SUARA UTAMA, Lebaran telah berlalu, meninggalkan jejak kebersamaan yang hangat di hati kita. Namun, kini saatnya kembali ke rutinitas, dan kita disambut dengan tradisi tahunan yang sudah begitu akrab: Inspeksi Mendadak (Sidak) pasca-Lebaran.
Tradisi ini, yang seharusnya menjadi alat efektif untuk memastikan kinerja dan kepatuhan pegawai, tapi seiring berjalan waktu dan minim inovasi, kini Sidak terasa seperti sebuah ritual yang kaku dan usang. Tindakan simbolis yang tidak lagi menyentuh akar permasalahan, yaitu karakter dan budaya kerja yang masih rendah.
Hemat penulis, terus menerus terpaku pada metode lama yang mungkin sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman adalah sebuah tindakan konyol, sama konyolnya dengan perilaku pegawai yang masih menunda masuk kerja dari waktu libur yang telah ditentukan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Di era digital yang serba canggih ini, teknologi telah memberikan kita kemampuan untuk memantau kinerja secara real-time tanpa harus turun langsung ke lapangan.
Sudah saatnya para pejabat dan pegawai pemerintahan berani mengambil langkah maju, mengadopsi inovasi, dan berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Memanfaatkan teknologi untuk menciptakan sistem yang lebih transparan dan akuntabel, sehingga Sidak tidak lagi hanya menjadi agenda tahunan yang monoton, tetapi menjadi bagian dari sistem pemantauan yang berkelanjutan dan efektif.
Harapannya adalah pelayanan publik tidak semata hanya memenuhi standar, tetapi juga melampaui ekspektasi masyarakat yang wajib dilayani. Tujuan akhir dari sebuah layanan birokrasi adalah kepuasan masyarakat itu sendiri.
Penulis : Nafian Faiz