Secangkir Kopi, Sebuah Jembatan Kenangan dan Kehidupan

- Writer

Senin, 25 November 2024 - 19:49 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Minum Kopi di Pagi Hari & Sore Hari: Sebuah Kisah Tentang Kebiasaan dan Kenangan

Minum Kopi di Pagi Hari & Sore Hari: Sebuah Kisah Tentang Kebiasaan dan Kenangan

Minum Kopi di Pagi Hari & Sore Hari: Sebuah Kisah Tentang Kebiasaan dan Kenangan

SUARA UTAMA Di sebuah kota kecil bernama Lantana, kopi adalah denyut nadi kehidupan para penduduknya. Setiap pagi, aroma seduhan kopi menyeruak dari dapur-dapur rumah, membawa kehangatan yang menyatu dengan suara langkah kaki dan sapaan pagi. Ketika sore tiba, secangkir kopi menjadi teman setia di teras, diiringi angin semilir yang membawa ketenangan. Bagi Raka, seorang pemuda yang sibuk dengan pekerjaannya, kopi bukan sekadar kebiasaan harian, melainkan tradisi penuh kenangan yang menghubungkannya dengan masa lalu.

Raka, anak asli Lantana, tumbuh di keluarga yang sangat mencintai kopi. Ia mengenal rasa kopi sejak kecil dari almarhum kakeknya, Pak Darsa, yang sering berkata, “Secangkir kopi itu seperti hidup, Raka. Kadang pahit, kadang manis, tapi selalu nikmat jika kita menikmatinya.” Kata-kata itu terukir dalam hati Raka hingga sekarang. Meskipun kini ia disibukkan oleh pekerjaan kantoran, Raka tetap menjaga kebiasaan menikmati kopi di pagi dan sore hari sebagai cara menghormati kenangan kakeknya.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Secangkir Kopi, Sebuah Jembatan Kenangan dan Kehidupan Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Setiap pagi, pukul enam tepat, Raka memulai harinya di balkon rumah. Dengan secangkir kopi hangat di tangan, ia membaca berita atau sekadar mengamati matahari yang perlahan naik di langit timur. Waktu ini baginya adalah momen untuk mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun mental, menghadapi hari yang panjang. Sore harinya, sekitar pukul empat, ia kembali menikmati secangkir kopi di teras rumah, ditemani angin sore yang menenangkan dan pemandangan langit jingga menjelang senja.

BACA JUGA :  Lembar Rindu Sendu Dalam Kemasan Semu

Rumah mungil Raka, yang terletak di pinggir kota, dikelilingi oleh kebun kopi kecil yang diwariskan oleh kakeknya. Kebun itu tidak hanya menjadi sumber biji kopi berkualitas, tetapi juga tempat penuh cerita. Saat rindu pada kakeknya menyeruak, Raka sering duduk di bawah pohon kopi tua yang dulu mereka rawat bersama, membawa secangkir kopi sebagai teman bicara sunyi.

Bagi Raka, kopi bukan hanya minuman, tetapi sebuah pelajaran hidup. Secangkir kopi di pagi hari memberinya energi dan optimisme, sementara kopi sore adalah pengingat untuk berhenti sejenak, merenungi apa yang telah ia lalui. Dalam setiap tegukan, ia menemukan kebahagiaan sederhana yang menguatkan hati dan pikirannya.

Rutinitas harian Raka dimulai dengan menggiling biji kopi segar dari kebunnya sendiri. Di pagi hari, ia menggunakan metode pour-over untuk menciptakan rasa yang kaya dan aroma yang khas. Di sore hari, ia lebih santai, membuat kopi tubruk sederhana sambil mendengarkan lagu-lagu lama yang sering dinyanyikan kakeknya. Kedua momen ini adalah oase kecil di tengah kesibukannya, pengingat akan nilai-nilai yang ia pegang sejak kecil.

Kopi, bagi Raka, adalah simbol kehidupan. Pahit dan manisnya secangkir kopi mengajarkannya bahwa hidup tidak selalu sempurna, namun selalu layak untuk dinikmati. Dalam setiap momen bersama kopi, ia bersyukur atas apa yang dimiliki, meresapi bahwa kebahagiaan sejati sering kali terletak pada hal-hal kecil yang sederhana.

Bab 1

Bersambung…

Nantikan cerita selanjutnya dengan tema “Momen yang Tak Terlupakan.”

Penulis : M Junaidi Halawa

Editor : Mas Andre Hariyanto

Berita Terkait

Demokrasi yang Ditelan Korporasi: Pengaruh Korporasi dalam Kebijakan Publik yang Dominan
Kisah Mr. Cobeyn: Hacker yang Sempat Menggemparkan Situs Polri dan Berperang di Dunia Siber
Dandim 0702 Panen Perdana Talas Pratama di Purbalingga: Langkah Menuju Ketahanan Pangan Nasional
Rindu yang tak sama
Inkubasi Bisnis Wiji Unggul 2024 Ditutup dengan Sukses: UMKM Tangguh dan Adaptif
Miris, Masyarakat Kecewa Bayar Air PDAM Terdouble
Dampak kenaikan UMK 2025 dan Ancaman PHK
Kontroversi Pengalihan Sentra UMKM ke Dekranasda: Respons DPRD Tanggamus Dinanti
Berita ini 109 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 19 Februari 2025 - 15:48 WIB

Demokrasi yang Ditelan Korporasi: Pengaruh Korporasi dalam Kebijakan Publik yang Dominan

Jumat, 24 Januari 2025 - 09:56 WIB

Kisah Mr. Cobeyn: Hacker yang Sempat Menggemparkan Situs Polri dan Berperang di Dunia Siber

Rabu, 15 Januari 2025 - 14:05 WIB

Dandim 0702 Panen Perdana Talas Pratama di Purbalingga: Langkah Menuju Ketahanan Pangan Nasional

Senin, 30 Desember 2024 - 11:22 WIB

Rindu yang tak sama

Kamis, 12 Desember 2024 - 11:01 WIB

Inkubasi Bisnis Wiji Unggul 2024 Ditutup dengan Sukses: UMKM Tangguh dan Adaptif

Selasa, 10 Desember 2024 - 11:23 WIB

Miris, Masyarakat Kecewa Bayar Air PDAM Terdouble

Senin, 9 Desember 2024 - 16:25 WIB

Dampak kenaikan UMK 2025 dan Ancaman PHK

Rabu, 4 Desember 2024 - 16:31 WIB

Kontroversi Pengalihan Sentra UMKM ke Dekranasda: Respons DPRD Tanggamus Dinanti

Berita Terbaru

gambar merah putih

Berita Utama

Pemberantasan Korupsi: Menggerakkan Kekuatan Rakyat dari Akar Rumput

Minggu, 16 Mar 2025 - 03:28 WIB