Kritikan Profesor Tentang Jurnalisme di Indonesia

- Writer

Selasa, 13 Mei 2025 - 20:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi : seorang jurnalis membuat reportase berita dengan AI (Sumber : Freepik)

Ilustrasi : seorang jurnalis membuat reportase berita dengan AI (Sumber : Freepik)

SUARA UTAMA- Menarik kita simak kritikan dari seorang guru besar jurnalisme Janet Steele dari George Washington University, Amerika. Mengenai kegiatan jurnalisme oleh para jurnalis di Indonesia, menggunakan AI. Seperti yang di lansir oleh detik.com (5/5/2025) Profesor jurnalisme dari George Washington University. Janet Steele, menilai penerapan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di media massa di Indonesia sebagai fenomena yang menarik namun aneh. Menurutnya, media massa Indonesia lebih berani memakai AI dibanding Amerika.

Steele melihat keberanian media di Indonesia menggunakan AI sebagai presenter dalam sebuah wawancara, baik di TV maupun di stasiun radio. Baginya di Amerika untuk kegiatan jurnalisme titik kekuatannya adalah kemampuan para jurnalisnya didalam meliput, mengolah, menyusun sampai pada tahap tayangan sebuah berita.

Steele mengakui bahwa AI dapat membantu seorang jurnalis ketika membuat suatu berita, namun apakah teks-teks yang disusun oleh AI masuk pada ranah pemahaman, sudut  pandang, maupun nilai-nilai kebenaran yang diangkat?. AI merupakan bahasa algoritma yang menghimpun seluruh data apapun, lalu dituliskan kembali dalam suatu narasi-narasi yang sesuai dengan data yang dikumpulkannya. Disisi lain AI pun tidak bisa menginterpretasi suatu realitas yang terjadi secara nyata dilapangan, untuk dituliskan berdasarkan pemahaman interpretasi.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Kritikan Profesor Tentang Jurnalisme di Indonesia Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal lain yang menjadi sorotan Steele mengenai AI dalam kegiatan jurnalisme adalah, tugas seorang jurnalis tidak meringkas mengenai tulisan suatu berita sebelumnya, juga menulis ulang tulisan media sebelumnya, tentunya akan kehilangan makna kebaruan (originalitas) yang berasal dilapangan berdasarkan sudut pandang seorang jurnalis. Pointpoint yang menjadi catatan Steele dalam jurnalisme, tentunya merupakan peringatan pesan moral dan profesi bagi seorang jurnalis didalam menjalankan fungsinya sebagai jurnalis. Mengingat peran jurnalis sebagai bagian dari suatu media massa sangat menentukan peradaban dan kemajuan suatu bangsa, melalui fungsi-fungsi informasinya.

Kita sadari bahwa AI merupakan suatu konsekuensi dari perkembangan teknologi digital yang mampu membantu aktifitas manusia didalam menjalankan tugasnya, tidak terkecuali bagi profesi jurnalis, dimana AI dengan ragam modelnya dapat digunakan secara efektif sebut saja model Natural Language Generation (NLG) data terstruktur, Natural Language Processing (NLP) GPT, NLP ringkasan teks, NLP analisis sentiment, NLP ekstrasi informasi.

Di Indonesia sendiri pandangan penggunaan  AI dalam jurnalisme pastinya beragam, sebagian praktisi mengangap bahwa AI dapat membantu sebagai alat yang dapat meningkatkan efisiensi. Sementara yang lainnya lebih berhati-hati terhadap potensi dan dampaknya pada kualitas jurnalisme.

BACA JUGA :  Menyoal Canda Gus Miftah Dalam Etika Komunikasi

Refleksi kritikan

Sebagai refleksi atas kritikan Janet Steele kita melihat bahwa,  AI adalah  keniscayaan yang tidak bisa kita tolak, AI akan selalu hadir ditengah-tengah kita. Namun apabila AI digunakan secara utuh, tentunya tidak baik bagi para jurnalis dan akan berakibat banyak hal sebagai suatu konseksuensi yang akan muncul, pahitnya akan merusak makna jurnalisme itu sendiri. Namun faktanya AI ada dan hadir dan selalu berjalan beriringan dengan jurnalis.

Tentunya dibutuhkan kemampuan seorang jurnalis untuk selalu skeptis dan tidak mudah terpukau pada AI. Meskipun AI menawarkan  banyak potensi, seorang jurnalis harus tetap skeptis dan kritis terhadap luaran yang dihasilkan oleh AI. Semuanya yang ada dalam AI bukan merupakan suatu hadiah yang harus di sakralkan sebagai suatu kelebihan utama, namun verifikasi tetap perlu dilakukan sebagai alat monitor seorang jurnalis pada AI.

Selain itu kemampuan membuat berita secara mendalam perlu untuk selalu di pertajam, karena akan menjadi pembeda dalam suatu berita luaran AI dan berita buatan jurnalis secara originalitas. Dalam pembuatan berita secara mendalam pastinya akan terlihat sentuhan-sentuhan nilai empati, emosional dimana secara mendasar hal-hal ini tidak akan kita temukan di AI.

Lainnya adalah, menghomati privasi dimana dalam penggunaan AI memastikan tidak melanggar hak privasi seseorang dan selalu menghormati hak cipta orang lain artinya tetap mengedepankan etika jurnalistik. Selalu memahami dalam algoritma AI dapat terjadi bias sehingga dalam hal ini diperlukan kehatian-hatian ketika menggunakan AI.

Bahwa AI bekerja berdasarkan data yang teralgoritma, sehingga AI mempunyai keterbatasan dalam menentukan konteks suatu berita secara mendalam, nuansa bahasa, ironi atau emosi. Dimana seorang jurnalis sebagai manusia sangat krusial dan  menentukan dalam pelaporan berita yang akurat dan berempati.

Penggunaan AI dalam jurnalisme bukanlah sebuah keharusan, tetapi merupakan pilihan strategis yang dapat memberikan keuntungan tertentu. Alih-alih melihat AI sebagai pengganti jurnalis, lebih tepat melihatnya sebagai alat bantu yang dapat memberdayakan jurnalis untuk melakukan pekerjaannya secara efektif dan efisien, asalkan digunakan secara bijak dan bertanggung jawab. Pada akhirnya, kualitas jurnalisme tetap bergantung pada keahlian, integritas dan penilaian etis dari jurnalis itu sendiri.

 

 

 

Penulis : Agus Budiana, Mengabdi pada Suara Utama.

Berita Terkait

Bang Onim dalam Aksi Bela Palestina di Subang: Berbagi di Tengah Derita, Empati di Tengah Duka
Kenapa Gairah Seks Pria Mulai Menurun di Usia 30-40 Tahun ke Atas?
Membangun Media Besar itu Harus Dari Blogspot itu Sendiri
Konflik Ukraina dan Iran : Api Pemicu Perang Dunia III antara Barat dan Timur ?
Pers Bermartabat: Lawan Suap, Jaga Marwah Profesi Jurnalis
Trumpisme dan Politik Global: Ketidakkonsistenan yang Disengaja?
Menjaga Jati Diri Bangsa: Paradigma Kebangsaan dari Perspektif Warga yang Bertanggung Jawab
Menakar RPMK Kuasa Hukum Pengadilan Pajak Jelang Transisi ke MA
Berita ini 41 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 24 Juni 2025 - 11:30 WIB

Bang Onim dalam Aksi Bela Palestina di Subang: Berbagi di Tengah Derita, Empati di Tengah Duka

Selasa, 24 Juni 2025 - 10:55 WIB

Kenapa Gairah Seks Pria Mulai Menurun di Usia 30-40 Tahun ke Atas?

Selasa, 24 Juni 2025 - 01:13 WIB

Membangun Media Besar itu Harus Dari Blogspot itu Sendiri

Senin, 23 Juni 2025 - 19:41 WIB

Konflik Ukraina dan Iran : Api Pemicu Perang Dunia III antara Barat dan Timur ?

Senin, 23 Juni 2025 - 08:52 WIB

Pers Bermartabat: Lawan Suap, Jaga Marwah Profesi Jurnalis

Minggu, 22 Juni 2025 - 21:36 WIB

Trumpisme dan Politik Global: Ketidakkonsistenan yang Disengaja?

Sabtu, 21 Juni 2025 - 18:16 WIB

Menjaga Jati Diri Bangsa: Paradigma Kebangsaan dari Perspektif Warga yang Bertanggung Jawab

Jumat, 20 Juni 2025 - 17:14 WIB

Menakar RPMK Kuasa Hukum Pengadilan Pajak Jelang Transisi ke MA

Berita Terbaru

Usai membangun Media besar itu harus dari blogspot itu sendiri

Artikel

Membangun Media Besar itu Harus Dari Blogspot itu Sendiri

Selasa, 24 Jun 2025 - 01:13 WIB