SUARA UTAMA- Dalam kehidupan modern, handphone telah menjadi alat yang lebih “sakti/karomah” daripada klaim kesaktian yang sering dijual oleh mereka yang mengaku memiliki keistimewaan spiritual.
Dulu, orang harus mencari dukun, ustadz, kyai, habib- atau tempat-tempat yang dianggap keramat-untuk meminta solusi atas persoalan hidup, kini cukup dengan sentuhan layar, berbagai masalah dapat diselesaikan berdasarkan ilmu pengetahuan.
Kepercayaan pada hal-hal mistis sering dimanfaatkan oknum untuk kepentingan pribadi. Namun, di era digital ini, solusi yang lebih nyata dan berbasis ilmu pengetahuan lebih bisa diandalkan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Handphone, yang dulunya hanya alat komunikasi, kini telah berevolusi menjadi perangkat serba bisa yang memberi kemudahan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berbagai aplikasi, handphone memudahkan banyak urusan, dari perjalanan hingga transaksi keuangan, tanpa perlu perantara atau “doa khusus.”
Aplikasi seperti Traveloka dan Tiket.com memungkinkan kita mencari tiket pesawat atau kereta dalam hitungan detik. Untuk akomodasi, platform seperti Agoda atau Booking.com memberikan akses ke ribuan hotel dengan informasi transparan dan ulasan pengguna sebelumnya.
Bahkan untuk mencari makanan, teknologi mengungguli cara tradisional dengan Google Maps, GoFood, atau GrabFood, memungkinkan kita menemukan tempat makan terbaik atau memesan makanan tanpa keluar rumah.
Tidak hanya itu, transaksi keuangan semakin praktis dengan mobile banking dan dompet digital, yang memungkinkan transfer uang hanya dengan scan barcode.
Dalam hal navigasi, Google Maps dan Waze menggantikan jimat atau azimat yang dulunya dipercaya untuk menghindari kesesatan. Teknologi memberi kepastian dalam perjalanan dengan akurasi tinggi.
Ironisnya, mereka yang mengaku memiliki karomah sering kali terjerat kasus moral, sementara handphone, meskipun alat buatan manusia, terus berkembang memberi manfaat nyata.
Teknologi tidak hanya mempermudah hidup, tetapi membuka akses pada ilmu pengetahuan yang sebelumnya sulit dijangkau. Dengan aplikasi seperti WhatsApp, Zoom, dan Skype, kita bisa berbicara langsung dengan siapa saja di seluruh dunia tanpa batasan jarak dan waktu.
Lebih mengagumkan lagi, dengan hadirnya tool AI dalam genggaman, seseorang bisa melakukan hal-hal yang sebelumnya mustahil. Membuat puisi, gambar, atau deskripsi hanya dalam hitungan detik, bahkan menyelesaikan tugas berat dengan cepat. Teknologi ini mendukung kreativitas dan produktivitas tanpa perantara yang tidak pasti.
Meski begitu, penyalahgunaan teknologi dan ketergantungan berlebihan adalah tantangan yang harus dihadapi. Namun, perbedaan mendasar antara teknologi dan praktik mistis adalah bahwa teknologi dapat dipelajari dan digunakan secara rasional, sementara klaim kesaktian sering berujung pada eksploitasi.
Meminjam istilah yang dipopulerkan Pesulap Merah: Dukun itu kalau tidak ngibul ya cabul.
Dalam dunia yang semakin maju, kita harus mengandalkan akal dan ilmu pengetahuan daripada mitos dan janji kosong. Jika saat ini ada “karomah” yang benar-benar bermanfaat, itu adalah kemampuan kita memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup.
Handphone bukan hanya alat komunikasi, tetapi jendela ke dunia yang lebih luas, lebih cerdas, dan lebih mandiri. Teknologi membuka peluang bagi kita untuk menciptakan perubahan nyata dan menghadapi tantangan hidup secara logis dan efektif.
Penulis : Nafian Faiz