SUARA UTAMA – 18 Agustus 2025 – Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menjadi sorotan publik setelah pernyataannya dalam Sarasehan Nasional Ekonomi Syariah Refleksi Kemerdekaan RI 2025, yang diselenggarakan pada Rabu (13/8). Dalam forum tersebut, Sri Mulyani menekankan pentingnya pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan prinsip kejujuran dan transparansi. Ia mengingatkan bahwa pengelolaan anggaran yang mencapai Rp3.800 triliun harus dilakukan dengan penuh amanah, karena jika tidak, dapat menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat.
Sri Mulyani juga menekankan bahwa tanpa transparansi dalam pengelolaan ekonomi, berbagai masalah bisa muncul dalam sistem. Ia mengatakan, “Mengelola ekonomi tanpa transparansi, pasti akan muncul berbagai masalah.” Pernyataan ini memunculkan beragam interpretasi di kalangan publik. Sebagian menganggapnya sebagai peringatan moral, sementara sebagian lainnya memandangnya sebagai refleksi atas tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sistem keuangan negara.
Pandangan Filosofis tentang “Masalah” dalam Pengelolaan Negara
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Budayawan dan cendekiawan Muslim, Cak Nun, memberikan perspektif filosofis terkait pernyataan Sri Mulyani mengenai “masalah” dalam pengelolaan sistem. Menurut Cak Nun, masalah dalam sistem dapat dipahami sebagai akibat dari ketidaksempurnaan dalam pengelolaan dan pengawasan. Ia menyatakan, “Masalah dalam sistem bukanlah hal yang terjadi secara kebetulan, melainkan hasil dari malfungsi moral dan pengelolaan yang tidak tepat.” Dalam pandangannya, masalah-masalah ini merujuk pada dampak dari ketidakjujuran, ketidaktepatan, dan ketidakadilan yang ada dalam sistem ekonomi dan birokrasi.
Pentingnya Penyederhanaan dan Transparansi
Salah satu contoh nyata dari tantangan ini adalah sistem perpajakan Indonesia yang dianggap rumit, dengan banyak pasal dan regulasi yang sulit dipahami oleh masyarakat umum. Ketidakjelasan ini dapat membuka ruang bagi penyimpangan, seperti korupsi dan pungutan yang tidak sah. Situasi ini menunjukkan pentingnya membangun sistem yang lebih sederhana dan transparan untuk mendukung kepatuhan pajak serta mengurangi peluang penyalahgunaan wewenang.
Tanggung Jawab Moral dalam Pengelolaan Sistem Keuangan Negara
Pernyataan Sri Mulyani mengenai banyaknya masalah dalam sistem pengelolaan ekonomi seharusnya menjadi bahan refleksi bagi dirinya sebagai pejabat yang memiliki kewenangan untuk merancang kebijakan tersebut. Sebagai Menteri Keuangan, ia memiliki tanggung jawab moral dan politik untuk memastikan bahwa sistem keuangan negara dikelola dengan baik dan sesuai dengan prinsip transparansi serta akuntabilitas.
Jika sistem keuangan negara penuh dengan celah dan kompleksitas, pembenahan seharusnya dimulai dari perancangnya. Transparansi tidak hanya cukup diungkapkan dalam pidato, tetapi harus diwujudkan dalam kebijakan yang nyata, yang memudahkan masyarakat dalam memenuhi kewajiban mereka.
Sebagai kesimpulan, pejabat yang bertanggung jawab atas sistem ini perlu melakukan introspeksi dan memperbaiki kebijakan yang telah diterapkan agar sistem keuangan negara lebih efisien, transparan, dan akuntabel
Penulis : Odie Priambodo
Editor : Andre Hariyanto
Sumber Berita : Wartawan Suara Utama














