SUARA UTAMA – Sepertiga malam terakhir. Waktu sunyi ketika dunia terlelap dalam mimpi, namun langit justru membuka lebar pintunya. Bagi umat Muslim, waktu ini bukan sekedar pergantian jam menuju fajar, melainkan sebuah momen istimewa yang diyakini penuh berkah dan keutamaan. Keyakinan ini berakar kuat pada sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, sebuah hadits yang sering kita dengar dan menjadi motivasi untuk menghidupkan malam dengan ibadah.
Hadits tersebut berbunyi, “Rabb kita turun ke langit dunia pada paruh malam yang akhir pada setiap malamnya.” Redaksi yang jelas dan tegas ini menimbulkan pertanyaan dan sekaligus harapan. Siapakah “Rabb kita” yang dimaksud? Dan apa makna “turun” dalam konteks keagungan Ilahi?
Penting untuk memahami bahwa dalam teologi Islam, Allah SWT Maha Suci dari segala keterbatasan ruang dan waktu. “Turun” di sini bukanlah perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain sebagaimana makhluk ciptaan-Nya. Sebaliknya, “turun” dalam hadits ini adalah kinayah atau metafora yang menggambarkan turunnya rahmat, kasih sayang, dan ampunan Allah SWT . Ini adalah bentuk kedekatan Ilahi yang luar biasa, sebuah isyarat bahwa Allah SWT sangat dekat dengan hamba-Nya, terutama di waktu yang penuh kedamaian ini.
ADVERTISEMENT
![Keajaiban Sepertiga Malam Terakhir: Ketika Rahmat Ilahi Menyapa Bumi 3 IMG 20240411 WA00381 Keajaiban Sepertiga Malam Terakhir: Ketika Rahmat Ilahi Menyapa Bumi Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama](https://suarautama.id/wp-content/uploads/2024/04/IMG-20240411-WA00381.jpg)
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lalu, bagaimana dengan keyakinan turunnya malaikat di sudut malam terakhir? Meskipun hadits utama ini tidak secara eksplisit menyebutkan malaikat, pemahaman Islam secara umum waktu yang penuh rahmat ini dengan kehadiran para malaikat. Malaikat rahmat dan malaikat yang mencari majelis zikir diyakini turun ke bumi, membawa serta keberkahan dan mengamini doa-doa hamba yang munajat di lingkaran malam. Kehadiran mereka menjadi simbol penghormatan terhadap waktu yang mulia ini, memperkuat suasana khusyuk dan spiritual.
Mengapa bermimpi malam terakhir begitu istimewa hingga menjanjikan kemustajaban doa? Ada beberapa alasan mendasar yang menjadikan waktu ini sangat utama:
Pertama, ketenangan dan keikhlasan. Di saat dunia terlelap, ibadah yang kita lakukan di segmen malam terasa lebih khusyuk dan ikhlas. Jauh dari riya’ dan gangguan duniawi, hati lebih mudah fokus dan terhubung dengan Sang Khalik.
Kedua, bukti keimanan dan kesungguhan. Bangun dari tidur nyenyak di keheningan malam untuk menghadap Allah SWT adalah wujud keimanan yang mendalam dan kesungguhan dalam mencari ridha-Nya. Ini adalah pilihan sadar untuk mendahulukan panggilan Ilahi di atas kenyamanan diri sendiri.
Ketiga, janji Allah SWT yang tegas. Kelanjutan hadits tersebut menegaskan janji Allah SWT: “Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku beri, dan siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, akan Aku ampuni.” Janji ini adalah motivasi terbesar, sebuah kepastian bahwa Allah SWT sangat membuka pintu pengampunan dan mengabulkan doa-doa hamba-Nya di waktu mustajab ini.
Lalu, bagaimana cara kita memanfaatkan keajaiban keajaiban malam terakhir ini? Ibadah yang paling dianjurkan tentu saja adalah sholat tahajud . Sholat sunnah malam ini adalah mahkota ibadah pada waktu tersebut. Selain sholat, berdoa dengan khusyuk adalah amalan utama. Curahkan segala isi hati, permohonan, dan harapan kepada Allah SWT dengan keyakinan penuh. Jangan lupa juga untuk memperbanyak zikir dan membaca Al-Quran , aktivitas yang semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Sepertiga malam terakhir bukan sekadar waktu antara tidur dan bangun. Ia adalah jendela rahmat Ilahi yang terbuka lebar, kesempatan emas untuk meraih keberkahan, belas kasihan, dan kedekatan dengan Allah SWT. Mari kita hidupkan malam-malam kita dengan ibadah, meraih keajaiban malam terakhir, dan merasakan sendiri manisnya munajat di kenyamanan malam.
Kutipan Sumber:
Hadits Rasulullah SAW dari Abu Hurairah RA: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sudut malam yang akhir pada setiap malamnya.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim serta perawi hadits terpercaya lainnya).
Catatan: Penjelasan mengenai makna “turun” sebagai kinayah rahmat Allah SWT didasarkan pada pemahaman teologi Islam yang luas dan diakui oleh mayoritas ulama.
Penulis : M.Junaidi Halawa
Editor : M.Junaidi Halawa
Sumber Berita : Hadits Rasulullah SAW dari Abu Hurairah RA: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sudut malam yang akhir pada setiap malamnya.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim serta perawi hadits terpercaya lainnya).