Perjuangan dalam Pengkaderan: Menjadi Kader Bukan Sekadar Seragam dan Salam

- Writer

Kamis, 1 Mei 2025 - 19:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

FOTO : Dr. Ilham Akbar, M.Si ketua Mudzakarah Suara Utama dan Andre Hariyanto, CT.ALC Pemimpin Redaksi Suara Utama

FOTO : Dr. Ilham Akbar, M.Si ketua Mudzakarah Suara Utama dan Andre Hariyanto, CT.ALC Pemimpin Redaksi Suara Utama

Oleh: Andre Hariyanto, CT.ALC, CFNLP, CLMA, CSTMI, Humas Pesantren Bisnis Indonesia Korda Malang Raya, Jawa Timur

SUARA UTAMA Pengkaderan bukan hanya proses formalitas yang diwarnai serangkaian pelatihan, diskusi, dan rutinitas organisasi. Ia adalah perjalanan panjang yang melibatkan jiwa dan raga, mental dan spiritual, serta idealisme dan realita. Dalam pengkaderan, seseorang tidak hanya dibentuk menjadi anggota—tetapi menjadi pribadi yang tahan banting, berpemikiran kritis, dan siap memikul tanggung jawab besar bagi bangsa dan umat.

Melewati Batas Nyaman

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Perjuangan dalam Pengkaderan: Menjadi Kader Bukan Sekadar Seragam dan Salam Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

Setiap kader sejati pasti pernah merasa lelah, bahkan ingin menyerah. Mulai dari harus bangun pagi untuk agenda kegiatan, menghafal materi ideologi, hingga tugas-tugas organisasi yang tak kenal waktu. Semua itu bukan sekadar beban, tetapi ujian kesungguhan.

“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”

(HR. Muslim)

Pengkaderan dengan sendirinya akan memaksa kita keluar dari zona nyaman—membuang ego, belajar menerima kritik, dan menata diri dengan disiplin yang kadang terasa menyiksa.

Dari Fisik ke Nurani

Pengkaderan yang baik bukan hanya melatih fisik, tapi juga membentuk nurani. Dalam dinamika forum-forum kaderisasi, seseorang ditempa untuk berpikir jernih di tengah tekanan, menyuarakan pendapat dengan adab, dan belajar mendengar dengan hati. Proses ini bisa jadi tidak instan—tetapi mereka yang menjalaninya dengan ikhlas akan merasakan buahnya: kedewasaan dalam berpikir dan kematangan dalam bersikap.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.”

BACA JUGA :  Khazanah Sumatera Selatan part I

(HR. Muslim)

Kesetiaan pada Nilai, Bukan pada Figur

Perjuangan kader tidak boleh berhenti pada kekaguman terhadap sosok atau senioritas semata. Loyalitas sejati dalam pengkaderan adalah pada nilai, pada prinsip yang diperjuangkan. Kader yang matang adalah mereka yang tetap tegak meski tokoh panutannya pergi, yang tetap berjalan meski jalannya sunyi.

“Kebenaran itu tidak dikenal dari siapa yang mengatakannya, tetapi dikenal dari isinya.”

– Imam Syafi’i

Karena mereka paham: yang diperjuangkan bukan manusia, tapi perubahan.

Kader Bukan Produk, Tapi Proses

Kesalahan besar dalam memandang pengkaderan adalah menganggap kader sebagai produk jadi. Padahal, kader adalah proses. Ia akan terus belajar, terus berbenah, dan terus memperbaiki diri. Bahkan setelah dilantik, diangkat menjadi pengurus, atau menduduki jabatan tinggi, proses pengkaderan sejatinya masih terus berjalan.

“Jadilah seperti pohon yang jika dilempari batu, ia membalas dengan buah.”

– Ali bin Abi Thalib

Karena menjadi kader bukan status—melainkan komitmen hidup.

Kader Itu Pejuang

Perjuangan dalam pengkaderan memang berat, melelahkan, dan kadang membuat frustrasi. Tapi justru di situlah nilai sejatinya. Dari keringat, air mata, dan pengorbanan itulah lahir pemimpin sejati—yang tidak hanya cakap, tetapi juga berjiwa besar.

“Sesungguhnya pertolongan itu bersama kesabaran, dan jalan keluar bersama kesempitan.”

(HR. Tirmidzi)

Maka jika kau sedang berada di titik lelah dalam pengkaderan, jangan berhenti. Karena di balik semua itu, ada versi terbaik dirimu yang sedang dibentuk.

Penulis : Andre Hariyanto

Editor : Aisyah Putri Widodo

Sumber Berita : Redaksi Suara Utama

Berita Terkait

Kenapa Gairah Seks Pria Mulai Menurun di Usia 30-40 Tahun ke Atas?
Membangun Media Besar itu Harus Dari Blogspot itu Sendiri
Polres Aceh Tenggara Telah Berhasil Meringkus Pelaku Pembunuhan Sadis di Aceh Tenggara
Seminar Ekonomi HMPS Universitas Tama Jagakarsa
ADPMH Gelar Seminar Nasional Daring, Bahas Kurikulum dan Kukuhkan Pengurus Pusat
Konflik Ukraina dan Iran : Api Pemicu Perang Dunia III antara Barat dan Timur ?
Sejarah Baru Dimulai! Pemekaran Kecamatan Khusus Pulau Tabuan Disetujui
Pengurus Komite Wartawan Indonesia (KWIP) DPC Merangin Resmi di Kukuhkan
Berita ini 46 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 24 Juni 2025 - 10:55 WIB

Kenapa Gairah Seks Pria Mulai Menurun di Usia 30-40 Tahun ke Atas?

Selasa, 24 Juni 2025 - 01:13 WIB

Membangun Media Besar itu Harus Dari Blogspot itu Sendiri

Selasa, 24 Juni 2025 - 00:11 WIB

Polres Aceh Tenggara Telah Berhasil Meringkus Pelaku Pembunuhan Sadis di Aceh Tenggara

Senin, 23 Juni 2025 - 20:51 WIB

Seminar Ekonomi HMPS Universitas Tama Jagakarsa

Senin, 23 Juni 2025 - 20:19 WIB

ADPMH Gelar Seminar Nasional Daring, Bahas Kurikulum dan Kukuhkan Pengurus Pusat

Senin, 23 Juni 2025 - 17:45 WIB

Sejarah Baru Dimulai! Pemekaran Kecamatan Khusus Pulau Tabuan Disetujui

Senin, 23 Juni 2025 - 17:16 WIB

Pengurus Komite Wartawan Indonesia (KWIP) DPC Merangin Resmi di Kukuhkan

Senin, 23 Juni 2025 - 09:01 WIB

Seruan Jihad Melawan Koruptor di Gaungkan, Jejak Trabas Berharap Masyarakat Ambil Bagian 

Berita Terbaru

Usai membangun Media besar itu harus dari blogspot itu sendiri

Artikel

Membangun Media Besar itu Harus Dari Blogspot itu Sendiri

Selasa, 24 Jun 2025 - 01:13 WIB

Dok:HMPS Manajemen UTAMA Jagakarsa

Berita Utama

Seminar Ekonomi HMPS Universitas Tama Jagakarsa

Senin, 23 Jun 2025 - 20:51 WIB