Penggunaan Senjata Api dalam Acara Sipil, Antara Tradisi dan Bahaya

- Writer

Senin, 8 Juli 2024 - 14:38 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Nafian Faiz . SUARA UTAMA.ID

Nafian Faiz . SUARA UTAMA.ID

SUARA UTAMA– Baru-baru ini, masyarakat Lampung dihebohkan oleh insiden tragis yang melibatkan Muhammad Saleh Mukadar (MSM), seorang anggota DPRD Lampung Tengah, yang tidak sengaja menembak mati saudaranya saat acara adat pernikahan.

Kejadian ini terjadi di Dusun 1 Mataram Ilir, Kecamatan Seputih Surabaya, pada 6 Juli 2024. Insiden ini menggarisbawahi risiko serius penggunaan senjata api dalam acara sipil, yang jelas melanggar aturan dan berpotensi membahayakan masyarakat.

Meskipun alasan penggunaan senjata api oleh MSM berdasarkan tradisi, tragisnya kejadian ini berujung pada kehilangan nyawa seorang warga bernama Salam, yang juga paman dari tersangka.

ADVERTISEMENT

IMG 20240411 WA00381 Penggunaan Senjata Api dalam Acara Sipil, Antara Tradisi dan Bahaya Suara Utama ID Mengabarkan Kebenaran | Website Resmi Suara Utama

SCROLL TO RESUME CONTENT

MSM sekarang dihadapkan pada hukuman berat dengan pasal 359 KUHPidana dan pasal 1 ayat (1) UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951, dengan ancaman penjara hingga 20 tahun.

Terkenang saya saat menjadi tahanan di Polda Lampung sekira belasan tahun silam. Ada seorang polisi  yang bertugas piket jaga tahanan Polda Lampung, masih muda, ramah dan akrab dengan para tahanan.

Kehadirannya selalu membawa pelipur lara bagi kami para tahanan. Setiap giliran jaga, dia tidak hanya memeriksa tahanan tetapi juga menyapa kami dari balik jeruji. Terkadang, dia bahkan menawarkan rokok atau mengajak kami bermain catur. Saya masih tersenyum kalau mengingat betapa lucunya bermain catur di tengah batas jeruji besi.

Menurut polisi muda ini, dia selalu berhati-hati dengan senjata api. Dia memilih untuk menitipkan senjatanya di kantor setelah dinas karena sadar akan potensi bahaya yang ada.

BACA JUGA :  Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Dalam Membaca Gambar Dengan Media “Play Blue Comp” di  Kelompok A TK Pertiwi Sulursari Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah - Semester 1 Tahun Ajaran 2021/2022

Baginya, membawa senjata api ke rumah bukan hanya berisiko bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi keluarganya. Dia takut senjata itu bisa diakses oleh anak-anak atau anggota keluarga lainnya tanpa izin atau pengawasan yang tepat.

Katanya, Saat membawa senjata api itu membuat sipat berani muncul, bahkan terkadang muncul sikap angkuh dan pamer. Bahaya lagi bisa membuat seseorang yang belum matang jiwanya jadi arogan.

Kita bisa membayangkan, bahkan seorang polisi yang terlatih pun sangat berhati-hati dalam penggunaan senjata api. Bagaimana dengan warga sipil yang mungkin tidak memiliki pelatihan atau pengalaman dalam hal ini?

Penggunaan senjata api oleh aparat atau warga sipil dalam acara sipil, termasuk acara adat, harus diatur dengan ketat untuk mencegah insiden serupa. Di Indonesia, kepemilikan dan penggunaan senjata api diatur secara ketat oleh pihak berwenang, dengan TNI dan Polri sebagai satu-satunya yang berwenang menggunakannya dalam tugas resmi.

Secara keseluruhan, penggunaan senjata api dalam konteks non-dinas, seperti dalam acara adat seperti penyambutan besan dalam pernikahan, tidak hanya melanggar hukum tetapi juga berisiko tinggi. Penegakan hukum yang ketat diperlukan untuk mencegah insiden-insiden tragis seperti ini.

Semoga tragedi ini menjadi pelajaran bagi kita semua dan mendorong perubahan yang positif dalam kebijakan dan kesadaran akan penggunaan senjata api di masyarakat.

Penulis : Nafian Faiz

Berita Terkait

Ramadhan Pergi, Apakah Semangatnya Tetap Bertahan?
Tawadhu dalam Lebaran
Jumat Terakhir Ramadhan: Refleksi Ketangguhan Bu Mariama, Janda 5 Anak yang Viral Bergelantungan di Laut Demi Berjualan
Matinya Demokrasi Di Indonesia
Memaknai Mudik Lebaran Kaum Papa dalam Jurnalisme
Seberapa Besar Peran Muhammadiyah dalam Kemajuan Indonesia ?
BRICS : Pilar Kekuatan Baru dalam Tatanan Dunia
“Pemimpin Indonesia: Datang Dijunjung, Pergi Dicela”
Berita ini 111 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 30 Maret 2025 - 10:24 WIB

Ramadhan Pergi, Apakah Semangatnya Tetap Bertahan?

Sabtu, 29 Maret 2025 - 11:07 WIB

Tawadhu dalam Lebaran

Jumat, 28 Maret 2025 - 08:36 WIB

Jumat Terakhir Ramadhan: Refleksi Ketangguhan Bu Mariama, Janda 5 Anak yang Viral Bergelantungan di Laut Demi Berjualan

Rabu, 26 Maret 2025 - 15:51 WIB

Matinya Demokrasi Di Indonesia

Rabu, 26 Maret 2025 - 10:27 WIB

Memaknai Mudik Lebaran Kaum Papa dalam Jurnalisme

Rabu, 26 Maret 2025 - 04:06 WIB

Seberapa Besar Peran Muhammadiyah dalam Kemajuan Indonesia ?

Selasa, 25 Maret 2025 - 13:54 WIB

BRICS : Pilar Kekuatan Baru dalam Tatanan Dunia

Selasa, 25 Maret 2025 - 06:29 WIB

“Pemimpin Indonesia: Datang Dijunjung, Pergi Dicela”

Berita Terbaru

Artikel

Ramadhan Pergi, Apakah Semangatnya Tetap Bertahan?

Minggu, 30 Mar 2025 - 10:24 WIB