SUARA UTAMA – Tiap Muslim wajib bersedekah,” sabda Rasulullah saw kepada para sahabatnya.
“Jika ia tidak mampu, bagaimana?” tanya salah seorang sahabat Nabi kala itu.
Nabi menjawab, “Bekerjalah dengan tangannya yang berguna bagi dirinya sehinggga ia dapat bersedekah.”
BACA JUGA : Yayasan Pusat Pembelajaran Nusantara (YPPN) resmi Soft Launching
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Jika tidak dapat? “Membantu orang yang sangat membutuhkan,” jawab Rasulullah saw.
Sahabat bertanya lagi, “Jika tidak dapat? “Menganjurkan kebaikan.”
Sahabat bertanya lagi, “Jika tidak dapat? “Menahan diri dari kejahatan, maka itu sedekah untuk dirinya sendiri,” ujar Rasulullah saw.
Baca juga : Santriwati Gunung Tembak Bercita-Cita Bangun Pesantren di Dubai
Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari tersebut menunjukkan betapa pentingnya bersedekah. Paling tidak, dalam hadits tersebut, tersirat empat tingkatan dalam bersedekah.
Pertama, bekerja dan berusaha sehingga mendapat keuntungan.
Dari keuntungan itu ia bisa bersedekah. Keutamaan seorang Muslim jika bekerja dengan tekun penuh keikhlasan, akan kuat secara ekonomi yang dipandang oleh Allah lebih baik dan lebih dicintai.
Kita patut iri kepada Muslim yang mendapatkan rezeki kemudian menye- dekahkannya di jalan Allah. Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan sebagaimana tertera dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, Rasulullah menyebutkan, tidak ada iri hati yang diperbolehkan, selain pada dua hal: Yaitu, terhadap seorang Muslim yang dianugerahi harta, lalu tergeraklah hatinya untuk menghabiskannya menurut jalan yang hak, dan terhadap seorang Muslim yang telah diberi ilmu yang bemanfaat Allah, lalu ia mengguna- kannya.
Kedua, membantu orang yang sangat membutuhkan. Karenanya, al-Qur’an sangat menganjurkan kita untuk mem- bantu orang yang benar-benar dalam kesulitan, seperti mereka yang sedang dililit utang (QS Al-Baqarah: 280).
Contoh lainnya adalah para pelajar atau siswa yang membutuhkan dana untuk pendidikan. Mereka temasuk orang- orang yang membutuhkan dan amat layak mendapatkan sedekah. Karenanya, Abdullah bin Mubarak, biasa menyisihkan sebagian hartanya, khusus untuk mereka yang sedang menuntut ilmu.
Orang-orang miskin, baik yang me- minta-minta atau tidak, pun amat layak mendapatkan sedekah. Merekalah yang oleh disebutkan Allah dalam fiman-Nya, “Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),” (QS Al-Ma’arij: 24-25).
Baca juga : Bahaya Lidah dan Hati
Ketiga, menyuruh kepada kebaikan. Kebaikan yang dilakukan seseorang karena perintah atau anjuran saudara sesama Muslim yang lain, akan menjadi sedekah. Sebab, siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka seolah olah ia melakukan kebaikan sebagai mana seseorang melakukannya. Dalam sebuah hadits Nabi bersabda, “Barang siapa yang mengajak kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan pahala orang yang mengi kutinya, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun,” (HR Muslim).
Keempat, menahan diri dari perbuatan buruk yang dapat menjerumus kan seseorang pada kezaliman merupakan sedekah.
Sebab, menahan diri adalah sikap yang cukup sulit untuk dilakukan dan hanya orang yang terlatih yang akan mampu menahan diri dari segala bentuk kejelekan. Sedangkan latihan menahan diri hanya dapat dilakukan oleh orang
yang sedang berpuasa. Nah, di sinilah puasa turut menentukan peran.
Dari penjelasan itu, maka sedekah tak mesti dengan mengeluarkan sejumlah materi atau uang. Tapi semua amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim. Bahkan memberikan senyuman pun adalah sedekah (HR Baihaqi). Membuang duri atau apa saja yang mengganggu di jalan, juga temasuk sedekah (HR Muttataqun alaihi). Berbicara baik dan melangkahkan kaki menuju shalat, pun termasuk sedekah (HR Bukhari Muslim). Bahkan, dalam hal-hal tertentu, berbicara baik justru lebih besar pahalanya dibanding berinfaq yang dikuti dengan riya’. Allah berfirman, “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dai sedekah yang diringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima),” (QS al-Baqarah: 263).
Ramadhan merupakan momen paling tepat untuk memperbanyak sedekah, dengan apa saja yang kita mampu, yang
kita miliki.
Sedekah adalah penyubur pahala dan melipatgandakan rezeki. Sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang hampir setiap desah napas selalu membangkang perintah-Nya, Dia tetap mengucurkan rahmat-Nya yang tiada ter kira. Segala amal yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, pasti akan kembali kepada kita.
Demikian juga dengan harta yang kini ada di genggaman kita. Semuanya datang dari Allah. Dia menitipkannya kepada kita untuk di manfaatkan sebaik mungkin. Rasulullah saw dan para sahabatnya adalah teladan utama dalam bersedekah, khususnya di bulan Ramadhan. Ibnu Abbas meriwayatkan, Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan. Kedermawanannya lebih besar di bulan Ramadhan. “Rasulullah saw lebih dermawan daripada angin yang bertiup,” (HR Bukhari Muslim).
Jika urgensi sedekah ini kita praktikkan di bulan Ramadhan, maka salah satu
hikmah shaum akan tergapai. Yakni, mengasah kepedulian sosial untuk membantu sesama.