SUARA UTAMA – Bayangkan sebuah tim estafet. Setiap pelari harus menjalankan tugasnya dengan sempurna, tetapi apa yang terjadi jika salah satu dari mereka gagal menyerahkan tongkat? Begitu pula dalam sebuah organisasi, keberhasilan bukan hanya soal siapa yang menjadi pemimpin terakhir, tetapi bagaimana kepemimpinan terus berjalan tanpa kehilangan arah.
Banyak orang menganggap pelari terakhir dalam estafet sebagai pahlawan utama. Ia adalah sosok yang membawa tim melewati garis finis. Namun, apakah benar hanya pelari terakhir yang berjasa? Dalam organisasi, hal serupa sering terjadi. Pemimpin terkini sering dielu-elukan, tetapi sejatinya keberhasilan adalah hasil dari kerja kolektif lintas generasi pemimpin.
Lomba estafet dapat menggambarkan suksesi kepemimpinan dengan jelas. Pelari pertama memulai dengan semangat dan visi, memberikan dasar yang kokoh untuk perjalanan selanjutnya. Begitu pula pemimpin awal dalam organisasi. Ia menetapkan fondasi, visi, dan arah yang menjadi dasar perjuangan bagi penerusnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, transisi yang mulus adalah kunci. Jika pelari pertama gagal menyerahkan tongkat dengan baik, pelari berikutnya akan kehilangan momentum. Dalam konteks organisasi, transisi yang buruk dapat memecah fokus dan bahkan mengancam keberhasilan yang telah dicapai.
Peran Pemimpin di Tengah Perjalanan
Pelari kedua dan ketiga sering kali tidak mendapatkan perhatian sebesar pelari pertama atau terakhir. Padahal, mereka memegang peranan krusial. Mereka adalah pemimpin yang menjaga stabilitas organisasi di tengah perjalanan. Tugas mereka tidak hanya melanjutkan langkah, tetapi juga beradaptasi dengan tantangan baru. Tanpa mereka, fondasi yang telah dibangun bisa runtuh.
Di sisi lain, pelari terakhir, yang membawa tongkat menuju garis finis, sering dianggap sebagai pahlawan. Tetapi dalam organisasi, pemimpin terakhir bukanlah akhir dari perjalanan. Ia memainkan peran strategis dalam memastikan tongkat estafet diteruskan dengan baik kepada pemimpin berikutnya. Dalam siklus ini, tidak ada titik akhir—hanya kesinambungan yang memastikan organisasi terus berkembang.
Belajar dari Kesalahan Suksesi
Apa yang terjadi jika tongkat jatuh? Dalam lomba estafet, kegagalan menyerahkan tongkat bisa berarti kekalahan. Begitu pula dalam organisasi, suksesi kepemimpinan yang buruk dapat memecah visi, menghancurkan kolaborasi, dan menghentikan kemajuan. Banyak organisasi besar gagal berkembang karena transisi yang tidak direncanakan dengan baik.
Sebaliknya, organisasi yang sukses memahami pentingnya mempersiapkan penerus, menjaga komunikasi, dan memastikan kesinambungan visi. Tidak ada pemimpin yang sempurna, tetapi kerja kolektif yang solid dapat menutupi kekurangan individu.
Siapa yang Paling Berjasa?
Keberhasilan organisasi tidak bergantung pada satu pemimpin. Setiap individu yang pernah memegang tongkat estafet memiliki peran penting dalam perjalanan panjang ini. Pemimpin awal memberikan visi, pemimpin di tengah perjalanan menjaga stabilitas, dan pemimpin terakhir memastikan transisi yang baik.
Jadi, siapa yang paling berjasa? Jawabannya adalah semua pemimpin yang terlibat. Keberhasilan sejati adalah hasil kerja bersama, transisi yang mulus, dan dedikasi lintas generasi. Pemimpin terkini bukanlah “pemimpin terakhir,” melainkan bagian dari siklus tanpa akhir untuk membawa organisasi ke masa depan yang lebih gemilang.
Penulis : Sidik Purnomo. Kepala Sekolah SDN 2 Wono Agung, Tulang Bawang Lampung
Editor : Nafian Faiz