Oleh : Risnafaty, M.Sc.
(Dosen Swasta Kalimantan Utara)
SUARA UTAMA, BULUNGAN. Mengutip perkataan dari seorang dokter sekaligus konten creator yaitu dr. Meta Hanindita, disalah satu video Instagramnya baru-baru ini dibulan Desember 2023, ia menyebutkan “Point utama dari stunting adalah kekurangan nutrisi berkepanjangan, bisa disebabkan asupan nutrisi yang tidak adekuat, gangguan penyerapan, atau peningkatan kebutuhan kalori. Asupan yang tidak adekuat bisa disebabkan karna kemiskinan, tidak mampu menyiapkan MPASI yang lengkap dan seimbang. Namun anak yang stunting bisa juga datang dari kalangan menengah keatas, biasanya ini disebabkan karna faktor ketidaktahuan. Selain itu jangan lupa bahwa stunting bisa juga di sebabkan karna gangguan penyerapan, dan kebutuhan kalori yang meningkat.”
Membahas apa yang dikatakan dr. Meta tersebut, bahwa masalah stunting tidak hanya soal kemiskinan bahkan dari kalangan menengah atas pun bisa terjadi, satu sisi faktanya memang demikian.
Stunting juga bisa terjadi pada anak dari kalangan ekonomi menengah atas karena faktor ketidaktahuan atau faktor ilmu, khususnya ilmu kesehatan dan gizi. Contoh, dulu yang disebut makanan bergizi itu empat sehat lima sempurna, apakah banyak yang menerapkan bahwa terbaru adalah menu gizi seimbang? kalau saat Ibu mengolah MPASI itu disebut dengan menu lengkap, bisa jadi belum update juga di buku pink, pun kalau sudah update, perlu perjalanan panjang untuk akhirnya menjadi pemahaman di kalangan Ibu-Ibu.
Demikian pula ilmu tentang pola asuh dalam hal ini kesehatan. Jikalaupun diantara mereka dari kalangan menengah atas berupaya update ilmu mengenai gizi saat hamil dan saat mengasuh anaknya diusia sebelum dua tahun tersebut, sangat mungkin tidak mampu secara konsisten memberikan gizi dan pola asuh terbaik untuk anak anak mereka, belum lagi tantangan teknis proses pemberian makan pada anak yang kerap kali menjadi cerita tersendiri betapa susahnya mengasuh anak.
Bayangkan saja anak kita butuh protein misalnya telur, ikan atau daging setiap hari tiga kali sehari sepanjang dua tahun pertama kehidupannya, semenjak MPASI belum elemen lainnya, belum proses pengolahannya dan teknis pemberian makannya. Bahan baku makanan juga mengikuti apa yang menjadi stok menu keluarga walaupun pada bayi di olah menjadi menu yang berbeda.
Maka dari itu, sering juga kita mendengarkan curhat ibu-ibu, dengan cerita senada seperti ini, “Oh dulu anak pertamaku sangat kurus bahkan terkena gizi buruk karna saat itu kondisi keluarga kami lagi susah, berbeda dengan anak ke dua yang sudah mendapatkan kondisi ekonomi yang agak lumayan” atau cerita sebaliknya yang menunjukkan kondisi ekonomi sebuah keluarga kalangan menengah keatas pun tidak lepas dari kemungkinan-kemungkinan menurunnya kondisi ekonomi pada sewaktu-waktu tertentu.
Karna hidup di sistem Kapitalime tidak akan mampu menjamin kondisi ekonomi sebuah keluarga akan baik baiknya secara mulus sepanjang hidupnya apalagi ketika di fase-fase kehamilan dan pengasuhan anak. Artinya keluarga yang berilmu pun bisa jadi tidak mampu secara konsisten memastikan bayi mereka mendapatkan gizi terbaik pada masa dua tahun pertama kehidupan bayi.
Sedih memang, bahwa angka stunting di dunia termasuk indonesia cukup mengkhawatirkan, sampai sampai mengeluarkan dana dan konsentrasi juga dalam rangka penanganan stunting. Dimana pemerintah sedang gencar gencanrnya menjalankan program penurunan prevelensi stunting program Zero Stunting 2030 untuk mewujudkan Indonesia Layak Anak 2030 dan Indonesia Emas 2045.
Dampak stunting cukup meresahkan
Menurut salah seorang pakar dan Dosen Gizi Dewi Kusumawati M. Gz. disalah satu kanal YouTube Muslimah Ulul Albab pada bulan Oktober 2023, ia mengatakan dampak dari stunting ini cukup luas ketika anak itu terindikasi stunting, maka dia akan mengalami berbagai macam permasalahan kesehatan, terjadi hambatan pertumbuhan dan perkembangan, seperti otak, jantung, ginjal dan pankreas, bertumbuh dan tidak berkembang sesuai dengan usianya. Namun karena terdapat gangguan pertumbuhan pada saat anak stunting, maka akan berdampak pada kesehatan, ketika anak gagal tumbuh, bayi lahir dengan berat badan rendah, kecil, pendek dan kurus, itu juga akan memiliki hambatan kognisi dan motorik yang tidak sesuai dengan umurnya.
Berdasarkan penelitian, bahwa anak yang stunting IQ nya lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal. Selain itu juga adanya gangguan metabolik pada saat dewasa dengan resiko penyakit tidak menular seperti : diabetes, obesitas, stroke dan jantung. Pada sebuah penelitian juga dikatakan bahwa pada bayi umur 0-6 bulan yang dia pendek dan tetap pendek saat umut 7-8 tahun maka beresiko memiliki kemampuan kognitif yang kurang sebesar 2,8 kali dibanding anak yang tidak stunting. Pada anak yang mengalami hambatan pertimbuhan pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu sebelum usia 2 tahun, ketika status awal anak terebut statusnya stunting kemudian dilakukan perbaikan namun pada usia 17-19 tahun itu mimiliki rata rata tekanan darah sistolik sebesar 4,61 lebih tinggi dengan rata rata tengan diastoliknya 3,89 mm yang lebih tinggi serta berisko 1,58 kali resiko tekanan darah tinggi dengan anak yang normal, artinya bahwa ketika sudah diperbaiki tetap memiliki ancaman resiko yang berbeda dari anak normal.
Anak yang stunting diamasa yang akan datang juga bisa menjadi anak yang kurang produktif dan optimal. Berdasarakan data prevalansi stunting 2023 ternyata ada potensi kerugian ekonomi akibat pengurangan produktifitas karna stunting sekita 357- 13.758 miliar dari total PDB Indonesia.
Generasi estafet kepemimpinan dan pembangunan peradaban
Islam memandang anak adalah estafet kepemimpinan dan pembangun peradaban, anak harus mejadi generasi yang bertaqwa, berkualitas dari sisi pengetahuan maupun dari sisi kesehatan. maka ini menjadi tanggung jawab yang besar orang tua dan sebuah keluarga dimana harus di Sokong kuat oleh negara untuk menjaga atau mengurusi persoalan generasi
Bagiamana beratnya sekarang seorang ibu dan ayah dalam membesarkan anak kedepannya masih di bawah bayang bayang ketakukan akan nasib generasi kita selanjutnya. padahal dalam Islam dinyatakan
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا9
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. An-Nisa: 9)
Wallahu a’lam
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT