SUARA UTAMA, Bantul (7/2). Nahdlatul Ulama (NU) mengusung agenda renainsans (kebangkitan peradaban baru), kontekstualisasi dari berbagai macam gerakan yang menjadi dasar NU, dan kepemimpinan dunia yang mengakar pada tradisi, tetapi tetap berkiprah di skala global.
Mengutip pendapat Ketua Umum DPP LDII KH. Chriswanto Santoso, tiga agenda utama NU tersebut sangat relevan dengan kondisi umat Islam pada milenium kedua. “Teknologi makin canggih tapi tidak selalu menjadikan moralitas manusia kian beradab. Ini menjadi tantangan dalam membangun sisi religius bangsa Indonesia,” ujarnya.
Tanpa moralitas, akibatnya bangsa Indonesia bisa kehilangan arah, dan NU memikirkan hal tersebut. “Pemikiran NU untuk mengkontekstualisasi gerakan, mampu memberi solusi agar menyentuh masyarakat bawah sehingga tidak menjadi korban benturan peradaban,” tutur KH Chriswanto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara geopolitik global yang kian terpolarisasi dan mengancam eksistensi umat manusia, juga menjadi perhatian NU.
Sebagai ormas yang memiliki SDM mumpuni dan memiliki resonansi yang kuat, suara NU akan memberi daya dorong yang kuat agar bangsa Indonesia kembali berperan dalam ketertiban dunia.
“Dengan kondisi dunia yang berpengaruh terhadap bangsa Indonesia, NU menjadi pembuka jalan lahirnya peradaban baru yang diridhoi Allah,” pungkas KH Chriswanto.
Lebih lanjut Ketua DPD LDII Kabupaten Bantul, Nanang Dwi Antoro, S.I.P. mengucapkan selamat atas kiprah selama seabad ormas Islam NU yang puncak perayaannya digelar hari ini. “Eksistensinya telah banyak dirasakan oleh masyarakat, bangsa dan negara, termasuk di Kabupaten Bantul,” katanya.
Bupati Bantul saat ini, H. Abdul Halim Muslih merupakan tokoh NU, demikian juga beberapa tokoh di pemerintahan maupun tokoh masyarakat merupakan tokoh NU. Ini menandakan bahwa sistem pembinaan dan kaderisasi di lingkungan NU berjalan dengan baik sehingga mampu melahirkan tokoh-tokoh yang memiliki peran penting di masyarakat, bangsa dan negara.
“Kami menganggap NU sebagai saudara tertua LDII, sehingga kami perlu belajar banyak dari NU seperti di bidang pendidikan, pengelolaan pondok pesantren, kesehatan, ekonomi dan sosial,” ujar Nanang.
Menilik sejarah, ormas Islam yang resmi berdiri pada 31 Januari 1926 di Kota Surabaya itu juga berjasa dalam perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia. KH. Hasyim Asy’ari bersama santri-santrinya aktif dalam pergerakan pergerakan mengusir penjajah Belanda dan Jepang yang dikenal dengan Resolusi Jihad.
“Gerakan perjuangan NU sangat bisa dijadikan teladan oleh ormas lainnya yaitu dengan tetap menjaga kultur budaya bangsa, membangun takdzim kepada yang lebih tua dan menjaga toleransi umat beragama, sehingga terwujud rasa toleransi bangsa yang harmoni,” kata Nanang.
LDII yang tergolong ormas Islam muda di Indonesia ini masih perlu banyak belajar dari saudara-saudara tua. Menurut Nanang, banyak program kerja yang bisa disinergikan terutama yang tertuang dalam program Delapan Klaster Pengabdian LDII untuk Bangsa.
“Kami berharap, NU dan LDII bisa terus bersinergi membimbing umat demi kemaslahatan seluruh masyarakat Indonesia, khususnya di Kabupaten Bantul,” ucapnya.