Menyoal Kegaduhan Politik FPP TNI dalam Komunikasi Politik

- Penulis

Senin, 28 April 2025 - 11:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi purnawirawan TNI sedang meninggalkan kegiatan resmi hari besar negara Republik Indonesia (Sumber : Freepik)

Ilustrasi purnawirawan TNI sedang meninggalkan kegiatan resmi hari besar negara Republik Indonesia (Sumber : Freepik)

SUARA UTAMA- Dinamika politik negara kita, digaduhkan kembali dengan pernyataan tuntutan Forum purnawirawan prajurit TNI (FPP TNI) yang menyampaikan tuntutan terbuka pada pemerintah di ruang publik mengenai apa yang menjadi keprihatinannya. Dimana tuntutannya tersebut telah disampaikan pada MPR.

FPP TNI yang mengusulkan pencopotan Gibran terdiri dari sejumlah tokoh senior, termasuk 103 purnawirawan jenderal, 73 laksamana, 65 marsekal, dan 91 kolonel (Kompas.com 26/4/2025). Dimotori oleh para purnawirawan perwira tinggi (Jenderal) Jenderal TNI (Purn) Tri Soetrisno,  Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, Jenderal TNI (Purn) Tyasno Soedarto, Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, dan Marsekal TNI (Purn) Hanafie Asnan pada Februari 2025. Seperti yang dilansir Kompas (26/4/2025) Mereka menuntut 8 tuntutan beberapa diantaranya yang menjadi sorotan  antara lain mencakup, penolakan terhadap kebijakan pemerintah terkait pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan tenaga kerja asing, serta usulan reshuffle terhadap menteri-menteri yang diduga terlibat dalam korupsi. Salah satu sorotan utama lainnya adalah pencopotan wakil presiden RI Gibran Rakabuming Raka.

Persoalannya adalah apakah yang menjadi dasar tuntutan para purnawirawan ini? Seperti kita ketahui institusi TNI aktif maupun yang sudah non aktif (purnawirawan) selalu menjaga nilai luhur institusi sebagai institusi netral dan menempatkan posisi diatas semua golongan, kepentingannya hanya satu yaitu untuk kepentingan negara secara nasional. Kegelisahan mereka ini patut kita cermati karena terasa kental nuansa politisnya, dibandingkan yuridis formalnya. Karena secara yuridis formal beberapa hal yang menjadi catatan tuntutan mereka sudah dilewati melalui proses-proses yuridis ketatanegaraan secara sah dan diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia secara nasional.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Menyoal Kegaduhan Politik FPP TNI dalam Komunikasi Politik Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tuntutan untuk pencopotan Gibran apakah forum purnawirawan ini memahami sistem ketatanegaraan? Memahami sistem hukum ketatanegaraan dengan konsesus-konsesus nasionalnya?. Sepertinya dipahami, mengingat forum ini terdiri dari para perwira tinggi dan menengah yang terbiasa dengan sistem berpikit nalar, logika yang benar.

Normatifnya para sesepuh TNI ini berposisi sebagai forum yang senantiasa mengeluarkan suara-suara kebijakan bagi seluruh komponen bangsa, memberikan arah kedepan yang strategis mengenai posisi negara kita. Menghormati keputusan-keputusan nasional yang di buat oleh seluruh komponen negara, dalam hal ini lembaga-lembaga negara secara yuridis formal. Komunikasi yang di bangunpun adalah komunikasi dalam rangka merawat keharmonisan bangsa.

Arah komunikasi politik

Tuntutan FPP TNI ini tentunya mendorong menciptakan wacana publik ke depan mengenai hal-hal yang menjadi persoalan bangsa, terutama yang menjadi 8 dalam tuntutan. Sifat dari wacana ini adalah dialektikal terbentuk dan tumbuh dalam suasana perbincangan perdebatan yang terus – menerus. Pastinya akan memancing pihak-pihak lainnya yang berkepentingan, yang konsen dengan persoalan-persoalan yang ada dalam 8 tuntutan FPP TNI, untuk terlibat dalam wacana tersebut.

BACA JUGA :  Eko Wahyu Pramono: Pemerintah Tepat Tidak Menambah Beban Pajak 2026

Adanya keinginan untuk posisi tawar dan mempengaruhi  kebijakan pada pemerintahan baru, dalam hal komposisi kabinet dan agenda-agenda strategis lainnya. Serta pengakuan keberadaan FPP TNI diruang publik, mempertahankan relevansi  dan pengaruh kelompok purnawirawan TNI dalam dinamika politik nasional.

Khususnya untuk agenda pencopotan Gibran Rakabuming Raka, berpotensi menciptakan polarisasi dikalangan purnawirawan sendiri maupun TNI aktif. Tidak semua kalangan purnawirawan TNI  dan TNI aktif mempunyai pandangan yang sama dengan FPP TNI ini. Walaupun diklaim mewakili semua kalangan purnawirawan TNI, sebaiknya di sertakan data lengkap di daerah seluruh Indonesia. Sehingga benar-benar murni suara FPP TNI.  Perwakilan FPP TNI ini, bisa jadi hanya kalangan elit FPP TNI yang tinggal di Jakarta saja.

Dianggap sebagai intervensi politik oleh kalangan sipil, pernyataan tuntutan terbuka yang disampaikan oleh FPP TNI ini dapat diinterpretasikan sebagai bentuk intervensi oleh publik dalam politik praktis. Hal ini akan berpotensi menimbulkan kritik dari kelompok masyarakat sipil dan politisi yang menginginkan TNI tetap fokus pada tugas pokoknya.

Alih-alih mengajukan tuntutan bernuansa politik, lebih baik menjaga krebilitas dan reputasi marwah TNI yang selama ini baik dimasyarakat. Menjadi mitra dialog dan strategis bagi pemerintah dalam hal pengalaman operasional, strategis dan manajerial dalam bidang pertahanan dan keamanan negara. Aktif dalam forum-forum  konsultasi komunikasi yang diselenggarakan oleh pemerintah mengenai isu-isu pertahanan dan keamanan, memberikan pandangan dan rekomendasi berdasarkan pengalaman dan keahlian mereka.

Menjadi mediator dalam konflik-konflik sosial berdasarkan pengalaman dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Kemampuan mediasi dapat berperan dalam menyelesaikan konflik sosial dimasyarakat secara damai dan konstruktif. Menyuarakan pentingnya toleransi, menghargai perbedaan, menjaga kebhinekaan sesuai dengan mottonya “NKRI harga mati” sebagai kekayaan bangsa. FPP TNI dapat menjadi garda terdepan dalam melawan segala bentuk intoleransi dan radikalisme.

Menjalin interaksi dengan kalangan akademisi dan pakar diberbagai bidang, untuk memperkaya wawasan dan perspektif dalam menyikapi berbagai isu nasional. Merumuskan dan menegakkan kode etik purnawirawan sebagai pedoman dalam bersikap dan bertindak dimasyarakat, menjaga marwah dan citra positif purnawirawan TNI.

Dengan mengoptimalkan dan melaksanakan peran-peran diatas FPP TNI dapat menjadi kekuatan sipil yang tetap disegani, konstruktif memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan negara, serta tetap relevan  dan dihormati oleh masyarakat diluar peran mereka dalam menyampaikan tuntutan pada pemerintah.

 

 

 

Penulis : Agus Budiana, Mengabdi pada Suara Utama.

Berita Terkait

HIMASOS Bangun Tradisi Kritis dan Solidaritas Lewat Kegiatan Sosiologi in The Area di Pacet
UMKM Sumatera Didorong Bangkit Lewat Skema Insentif Fiskal Pascabencana
Menakar Keadilan Pemungutan Pajak atas Pendapatan Hari Tua
IPMAMI & YLBHI Laporkan Dugaan Pelanggaran HAM di Jila Mimika ke Komnas HAM
Dampak Stop Izin Perumahan oleh Gubernur Dedi Mulyadi: Siapa Diuntungkan, Siapa Dikorbankan?
Kontradiksi Kebijakan Penghentian Penerimaan Guru Honorer Versus Kekurangan Guru pada SMP dan SMA
Hoax, Tegas Kepala BPBD kabupaten Probolinggo Perihal Video Bencana Banjir di Tiris Ribuan Rumah dan Jembatan Hancur
Solidaritas Peduli Jila Gelar Aksi Damai di DPRK Mimika
Berita ini 139 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 18 Desember 2025 - 17:34 WIB

HIMASOS Bangun Tradisi Kritis dan Solidaritas Lewat Kegiatan Sosiologi in The Area di Pacet

Kamis, 18 Desember 2025 - 14:28 WIB

UMKM Sumatera Didorong Bangkit Lewat Skema Insentif Fiskal Pascabencana

Kamis, 18 Desember 2025 - 13:26 WIB

Menakar Keadilan Pemungutan Pajak atas Pendapatan Hari Tua

Kamis, 18 Desember 2025 - 13:21 WIB

IPMAMI & YLBHI Laporkan Dugaan Pelanggaran HAM di Jila Mimika ke Komnas HAM

Kamis, 18 Desember 2025 - 12:47 WIB

Dampak Stop Izin Perumahan oleh Gubernur Dedi Mulyadi: Siapa Diuntungkan, Siapa Dikorbankan?

Rabu, 17 Desember 2025 - 18:58 WIB

Hoax, Tegas Kepala BPBD kabupaten Probolinggo Perihal Video Bencana Banjir di Tiris Ribuan Rumah dan Jembatan Hancur

Rabu, 17 Desember 2025 - 18:17 WIB

Solidaritas Peduli Jila Gelar Aksi Damai di DPRK Mimika

Rabu, 17 Desember 2025 - 12:45 WIB

Sumitro Djojohadikusumo: Pahlawan Nasional yang Terlambat Diakui Negara

Berita Terbaru

Ilustrasi seorang lelaki tua duduk termenung dengan tatapan berat, menggambarkan pergulatan batin para pensiunan yang menghadapi penurunan pendapatan di masa senja. Janggut putih dan gurat usia pada wajahnya melambangkan perjalanan panjang pengabdian hidup yang kini diuji oleh kebijakan fiskal negara.

Berita Utama

Menakar Keadilan Pemungutan Pajak atas Pendapatan Hari Tua

Kamis, 18 Des 2025 - 13:26 WIB