “iya kawan bagaimana ?”

Saya bilang “jangan lupa memakai almamater”

kemudian teman seperjuangan saya menjawab “baik kawan”.

Kataku, “Saya sedang mulai start dari rumah kekampus saat ini” saya tambahkan.

“baik, saya juga sedang bersiap-siap” kata teman saya.

“Baik sampai ketemu di kampus”, saya berkata sambil menutup panggilan.

Setelah selesai berbicara dengan teman saya melalui panggilan suara, saya mulai menyalakan motor, lalu memainkan gasnya perlahan motor berjalan, sambil mengeluarkan asap yang tidak sedap. Dengan santai saya memainkan gas motornya. Setibanya di depan kampus, saya tidak langsung masuk ke dalam area kampus namun saya memarkirkan motor saya di depan pinggir jalan. Kemudian saya menggenggam HP untuk menelpon teman saya, dari depan kampus untuk menanyakan posisinya sedang berada dimana. Saya memulai panggilan kemudian dia menjawab

“hallo kawan bagaimana” dia bertanya.

Saya langsung menjawab “saya sudah di depan kampus kawan”.

Katanya “saya menuju kesitu kawan”.

Lalu saya menjawab “baik saya menunggu didepan kampus” menutup telpon saya.

Beberapa menit saya menunggu di depan pintu gerbang masuk kampus, nampaknya dari kejauhan 4 atau 5 meter ada dua orang dengan senyuman agak melebar salah satunya mengendarai motor Jupiter Z berwarnah merah berhenti di depan saya. Sambil tersenyum kami salam-salaman yang satunya bertanya tanya mengenai apa yang terjadi mengenai artikel itu, sambil memberi saran untuk aksi di area kampus. kedua orang yang tadi itu adalah kakak beradik, yang kakaknya ini duduk di bangku studi Perguruan tinggi di kampus itu di Fakultas dan Program studi yang sama dengan saya. Jadi, dia adik tingkat dari saya. Kemudian adiknya itu masih di bangku studi SMA dia datang kekampus untuk mengantarkan kakaknya, setelah itu dia pulang kerumahnya.

BACA JUGA :  Disdik Tanggamus adakan Sosialisasi dan Pengimbasan Penguatan Literasi dan Numerasi

Sekarang, pertanyaannya adalah bagaimana adik tingkat yang satu ini bisa mengetahui mengenai permasalahan, plagiarisme dan artikel ini ? Sehingga dia bertanya dan bahkan memberi saya masuk-masukan untuk aksi di halaman kampus.

Mohon maaf saya tidak menceritakan sebelum-sebelumnya. Jadi adik tingkat ini saya menyebutnya “adik kesayangan”.

Ceritanya, saya sempat memposting di status WA bahwa karya tulis ilmiah saya di plagiat oleh orang atau dosen tak dikenal. Lalu adik kesayangan ini melihat status di WA yang sempat saya posting. Tanpa bertanya lebih jauh kelihatannya adik kesayangan ini sudah membuka artikel tersebut berkemungkinan dia sudah membacanya, –

“L P” itu siapa, dosen di Kampus kah?”, Dia bertanya kepada saya menanggapi status di WA.

Kemudian dilanjutkan dengan berupa usulan “Ndemii adili orang itu, Lapor LBH”.

Kemudian, dengan santainya saya menjawab pertanyaan dari adik kesayangan, “Kurang tau, kelihatannya dosen itu”.

Lalu menanggapi usulan dari adik kesayangan saya menjawab, “Siap, jika besok kami protes lalu tidak ada jawaban kami akan laporkan hal ini”.

Ternyata adik kesayangan saya ini sejalan dengan kakak-kakaknya, dia tidak mengenal rasa takut dan mendukung kakak-kakaknya.

Adik kesayangannya saya bertanya “Protes pagi kah sore ?”.

Lanjutnya, “Langsung bawa megaphone mimbar bebas ndemii”.

Saya menjawab pertanyaannya “Sayang nanti sore jam kuliah, kami akan tutup semua kelas Fakultas Saya dengan teman saya”.

Adik kesayangannya saya menjawab pendek “Bahaya”

karna dia terbawa emosional juga. Setelah itu saya mengirimkan pesan sebagai balasan dari jawaban pendek dari adik kesayangan

“Mereka akan tanggung jawab syg”.

Kemudian tanggapannya “Harus syg kita harus protes, hadirkan media ndemii datang liput. Media lokal Papua” tanggapan berupa usulan.

“Siap sayang Mudah-mudahan media lokal mereka akan hadir” jawab saya.

“Amin”

Menutup chattingan kami adik kesayangannya saya mengaminkannya. Kami chat chatan pada malam hari jam 00:39,- keesokan harinya seperti yang saya ceritakan diatas.

Lanjutan dari sebelumnya setelah adiknya “adik kesayangan” saya ini mengantarkan kakaknya. Sembari menikmati motor mobil berlalu-lalang kami duduk bersama didepan kampus sambil menunggu teman seperjuangan saya tiba. Sebab, katanya dia masih dalam perjalanan ke kampus. Sambil tukar pikiran bersama adik kesayangan, beberapa menit berlalu teman saya muncul dari arah kanan dengan mengendarai motornya yang berjenis Mio (beat) berwarna merah-hitam, dia menghentikan motornya didepan kami.

Sambil teman saya menghembuskan nafas, kami bersalaman sejenak, lalu masuk ke halaman kampus. Kami pantau di sekitar halaman fakultas dengan harap penuh Kaprodi dan Dekan berada dilingkungan kampus, nampaknya dari arah depan nampak jelas muka dari pak dekan. Pak Dekan sudah ada dan kurang Kaprodi saja.

Dengan lantang saya menyampaikan kepada Dekan “Bapak kami disini bersamasalah, jadi kita harus selesaikan segera”.

“Iya, bapak sudah tahu, jadi kita tunggu Kaprodi datang” kata dekan.

Setelah dekan berkata demikian menjalang 10-20 menit berlalu, Kaprodi masih belum juga nongol.

Oleh sebab itu saya menelponnya, syukur diapun mengangkat panggilan saya.

“selamat sore bapak”

dia menjawab “iya selamat sore menyebutkan nama saya”

langsung dia mengatakan “Yudisium hari Jumat 2 hari lagi jadi Siap-siap”

Ah, kita belum bicara panjang lebar, saya belum menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan, seharusnya dia bertanya bagaimana, kenapa kamu telpon? Ada apa ? ini kok kaprodi putar arah lain dan berkata begitu ?.

Pikir saya, “wah ini nampaknya dia mau menyembunyikan kesalahan nya”.

Dengan tegas saya mengatakan, “saya tidak peduli dengan Yudisium, tetapi sekarang juga bapak datang kekampus ada masalah yang perlu kita selesaikan”.

Langsung dia bilang “iya, nak saya sedang menuju kesitu, bpk ada siap-siap”.

Setelah 30 menit berlalu, orang yang sedang kami tunggu-tunggu muncul juga menggunakan mobilnya, yang berwarna hitam. Kemudian, mobilnya di parkir di tempat biasa dia parkir, kaprodi berjalan 2 atau 3 cm dari tempat parkir hingga ke depan pintu masuk kantor Fakultas, Saya dengan teman saya dipanggil untuk masuk ke ruangan dekan untuk membicarakan permasalahan itu. Awalnya sempat saya tolak jika kami bicara dari dalam ruangan, namun saya kembali teringat usulan dari Pahlawan. Jadi, saya dan teman seperjuangan saya masuk keruangan Dekan.

Fakta, dari sekian banyaknya mahasiswa termasuk BEM yang ada di kampus khususnya di fakultas kami tak satu orangpun yang berani menemani kami ataupun bersuara selama aksi protes kami berlangsung. Entah para BEM fakultas ini tidak memahami tupoksinya atau tidak tahu sama sekali apa peran BEM, namun mancalonkan diri supaya disebut BEM fakultas, saya tidak mengerti prsedur dan mekanisme yang berjalan dikampus tersebut dan fakultas tersebut. Namun hanya adik kesayangan saya inilah yang setia menemani kami kakak-kakaknya hingga selesai, bahkan sampai dia sudah bernekat merecord berbentuk video hasil pembicaraan kami sebagai bukti. Kami protes secara kepala dingin, sesuai anjuran dari Pahlawan yang dia usulkan sebelumnya.

Jadi, singkat ceritanya kaprodi dan dekan meminta maaf kepada kami atas ketidak wajaran yang mereka lakukan dalam bahasa kasarnya “plagiarisme” yang telah dilakukan oleh pihak fakultas terhadap hasil karya tulis ilmiah dari saya dan teman seperjuangan saya. Kemudian, mereka menyampaikan alasan mengapa melakukan hal itu yakni “untuk menyelamatkan Fakultas” lalu terakhir kami di berikan kesempatan untuk memutuskan apakah artikel di jurnal kampus dihapus dengan konsekuensi Yudisium dan Wisuda ikut tahun depan. Saya dengan teman saya termenung sejenak lalu mengambil keputusan dengan berkata “Baik, kami relah berkorban demi Teman-teman kami agar di yudisium dan Wisuda dan kami relah berkorban demi adik-adik tingkat bahkan keselamatan Fakultas” jadi, kami mengatakan kami tidak bisa mengambil keputusan sendiri Dosen Pembimbing 1 dan 2 juga wajib hadir, untuk mengambil keputusan sama-sama. Kemudian kami akhiri pembicaraan itu untuk melanjutkannya besok.

Saya, teman seperjuangan dan adik kesayangan kami berpisah, sebab hari sudah semakin gelap.
Kemudian dengan agak legah saya tiba dirumah. Setibanya dirumah saya membuka almamater yang saya kenakan tadi, lalu menceritakan kepada keluarga yang ada dirumah. Setelah selesai berbicara dengan mereka, saya kembali melihat jam di layar HP, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 22:18 malam. Wah, nampaknya inilah saatnya saya harus memberitahukan juga kepada Pahlawan mengenai pembicaraan serta hasil protes kami terhadap Dekan dan Kaprodi.

Saya chat ke Pahlawan “Bpk tadi kami sudah bicara, sesuai rencana. Dan mereka meminta maaf kepada kami, Dekan dan Prodi mengatakan kami lakukan ini untuk kebaikan Fakultas dan kedua Program studi. Poinnya dari pembicaraan kami tadi adalah, SKRIPSI kami menjadi jembatan penyelamat Fakultas dan Program studi”. Nanti kami akan bicara sama-sama besok sore bapa, Amanai”.

Pahlawan menjawab dalam bahasa MEE “Aweta to akado uwata kampus to tanii wii” yang artinya “sampai jumpa besok jam 4 sore di kampus”.

Saya membalas “Siap bapa, amanai. Koha”.

Pahlawan menjawab dalam bahasa MEE “Enaimo wegai beuga ini wido tiga enaimo mana wegaya witagee” versi indonesianya “sebelum kami bicara dengan kaprodi dan dekan, nanti kami tiga bicara lebih dahulu.

Jawab saya pendek, “Koha”. Enao bapaku, siap”.

Koha artinya, “salam perpisahan” dalam logat Mapia. Dan enao artinya “baik”.

Keesokan harinya tepat jam 3.30 sore saya sudah tiba di kampus dan sedang duduk di depan ruang Micro Teaching. Sembari memegang HP, mengarahkan mata kekiri dan kanan, melihat dan memantau sambil bertanya, apakah teman seperjuangan saya sudah datang ataukah belum ?. Tiba-tiba hp saya bergetar ada pesan masuk dari Pak Pahlawan

“Syalom. Kamu dua dimana…mari datang ke kampus sudah”.

Setelah saya melihat dan membaca chat WA dari Pak Pahlawan saya bergegas masuk kedalam ruang kantor Fakultas sebab dia sedang menunggu didalam. Saya masuk dan menyapanya

“halo selamat sore Pak”

Pahlawan menjawab “hei Keiya, selamat sore, mari masuk” Sambil tersenyum menjawab sapaan saya.

Kami duduk, tanpa basa-basi saya menceritakan hasil rapat/pembicaraan kemarin secara detail di ruangan dekan antara saya dan teman saya dengan ketua program studi dan dekan. Kemudian teman seperjuangan saya muncul setelah saya menceritakan semuanya. Namun, saya mengajak teman saya untuk mengatakan sebagian hal yang mungkin belum sempat saya ceritakan ke Pahlawan.

Lalu pahlawan berkata “Sebentar jika kami berbicara pada kaprodi dan dekan saya akan berbicara sebagai Dosen Pembimbing kalian. Tapi, Karya Tulis Ilmiah (SKRIPSI) ini adalah Nafas kalian, jadi kalian harus menyuruh mereka untuk menghapus dari E-jurnal Kampus, perjalanan kalian masih panjang kedepannya, keputusan ada di kalian”.

Kami menjawab “Baik bapak”

Kemudian Dekan muncul saat kami duduk di ruang kantor fakultas, lalu dosen-dosen lainpun bermunculan lalu terakhir kaprodi dan dosen pembimbing kedua kami. Kini semua sudah komplit lalu kami berkumpul di ruangan Dekan. Singkat cerita, setelah panjang lebar berbincang, mulai dari pembicara pertama Ketua Program Studi, Pembicara kedua Dekan dan terakhir diberikan kesempatan kepada kedua Dosen Pembimbing, dosen pembimbing ke -2 kami hanya terdiam sebab dia masih belum tahu permasalahannya.

Jadi, pahlawan ambil ahli, ketika Pahlawan berbicara tentunya pemaparannya diatas data, fakta dan analisa yang baik, serta pengalaman dia seperti saat dia menempuh kuliah magister (S2) di Australia, dimana beberapa temannya dipulangkan karena melakukan plagiat, rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang di cabut jabatannya karna kasus plagiat, lalu terakhir ijazah Doktor Presiden RI yang dipermasalah di tahun 2022 ini.

Fakta-fakta ini membuka wawasan Kaprodi dan Dekan tanpa pikir panjang, Dekan memutuskan untuk menghapus artikel ilmiah yang diplagiat itu dari jurnal kampus. Akhirnya artikel yang dipublikasikan pada jurnal kampus itu sudah dihapus dan dikembalikan kepada kami. Kata-kata yang di keluarkan oleh Dekan adalah

“supaya tidak menimbulkan permasalahan yang serius dan panjang diantara kami, kami selaku pimpinan fakultas telah mencopot dan menghapus artikel yang di publikasikan di jurnal kampus”.

Ketika saya mendengar hal itu keluar dari mulut Dekan, saya mengambil nafas dalam-dalam kemudian hembuskan. Legah rasanya.

“Bapaku TUHAN akan berkati”, chat saya kegirangan kepada pahlawan. Setelah tiba dirumah usai protes.

BERSAMBUNG…..

Tokoh dalam alur cerita diatas :
Saya : Jhon Minggus Keiya (Mahasiswa semester 9)
Teman seperjuangan: Martinus Ogetai (Mahasiswa semester 9)
Pahlawan: Mr. Felix Degei, S.Pd., M.Ed ( Dosen Pembimbing kami dalam penulisan skripsi)
Adik kesayangan : Noak Adii (Mahasiswa Semester 5)

Penulis : Jhon Minggus Keiya

Berita Terkait

Sah! Lucky Hakim-Syaefudin Ditetapkan Sebagai Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Indramayu
Revitalisasi Pasar Simpang Pematang: Harapan Baru untuk Perekonomian Mesuji
Dari Singa Kritikus Menjadi Kucing Jinak di Kursi Kekuasaan
Apresiasi Masyarakat Indonesia Pasca Hasil Pemilu 2024!
Milad Akbar dan Silaturahmi Nasional: Momen Bersama Membangun Peradaban
Makan bergizi Gratis Era Presiden Prabowo
Indonesia tanah airku
Nikah Siri Dalam Pandangan Islam Dan Hukum Negara
Berita ini 65 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 9 Januari 2025 - 20:03 WIB

Sah! Lucky Hakim-Syaefudin Ditetapkan Sebagai Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Indramayu

Kamis, 9 Januari 2025 - 18:12 WIB

Revitalisasi Pasar Simpang Pematang: Harapan Baru untuk Perekonomian Mesuji

Kamis, 9 Januari 2025 - 18:00 WIB

Dari Singa Kritikus Menjadi Kucing Jinak di Kursi Kekuasaan

Kamis, 9 Januari 2025 - 17:26 WIB

Apresiasi Masyarakat Indonesia Pasca Hasil Pemilu 2024!

Rabu, 8 Januari 2025 - 20:23 WIB

Milad Akbar dan Silaturahmi Nasional: Momen Bersama Membangun Peradaban

Rabu, 8 Januari 2025 - 01:19 WIB

Makan bergizi Gratis Era Presiden Prabowo

Selasa, 7 Januari 2025 - 23:15 WIB

Indonesia tanah airku

Selasa, 7 Januari 2025 - 15:23 WIB

Nikah Siri Dalam Pandangan Islam Dan Hukum Negara

Berita Terbaru

Artikel

Apresiasi Masyarakat Indonesia Pasca Hasil Pemilu 2024!

Kamis, 9 Jan 2025 - 17:26 WIB