Tawadhu dalam Lebaran

- Writer

Sabtu, 29 Maret 2025 - 11:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi  suasana lebaran dalam silaturahim ( Sumber : Freepik)

Ilustrasi suasana lebaran dalam silaturahim ( Sumber : Freepik)

SUARA UTAMA – Hanya tinggal hitungan hari, seluruh umat Islam sebentar lagi akan merayakan lebaran  Hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah. Lengkap sudah perjuangan satu bulan penuh ibadah puasa dalam melaksanakan rukun Islam ke 3 yang dijalani, ditempuh dan dilalui dengan purna untuk meraih Ridhonya Allah SWT. Perjuangan ibadah yang tidak mudah mengingat ibadah puasa yang dijalani berbarengan kegiatan rutinitas aktifitas manusia dalam bekerja terutama saudara-saudara kita yang bekerja secara fisik. Sebagai kuli bangunan, tukang batu, pembersih sampah, mereka bekerja di tengah cuaca yang tidak menentu antara panas dan kadang-kadang hujan.

Namun disitulah Allah SWT memberikan kasih sayang untuk menguji  ketawaqalan, kesabaran manusia dalam pelaksanaannya. Mungkin rata-rata para pekerja kasar ini tidak hanya mengerjakan apa yang dikerjakannya, bisa jadi lebih dari itu pikirannya berkecamuk dengan pikiran lainnya terutama kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarganya. Berharap THR ( tunjangan hari raya ) yang didapat (belum tentu dapat) karena biasanya tidak diikat secara resmi dalam perjanjian kerja, membuat masakan, membeli baju baru, mudik kekampung halaman adalah aspek-aspek realita hidup dalam lebaran yang sering kita temui bahkan kita rasakan.

Kondisi berbeda lebih baik dibandingkan dengan para pekerja fisik, adalah para karyawan kantor, ASN (aparatur sipil negara) sebut saja kelompok menengah keatas. Mereka pasti akan mendapatkan THR dimana besarnya disesuaikan dengan masa kerja dengan kejelasan gaji nominal yang akan diterimanya, besarannya satu kali gaji dalam sebulan, bagi sebagian yang lebih beruntung, dapat menikmati perjalanan mudik dengan kendaraan pribadi yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Selain  itu kebutuhan membeli baju, membuat masakan tidaklah sesulit para pekerja fisik untuk memenuhinya.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Tawadhu dalam Lebaran Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perbedaan ini merupakan realitas hidup yang ada disekeliling kita dan kita  bisa melihat keduanya depan mata kita. Namun faktanya ada juga kaum menengah tadi dalam perayaan lebarannya tidak memperlihatkan rasa empati pada yang lainnya. Ketika berkumpul  selain simbol-simbol materi yang dikenakan, yang dibicarakan biasanya tidak jauh dari keberhasilan-keberhasilan mereka dalam hal apapun, mereka mempunyai kebanggaan tersendiri atas ukuran keberhasilannya tersebut.

Padahal makna lebaran itu sendiri mensucikan, memutihkan hati pada Allah SWT atas lisan, perilaku yang selama ini banyak keluar dari tatanan yang seharusnya yang menjadi ketentuan dalam AlQur’an dan Sunnah, Ibadah puasa adalah proses pembersihan dirinya. Lebaran bukan hanya tentang kemenangan setelah berpuasa, tetapi juga tentang bagaimana kita merayakan kemenangan itu dengan hati yang rendah hati.

BACA JUGA :  Idul Adha 9 Juli, Ketum PP Muhammadiyah Sarankan Kalendar Global untuk Alat Pemersatu

Membiasakan Tawadhu

Keberadaan manusia dalam kehidupan sosial  tentunya tidak terlepas dari kebutuhan untuk self esteem meminjam istilah Abraham Maslow, kebutuhan akan harga diri jelasnya ingin mendapat validasi dari orang-orang sekitarnya. Kebutuhan akan harga diri ini, dapat kita temui pada saat berkumpul keluarga, saudara, teman-teman kerja. Namun apabila berada dalam lingkungan yang tidak tepat (orang-orang yang tidak mampu, serba kekurangan, minim fasilitas) tepat kiranya kita robah orientasinya dengan tawadhu. Artinya apabila sudah menjadi suatu kesadaran, dimanapun berada kita akan tetap tawadhu atau rendah hati.

Seperti yang ditegaskan oleh Rusdi  (2013)  dalam Rozak (2017) secara istilah, tawadhu adalah menampakan kerendahan hati kepada sesuatu yang diagungkan. Bahkan, ada juga yang mengartikan tawadhu sebagai tindakan berupa mengagungkan orang karena keutamaannya, menerima kebenaran dan seterusnya. Sedangkan dalam sumber yang sama Poerwadaminta dalam Rozak (2017) Tawadhu’ artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabur. Orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari orang lain,sementara orang yang sombong menghargai dirinya secara berlebihan.Rendah hati tidak sama dengan rendah diri, karena rendah diri berarti kehilangan kepercayaan diri.

Tawadhu dalam konteks lebaran adalah kesadaran diri bahwa segala pencapaian dan kemampuan untuk menyelesaikan ibadah puasa adalah anugerah Allah SWT. Menghilangkan rasa lebih baik orang lain (sombong). Dalam silaturahim yang kita lakukan, bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan hormat dan sopan baik pada orang tua maupun pada yang lebih muda.

Tidak memamerkan semua yang kita punya, harta, pakaian atau pencapaian kita. Lainnya adalah kesederhanaan dalam bersikap dan berpakaian. Menunjukkan perhatian dan kepedulian pada orang lain terutama bagi yang membutuhkan. Selalu meminta maaf atas kesalahan yang kita telah perbuat dan memaafkan dengan tulus kesalahan orang lain. Hal lain yang lebih penting adalah menjaga dan memperkuat silaturahim dengan keluarga, teman, tetangga. Selalu menciptakan hubungan yang harmonis dan memperkuat persaudaraan dengan siapapun juga.

Dengan tawadhu dalam lebaran selain merayakan  kemenangan setelah berpuasa, yang lebih utama meraih kemenangan untuk selalu mengendalikan diri dan mendapatkan Ridhonya Allah SWT.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah

Minal Aidin wal Faizin. Mohon Maaf Lahir dan Batin..

 

 

Penulis : Agus Budiana, Mengabdi pada Suara Utama.

Berita Terkait

Kebersamaan dan Kepedulian dalam Khitanan Massal Saba Desa
Reformasi Pendidikan Jadi Sorotan, Bupati Subang Lantik Dewan Pendidikan Baru
Perjuangan dalam Pengkaderan: Menjadi Kader Bukan Sekadar Seragam dan Salam
Hari Buruh Tahun 2025 : Dinamika buruh, petani, dan investasi di Lampung
Pendapatan Minimal, Gaya Hidup Maksimal
Seseorang Mencari Kebenaran dalam Keheningan
Pemerintah Desa Wangkal Realisasi Anggaran Dana Desa Tahap pertama, berbentuk pembangunan fisik Aspal dan Rabat
Warga Desa Tegalwatu Resah, Oknum Penagih PNM Mekar Diduga Melampaui Batas Waktu Yang Telah di Tentukan OJK
Berita ini 29 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 3 Mei 2025 - 00:02 WIB

Kebersamaan dan Kepedulian dalam Khitanan Massal Saba Desa

Jumat, 2 Mei 2025 - 23:11 WIB

Reformasi Pendidikan Jadi Sorotan, Bupati Subang Lantik Dewan Pendidikan Baru

Kamis, 1 Mei 2025 - 19:20 WIB

Perjuangan dalam Pengkaderan: Menjadi Kader Bukan Sekadar Seragam dan Salam

Kamis, 1 Mei 2025 - 09:12 WIB

Hari Buruh Tahun 2025 : Dinamika buruh, petani, dan investasi di Lampung

Selasa, 29 April 2025 - 15:06 WIB

Seseorang Mencari Kebenaran dalam Keheningan

Selasa, 29 April 2025 - 13:16 WIB

Pemerintah Desa Wangkal Realisasi Anggaran Dana Desa Tahap pertama, berbentuk pembangunan fisik Aspal dan Rabat

Senin, 28 April 2025 - 22:11 WIB

Warga Desa Tegalwatu Resah, Oknum Penagih PNM Mekar Diduga Melampaui Batas Waktu Yang Telah di Tentukan OJK

Senin, 28 April 2025 - 18:50 WIB

Terindikasi Mark Up Anggaran Dana Hibah Tahun 2023, Puskesmas Tiris Mengaku Cuman Menerima Barang. 

Berita Terbaru

Artikel

Kebersamaan dan Kepedulian dalam Khitanan Massal Saba Desa

Sabtu, 3 Mei 2025 - 00:02 WIB